Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BANK Dunia pada Rabu (11/10) memperingatkan bahwa penaikan suku bunga dapat menimbulkan masalah bagi negara-negara yang kesulitan mengatasi utang. Bank Sentral AS, Bank Sentral Eropa, dan bank sentral lain menaikkan suku bunga dan memperingatkan bahwa suku bunga bisa tetap tinggi lebih lama dari perkiraan untuk menurunkan inflasi yang tinggi.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada Selasa bahwa perekonomian dunia tetap tangguh meskipun terkena dampak dari covid-19, perang di Ukraina, dan krisis biaya hidup. Namun perekonomian dunia berjalan, "Tertatih-tatih, tidak berlari kencang."
"Terlepas dari semua guncangan ini, kami belum melihat negara-negara besar benar-benar mengalami masalah. Namun kabar baiknya berakhir di sana," kata Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill.
Baca juga: Perekonomian Jerman akan Susut pada 2023
"Masalahnya sekarang ialah karena tingginya suku bunga, tingginya suku bunga yang Anda sebutkan, pertumbuhan banyak melambat," katanya pada konferensi pers pada pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Marrakesh, Maroko.
Gill ingat bahwa selama periode suku bunga tinggi yang panjang, pada 1970-an, sekitar 24 negara mengalami kebangkrutan. "Kita perkirakan siklus pengetatan ini juga akan memakan waktu lama," katanya. "Kita memperkirakan beberapa negara akan (mendapat) masalah."
Baca juga: IMF Khawatir atas Krisis Properti di Tiongkok
Presiden Bank Dunia Ajay Banga mengatakan, "Tidak ada keraguan," bahwa inflasi sudah mulai turun tetapi tingkat inflasi akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. "Hal ini bisa menjadi peristiwa yang rumit dalam banyak hal baik bagi investasi maupun bagi masyarakat yang selama bertahun-tahun telah terbiasa dengan lingkungan suku bunga rendah," kata Banga. (AFP/Z-2)
Pemerintah memastikan tidak akan mengadopsi data kemiskinan yang dirilis Bank Dunia.
AWAL April 2025, Bank Dunia melalui Macro Poverty Outlook menyebutkan pada tahun 2024 lebih dari 60,3% penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan.
Di balik status Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah ke atas, Bank Dunia mengungkapkan fakta mencengangkan: 60,3% dari total populasi Indonesia hidup dalam garis kemiskinan
Indonesia diproyeksikan hanya memiliki pertumbuan ekonomi rata-rata 4,8% hingga 2027. Adapun, rinciannya adalah 4,7% pada 2025, 4,8% pada 2026, dan 5% pada 2027.
Reformasi struktural untuk mempercepat pertumbuhan produktivitas, di samping kehati-hatian fiskal dan moneter, merupakan kunci untuk memajukan agenda pertumbuhan pemerintah.
Pengurusan izin usaha di Tanah Air masih membutuhkan waktu hingga 65 hari. Berbeda jauh dengan negara-negara maju dalam memproses izin bisnis.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Bulan ini, Mei 2025, jadi waktu yang tepat bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Pasalnya, nilai tukar rupiah mulai stabil.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved