Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

PBB tidak Pesimistis Menilai Suramnya Ekonomi Tiongkok

Wisnu Arto Subari
04/10/2023 20:41
PBB tidak Pesimistis Menilai Suramnya Ekonomi Tiongkok
Kerumunan besar yang sebagian besar turis Tiongkok berjalan melalui pusat bersejarah Makau selama liburan Golden Week pada 3 Oktober 2023.(AFP/Peter Parks.)

KEKHAWATIRAN mengenai masalah ekonomi Tiongkok terlalu dilebih-lebihkan dan Beijing masih memiliki banyak ruang fiskal. Ini dikatakan kepala perdagangan dan pembangunan PBB pada Rabu (4/10/2023).

Krisis sektor properti yang melanda Tiongkok menyebabkan beberapa perusahaan ternama terlilit utang. Ini memicu kekhawatiran terhadap perekonomian Tiongkok secara lebih luas dan kemungkinan dampaknya secara global.

"Kami tidak memiliki proyeksi yang sangat pesimistis mengenai Tiongkok," kata Rebeca Grynspan, ketua Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB. UNCTAD menurunkan perkiraan pertumbuhan Tiongkok pada 2024 dari lima persen menjadi 4,8% dengan alasan lemahnya permintaan domestik.

Baca juga: Perekrutan Karyawan Swasta di AS Alami Perlambatan Tajam

"Ini merupakan perlambatan tetapi tidak tinjauan pesimistis seperti yang kita lihat di beberapa publikasi," kata Grynspan pada konferensi pers yang menyajikan prakiraan ekonomi tahunan unggulan UNCTAD. "Kami pikir ada perlambatan pertumbuhan di Tiongkok, tetapi bukan krisis yang dramatis."

Mantan wakil presiden Kosta Rika itu menambahkan bahwa Tiongkok memiliki banyak ruang fiskal, tidak seperti negara lain. Karenanya, Beijing masih memiliki sarana untuk dapat bangkit kembali dan mendukung perekonomian.

Baca juga: Industri Minyak Berperan Penting Atasi Krisis Iklim

Sektor properti Tiongkok telah lama menjadi pilar pertumbuhan--bersama dengan konstruksi, sektor ini menyumbang sekitar seperempat PDB--dan sektor ini mengalami lonjakan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Namun besarnya utang yang dimiliki oleh para pemain terbesar Tiongkok dipandang oleh Beijing sebagai risiko yang tidak dapat diterima bagi sistem keuangan Tiongkok dan kesehatan perekonomian secara keseluruhan.

Pihak berwenang secara bertahap memperketat akses pengembang terhadap kredit sejak 2020 dan gelombang gagal bayar pun menyusul, terutama yang terjadi pada raksasa properti Evergrande. Richard Kozul-Wright, direktur divisi Strategi Globalisasi dan Pembangunan UNCTAD, bahkan lebih kritis terhadap pesimisme yang ada dibandingkan Grynspan.

"Anda bisa mengharapkan pemulihan yang lebih cepat di Tiongkok pada tahun ini. Hal itu tidak terjadi karena sejumlah hambatan besar di pasar realestat," katanya.

Selain itu, permintaan konsumen di Tiongkok jauh lebih lemah dari perkiraan, tambahnya. "Namun kami tentu saja tidak setuju dengan reaksi histeris yang dilakukan beberapa pers Barat terhadap Tiongkok." (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik