Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Pengamat: Investasi Emas Antam pada 2022 Tetap Kompetitif

Mediaindonesia.com
14/1/2022 14:45
Pengamat: Investasi Emas Antam pada 2022 Tetap Kompetitif
Petugas menunjukkan emas Antam di Butik Emas Logam Mulia Antam Denpasar Bali, Kamis (9/9/2021).(Antara/Nyoman Hendra Wibowo.)

INVESTASI emas akan tetap kompetitif walaupun nanti ada batu sandungan penaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan pemulihan ekonomi dunia seiring melandainya badai pandemi covid-19. Penaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan pemulihan ekonomi dunia akan membuat harga emas tertahan. Itu hal biasa karena harga emas di Indonesia ditentukan oleh harga emas Bank Dunia dan dipengaruhi oleh suku bunga di Amerika Serikat sebagai negara adidaya.

Namun untuk investasi emas Antam tetap akan menarik. Terlebih lagi mengawali 2022, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk atau yang dikenal dengan emas Antam mengalami kenaikan yang cukup tajam. Diakui bahwa sepanjang 2021 harga emas Antam mengalami pelemahan mengikuti emas dunia, tetapi di tahun ini investor ritel optimistis emas akan kembali melesat.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, harga emas batangan naik Rp 7.000/gram. Emas dengan berat 1 gram dijual Rp945.000/batang atau naik 0,75%. Demikian dikatakan analis pasar, Ariston Chendra, dalam keterangan resmi, Jumat (14/1). Dari data tercatat, PT Antam menjual emas mulai ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram. Harga jual tersebut belum termasuk pajak 0,9% bagi pembelian tanpa menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan 0,45% dengan NPWP.

Menurut  Ariston, banyak bank investasi memproyeksikan harga emas dunia akan berada di kisaran US$1.800/troy ons hingga US$2.000/troy ons di tahun ini. Faktor utama yang menggerakkan emas masih suku bunga di Amerika Serikat (AS). Yang menarik, kata dia, emas masih tetap menguat dalam dua hari perdagangan terakhir meski bank sentral AS (The Fed) diperkirakan menaikkan suku bunga di Maret 2022.

Kenaikan suku bunga bisa memberikan dampak negatif terhadap emas, tetapi spekulasi kenaikan dalam kurang dari 3 bulan ke depan belum mampu membuat harga emas rontok. Dengan demikian, hal tersebut bisa menjadi kabar baik yang bisa menjadi sinyal emas akan kuat menahan penaikan suku bunga dan melaju di tahun ini. Inflasi yang tinggi menjadi salah satu faktor yang mendukung hal tersebut. "Jika prediksi kenaikan harga emas dunia tersebut jitu, harga emas Antam juga akan terkerek naik," ujar Ariston. 

Intinya, pada 2022, emas masih menarik meskipun secara global terdapat berbagai tekanan baik dari tapering AS serta penaikan suku bunga. "Ada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga 2-3 kali. Untuk 2022, emas masih terlihat akan terus menarik, karena sifat emas yang merupakan aset berisiko kecil dan sebagai alternatif investasi," ujarnya.

Menurut dia, pada 2022, harapan pasar terhadap The Fed terlihat cukup tinggi dengan penyelesaian stimulus akan berjalan lebih cepat ditambah dengan perubahan suku bunga hingga tiga kali sampai akhir 2022. Penaikan suku bunga ini biasanya akan membuat obligasi menjadi menarik karena memberikan kupon yang lebih baik dibandingkan emas. "Dengan demikian, untuk aset emas, pergerakan harganya akan menjadi lebih menarik baik bagi para pencari harga emas murah maupun bagi para pelaku pasar yang memanfaatkan fluktuasi harga," jelas dia.

Dia menambahkan harga emas menurun di sepanjang 2021 karena ekonomi global mulai pulih. Bahkan, beberapa negera mulai bangkit dari keterpurukan dampak pandemi covid-19. Alhasil, peran emas sebagai aset safe haven tersingkirkan dan pelaku pasar beralih pada aset berisiko. Pemulihan ekonomi global juga memicu kenaikan suku bunga acuan yang membuat imbal hasil obligasi naik. "Kenaikan suku bunga menjadi isu negatif bagi emas yang merupakan aset tanpa memberikan bunga," kata dia.

Baca juga: Harga Minyak Goreng Kemasan Merek Masih Rp18.000 per Liter 

Di satu sisi, pemulihan ekonomi bisa menimbulkan inflasi dan emas cocok sebagai aset lindung nilai dari inflasi. Alhasil pelemahan harga emas berpotensi tertahan. Apalagi, masih ada ketidakpastian dari berbagai varian baru covid-19. Jika harga emas menguat, menurutnya, tidak akan setinggi seperti di 2020. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik