Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Impor Batu Bara Tiongkok Naik 200 Persen

Fetry Wuryasti
09/11/2021 10:15
Impor Batu Bara Tiongkok Naik 200 Persen
Ilustrasi batu bara(dok.Ant)

IMPOR batu bara Tiongkok sepanjang Oktober 2021 tercatat mencapai 27 juta ton atau naik sebanyak dua kali dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut seiringan dengan kebutuhan energi dalam negeri yang masih cukup tinggi akibat pemulihan ekonomi Tiongkok.

"Akibatnya kebutuhan energi listrik membengkak seiring bergairahnya kembali industri di negeri tersebut," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa (9/11).

Meski demikian, berdasarkan data dari Bloomberg, impor batubara saat ini mengalami penurunan sebesar 18% dibandingkan pada periode impor tertinggi yakni September serta paling rendah sejak Mei 2021.

Adapun importasi komoditas salah satunya berasal dari Indonesia untuk pasokan pembangkit listrik. Kondisi ini merupakan dampak dari upaya Tiongkok untuk meningkatkan produksi batu bara dalam negeri.

Intervensi ini juga menyebabkan harga batu bara turun cukup signifikan dalam dari US$223,45 per ton pada 31 Oktober menjadi US$139 per ton pada 2 November. Selain mendorong lebih banyak pasokan domestik, Beijing juga menindak para spekulan dan penimbun komoditas tersebut.

Presiden Tiongkok Xi Jinping juga membiarkan tarif listrik naik dan membujuk para penambang untuk mengenakan batasan harga. Akibatnya, hanya sebagian provinsi di Tiongkok yang masih menghadapi pemadaman listrik besar-besaran.

Selain itu, musim dingin tahun ini diperkirakan lebih dingin dari biasanya, sehingga kondisi tersebut akan memberikan tekanan lebih kepada pasar batubara.

Kami melihat pembatasan pada harga batubara di pasar domestic memberikan dampak negatif pada pasar impor, terlebih hal tersebut berjalan menjelang musim dingin dimana faktor cuaca turut memberikan dampak pada perlambatan produksi.

"Kami memperkirakan kebutuhan listrik dalam beberapa bulan menjelang akhir tahun masih tinggi. Hal tersebut seiring dengan masifnya ekspansi sektor non manufaktur yang terjadi pada kuartal III dimana kenaikan tersebut diproyeksikan dapat berlanjut hingga akhir tahun," kata Nico. (OL-13)

Baca Juga: Alasan Australia Tetap Jual Batu Bara dan Buka PLTU



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya