Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Ada Sinyal BI Kurangi Suntikan Likuiditas pada Tahun Depan

Fetry Wuryasti
19/10/2021 18:15
Ada Sinyal BI Kurangi Suntikan Likuiditas pada Tahun Depan
Warga berjalan dengan latar gedung bertingkat di kawasan Sudirman, Jakarta.(Antara)

BANK Indonesia memberikan sinyal terkait pengurangan suntikan likuiditas ke pasar keuangan pada 2022. Langkah itu antisipasi terhadap kebijakan bank sentral di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara dalam mengatasi kenaikan inflasi, yang belum seimbang dengan pemulihan ekonomi global.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan fenomena naiknya inflasi dari berbagai negara, akan bergantung pada negara yang bersangkutan. Saat ini, dunia menghadapi ketidakseimbangan pemulihan atau pertumbuhan ekonomi. Negara-negara yang stimulus fikal dan moneternya besar, disertai kemajuan vaksinasi covid-19, bisa memacu pertumbuhan ekonomi lebih cepat.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi juga akan melesat. Namun, masih ada perdebatan terkait kenaikan inflasi yang bersifat permanen atau sementara. Mengingat, pemulihan ekonomi yang pesat bermula dari tahun lalu ketika terjadi resesi.

Baca juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi, BI Masih Tahan Suku Bunga Acuan

Selama ini, Bank Sentral AS (The Fed) kerap menyampaikan bahwa meski pertumbuhan ekonominya tinggi dan kenaikan inflasi melebihi target, namun melihat perkembangan tersebut masih sementara. Akan tetapi pada 2022, The Fed memandang kenaikan inflasi di AS sebagai hal permanen.

"Kita tentu mengantisipasi mengenai rencana pengurangan penambahan likuiditas. Kemungkinan di tahun depan, ada kenaikan dari Fed Fund Rate," ujar Perry dalam konferensi pers virtual, Selasa (19/10).

Menyoroti kondisi di sejumlah negara lain, kenaikan inflasi dipengaruhi faktor suplai dan gangguan rantai pasokan di dalam negeri. Faktor lainnya, yaitu penyesuaian harga yang diatur pemerintah. Respons dari bank sentral masing-masing negara pun berbeda.

Baca juga: Survei : Masyarakat Optimis Perbaikan Ekonomi Nasional pada 2022

Namun, dua faktor ini berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. Perry menekankan kebijakan Bank Indonesia tidak selalu mengacu pada moneter. Pada moneter, Bank Sentral memiliki tiga pilihan, yakni nilai tukar rupiah, suku bunga dan likuiditas atau bauran kebijakan.

Pada 2022, Bank Indonesia memprediksi tingkat suku bunga akan rendah. Kemungkinan, sekitar kuartal IV 2022, Bank Indonesia baru mempertimbangkan opsi kenaikan suku bunga acuan. Namun, dari sisi likuiditas pada tahun ini sangat longgar. Pada tahun depan, Bank Indonesia secara bertahap mengurangi kelonggaran tersebut.

Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp129,92 triliun hingga 15 Oktober 2021. Serta, melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2021 sebesar Rp142,54 triliun. Itu terdiri dari Rp67,08 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO).(OL-11)


 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya