Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Survei : Masyarakat Optimis Perbaikan Ekonomi Nasional pada 2022

Indriyani Astuti
19/10/2021 16:36
Survei : Masyarakat Optimis Perbaikan Ekonomi Nasional pada 2022
Ilustrasi(ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/)

PERSEPSI masyarakat cukup optimis terhadap kondisi ekonomi pada 2022. Berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC), yang dilakukan pada 15-21 September 2021, mayoritas responden menjawab optimis akan ada perbaikan ekonomi pada 2022. Meskipun ekonomi rumah tangga mereka memburuk saat pandemi Covid-19 melanda.

Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas menyampaikan, masyarakat yang optimis perekonomiannya akan membaik pada 2022, mencapai 65,6%. Sedangkan yang pesimis sebesar 9,1%. Sementara yang menjawab tidak ada perubahan dengan perekonomian nasional sebesar 17,9% dan tidak menjawab 7,5%.

"Begitu pula dengan perekonomian nasional, mayoritas reponden optimis. Sebanyak 59,4% menjawab akan membaik," ujarnya dalam rilis hasil survei nasional mengenai tahun kedua kinerja pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang digelar secara daring, Selasa (20/10).

Survei SMRC mencatat, memang pada September 2021, banyak masyarakat menilai kondisi rumah tangganya jauh lebih buruk. Sebanyak 37% menjawab demikian jika membandingkan dengan kondisi pada 2020. Sementara yang menjawab ekonominya jauh lebih baik 31,4% dan yang menjawab tidak ada perubahan juga 31,4%.

Baca juga: BI: Inflasi Diprediksi di Bawah Target, Rupiah Perlahan Menguat

Sirojudin menjelaskan, sebelum ada wabah Covid-19, pada Juni 2019 sebesar 45,8% responden menilai kondisi ekonomi rumah tangganya baik. Namun setelah pandemi Covid-19, sentimen positif publik turun menjadi 12,2% pada survei Oktober 2020. Meski demikian, ia menuturkan ada perbaikan terjadi dalam setahun terakhir yakni periode 2020 hingga 2021. Tapi itu menurutnya belum cukup kuat untuk bisa mencapai situasi perekonomian masyarakat seperti sebelum pandemi Covid-19.

Adapun persepsi masyarakat mengenai ekonomi nasional pada September 2021, sebanyak 44,1% responden menjawab lebih buruk dibanding 2019 dan 4,6% responden menganggap perekonomian nasional jauh lebih buruk. Lalu, 21,7% menjawab tidak ada perbaikan, 24,4% menilai lebih baik, dan 1,6% merasa jauh lebih baik sementara sisanya tidak menjawab. Untuk pendapatan kotor rumah tangga, survei mendapati mayoritas responden atau 60,6% menjawab pendapatannya menurun.

Surojudin mengatakan survei SMRC melibatkan sampel sebanyak 1220 responden. Dari jumlah itu, yang berhasil diwawancarai 981 responden sehingga ada margin of error sebesar 3,19%. Survei memotret persepsi masyarakat dari bidang politik, penegakan hukum, dan kondisi korupsi dan ekonomi di Indonesia.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), lembaga riset independen Avi Aviliani, menuturkan

wajar apabila masyarakat menilai ekonomi rumah tangga mereka menurun, sebab kebanyakan yang terdampak pandemi Covid-19 adalah mereka yang bekerja di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Avi menyebutkan, ada sektor UMKM yang merasakan imbas paling besar dari penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) selama pandemi yakni perdagangan, sektor makanan dan minum, akomodasi termasuk didalamnya pariwisata.

"Ini yang membuat akhirnya dari sisi perkonomian rumah tangga memburuk karena pemulihannya cukup lambat," ucap dia.

Pada triwulan II tahun 2021, Avi mengatakan optimisme masyarakat meningkat karena adanya vaksinasi Covid-19 sehingga usaha mulai dibuka. Tetapi pada triwulan III 2021, optmisme kembali menurun akibat munculnya varian baru dalam periode Juni hingga September. Kemudian ia berharap pada triwulan IV yakni Oktober - Desember 2021, pertumbuhan ekonomi bisa perlahan membaik.

Ia menyarankan agar pembangunan infrastruktur sebaiknya bisa memberikan efekganda pada ekonomi karena, hampir seluruh negara mengalami kesulitan fiskal. Ia juga berharap pemerintah menjaga kestabilan komoditas pokok untuk mencegah akibat dari inflasi. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya