Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

US Hentikan Pendanaan Vaksin Covid-19, Pakar Kesehatan: Keputusan Berbahaya

Atalya Puspa    
08/8/2025 10:11
US Hentikan Pendanaan Vaksin Covid-19, Pakar Kesehatan: Keputusan Berbahaya
Ilustrasi vaksin covid-19.(Dok. Freepik)

PEMERINTAHAN Donald Trump melalui Menteri Kesehatan AS, Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19 dan flu. Dilansir dari Al Jazeera, Total ada 22 proyek senilai 500 juta dolar AS yang dihentikan, termasuk vaksin covid-19, menurut pernyataan resmi Kennedy.

Langkah ini menegaskan sikap skeptis Kennedy terhadap vaksin, yang sudah terlihat sejak awal masa jabatannya sebagai kepala Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS). Sebelumnya, ia juga telah mencopot panel penasihat vaksin dan menolak memberi dukungan tegas pada program vaksinasi, bahkan saat wabah campak mulai meningkat.

Dalam video yang diunggah ke media sosialnya, Kennedy menyebut keputusan ini sebagai bagian dari upaya mengganti program mRNA yang bermasalah dengan pendekatan vaksin yang dinilai lebih aman dan tahan terhadap mutasi virus.

“Kami akan memprioritaskan strategi vaksin yang lebih luas dan aman, seperti vaksin whole-virus dan platform baru yang tidak runtuh ketika virus bermutasi,” ujar Kennedy.

Keputusan ini langsung menuai kritik keras dari para ahli penyakit menular. Mike Osterholm, pakar dari Universitas Minnesota yang telah berkarier selama 50 tahun di bidang kesehatan publik, menyebut kebijakan ini sebagai keputusan paling berbahaya yang pernah ia lihat.

Menurut Osterholm, teknologi mRNA sangat penting dalam merespons pandemi karena memungkinkan produksi vaksin secara cepat.

Hal senada disampaikan Dr. Paul Offit, ahli vaksin dari Rumah Sakit Anak Philadelphia. Ia menilai pembatalan proyek ini sebagai langkah yang ceroboh, terutama di tengah kekhawatiran akan potensi pandemi flu burung (H5N1). “Vaksin mRNA sudah menyelamatkan jutaan nyawa,” tegas Offit.

Teknologi mRNA pertama kali dipakai secara luas saat pandemi covid-19, dan sukses mempercepat pengembangan vaksin. Alih-alih menumbuhkan virus seperti metode tradisional, mRNA bekerja dengan mengirimkan cetak biru genetik yang memicu tubuh untuk menghasilkan protein tertentu guna merangsang imunitas.

Teknologi ini kini juga sedang dieksplorasi untuk pengobatan kanker. Bahkan, miliarder teknologi Larry Ellison sempat memuji potensi mRNA untuk terapi kanker saat hadir di Gedung Putih awal tahun ini.

Namun dalam pernyataannya, HHS memastikan bahwa penggunaan mRNA untuk kebutuhan lain di luar vaksin tetap berjalan. (H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya