Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Prediksi BI, The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan pada 2023

Fetry Wuryasti
17/6/2021 16:03
Prediksi BI, The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan pada 2023
Bendera The Fed yang berkibar di Washington DC, Amerika Serikat.(AFP)

RAPAT Gubernur Bank Sentral AS (FOMC Meetings) memberi sinyal bahwa akan memulai diskusi terkait tapering off atau pengetatan likuiditas dan menaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate. 

Namun, hasil keputusan pada rapat Kamis (17/6) dini WIB, menunjukan The Fed masih menahan suku bunga acuan pada level 0,25%. Bank Indonesia merespons pernyataan tersebut dengan mengoptimalkan langkah stabilisas nilai tukar rupiah.

Serta, berkoordinasi dengan pemerintah agar dampak terhadap imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tetap dalam batas normal. "Ini akan kami lakukan sampai melihat tahun depan. Bagaimana perkembangan inflasi di Indonesia, serta pertumbuhan ekonomi," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi virtual, Kamis (17/6).

Baca juga: BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,5%

Bank Sentral menyoroti pergerakan inflasi Amerika Serikat (AS) akan meningkat dalam jangka pendek. Namun, The Fed diketahui meyakini hal itu bersifat temporer. Tekanan inflasi secara fundamental kemungkinan baru terjadi pada 2022 dan 2023.

Proyeksi juga menunjukkan tingkat pengangguran di AS masih di atas target jangka panjang sebesar 3,6%. Pada tahun ini data menunjukan masih di sekitar 4,5% tahun. "Kebijakan moneter secara fundamental akan dipengaruhi perkiraan inflasi ke depan," jelas Perry.

"Seberapa jauh kecepatan pemulihan ekonomi di AS menghasilkan tingkat tenaga kerja. Bisa menurunkan tingkat pengangguran mengarah kepada target jangka panjang mereka. Ini yang menjadi dasar," imbuhnya.

Mencermati pernyataan dari FOMC, lanjut Perry, menunjukan The Fed akan tetap akomodatif dalam kebijakan moneter. Serta, masih terlalu dini untuk pengurangan stimulus moneter saat ini. The Fed juga dinilai masih akan melanjutkan pembelian surat berharga sampai terdapat perkembangan yang substansial terkait inflasi dan tenaga kerja di AS.

Baca juga: Wall Street Melorot Akibat Kebijakan The Fed Bingungkan Investor

"Dari dua aspek penting ini, kami melihat tapering off The Fed tidak akan terjadi pada 2021. Tentu kami akan pantau dari waktu ke waktu, kalau ada indikator baru yang membuat perubahan. Tetapi, sampai dengan yang kami pahami, tapering off The Fed baru akan dilakukan tahun depan," pungkas Perry.

Adapun tapering off dengan mengurangi pembelian surat berharga oleh The Fed kemungkinan baru dilakukan pada kuartal I 2022. Kemudian, ada potensi kenaikan suku bunga acuan AS Fed Fund Rate pada 2023.

Dampaknya bagi emerging market, termasuk Indonesia, secara teknikal terkait pemahaman pasar terhadap kerangka kerja kebijakan moneter The Fed. Bank Indonesia melihat pasar semakin memahami kinerja The Fed dalam menggulirkan kebijakan moneter.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya