Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
Hasil riset Kredivo dan Katadata Insight Center menunjukkan bahwa pembayaran menggunakan metode paylater makin diminati selama pandemi COVID-19.
Berdasarkan hasil riset yang dirilis secara virtual, Rabu (9/6), diketahui bahwa 55 persen pengguna paylater saat ini merupakan pengguna baru kurang dari satu tahun, sementara 41 persen konsumen memilih fitur paylater untuk mengontrol pengeluaran bulanan.
“Pandemi telah mengubah banyak hal dalam keseharian kita, termasuk perilaku kita saat bertransaksi digital," ujar VP Marketing & Communications Kredivo, Indina Andamari dalam keterangannya, Rabu (9/6).
Hasil riset tersebut menunjukkan paylater berpotensi semakin diminati sebagai pilihan pembayaran yang cepat, aman, dan nyaman.
Paylater diperkirakan menjadi salah satu pembayaran digital yang tumbuh paling cepat di e-commerce dalam satu tahun terakhir.
Studi tersebut menunjukkan bahwa hampir 90 persen konsumen menyadari bahwa paylater merupakan sebuah opsi pembayaran.
Dalam riset tersebut disebutkan bahwa mereka yang sudah menggunakan paylater menyatakan sangat puas dan 50 persen di antaranya berencana menggunakan paylater lebih sering daripada sebelumnya.
"Sebagai pelaku pembiayaan berbasis digital terdepan, tentunya kami optimis bahwa berbagai temuan ini dapat mendorong visi perusahaan untuk melayani 10 juta pelanggan pada 2025 melalui solusi pembiayaan yang cepat, terjangkau dan mudah diakses,” kata Indina.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan pandemi COVID-19 telah membawa banyak perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat sehari-hari. Industri digital ditantang untuk terus berinovasi demi memenuhi kebutuhan konsumen.
"Seiring meningkatnya popularitas e-commerce maupun paylater sebagai metode pembayaran selama setahun terakhir, kami berharap riset Kredivo ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi digital negeri lebih cepat lagi," kata Bima.
Riset perilaku pembayaran konsumen dianalisis secara khusus dengan menggunakan data yang diperoleh dari survei online yang berlangsung pada tanggal 26-30 Maret 2021 dengan 3.560 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. (Ant/OL-12)
Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada April 2025 sebesar US$431,5 miliar atau sekitar Rp7.042 triliun.
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengungkapkan rumah tangga Indonesia semakin tertekan.
Pada Mei 2025, kondisi pendapatan konsumen tergerus. Sementara itu, proporsi pembayaran cicilan atau utang justru mengalami peningkatan.
KOMISI XI DPR RI memandang positif penilaian yang diberikan oleh lembaga pemeringkat Fitch Ratings terhadap kredit Indonesia pengakuan atas kemampuan menjaga stabilitas makroekonomi.
EFISIENSI anggaran yang dilakukan, terutama untuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora kelabakan.
Strategi pelepasan aset memungkinkan pengembangan proyek baru, pengurangan utang, dan peningkatan modal usaha.
Kejagung juga akan menelusuri aliran dana yang diajukan sebagai modal kerja, namun, diselewengkan.
PT CRIF Lembaga Informasi Keuangan (CLIK) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo).
Anggota Komisi XI DPR RI, Melchias Marcus Mekeng, menyambut baik wacana permodalan Koperasi Desa Merah Putih melalui pinjaman Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
Bank Indonesia mencatat, sebanyak 38,1 juta UMKM telah menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk menerima pembayaran.
Harli belum bisa memastikan total kerugian negara dalam kasus ini. Sebagian data yang didapat Kejagung berasal dari laporan masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved