Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Kegiatan Seni Kebudayaan Perlu Perhatian Serius Pemerintah

Mediaindonesia.com
07/4/2021 17:56
Kegiatan Seni Kebudayaan Perlu Perhatian Serius Pemerintah
Seniman tradisional tarling Diana Sastra.(MI/Permana.)

PERLU perhatian dari pemangku kepentingan agar para pekerja kreatif bisa memanfaatkan setiap peluang yang mampu mendorong industri kreatif di Tanah Air tetap bertahan.

"Membutuhkan kerja-kerja besar dan harus mendapat prioritas tinggi agar peluang yang ada pada industri kreatif bisa dimanfaatkan dengan baik para pekerja seni," kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Merumuskan Jalan Kebangkitan Industri Kreatif Pasca Pandemi yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (7/4).

Diskusi yang dimoderatori Luthfi Assyaukanie PhD (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR Bidang Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah) itu menghadirkan Wishnutama Kusubandio (Komisaris Utama Telkomsel, Menteri Parekraf 2019-2020), Harry 'Koko' Santoso (promotor event), Irfan Aulia (Founder Portamento), dan Diana Sastra (seniman tradisional tarling). Hadir juga Niluh Djelantik (Ketua DPP Partai NasDem Bidang UMKM, entreprenuer industri fesyen) dan Ananda Sukarlan (pianis dan komponis) sebagai penanggap.

Menurut Lestari, saat ini Indonesia belum bisa dikatakan bebas dari pandemi dan masih dalam masa transisi menuju pengendalian penyebaran covid-19. Mobilitas manusia, jelas Rerie, masih harus dibatasi. Akibatnya, pekerja di industri kreatif yang sebagian besar seniman terdampak. Bukan hanya itu, tegas anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, dampak pembatasan mobilitas orang juga dirasakan masyarakat penikmat seni pertunjukan. "Jadi, baik seniman dan penontonnya terdampak di masa transisi ini. Ada aspek lain yang hilang dari rutinitas hiburan masyarakat," ujar Rerie. Karena itu, jelasnya, saat ini harus ada upaya agar di masa transisi ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga industri kreatif tetap bergeliat dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat.

Menteri Parekraf 2019-2020 Wishnutama Kusubandio berpendapat bahwa industri kreatif di masa pandemi ini sangat lekat dengan ekonomi digital. Tapi, ujar Wishnutama, kita harus memahami bahwa peluang di ekonomi digital ini belum maksimal dimanfaatkan. Sangat disayangkan, jelas Wishnutama, yang mendapatkan keuntungan lebih besar bukan platform-platform dari Indonesia. "Jadi yang paling dapat manfaat dari maraknya digitalisasi ekonomi ini bukan bangsa kita," ujarnya. Padahal, ujarnya, peluang pendapatan ekonomi digital itu senilai US$155 miliar atau 10% dari GDP Indonesia. Wishnutama berharap pembangunan ekonomi kreatif harus komperhensif dari berbagai sisi. Untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi digital pada masa datang, tegasnya, para pemangku kepentingan harus melalukan persiapan secara matang.

Promotor pertunjukan Harry 'Koko' Santoso menilai kondisi infrastruktur kesenian Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain. Gedung-gedung kesenian, misalnya, yang layak hanya tersedia di Jakarta. Akibatnya, jelas Koko, musisi nasional saat ini belum memiliki daya tawar yang cukup untuk bisa dihargai di kancah global. Untuk bangkit dari kondisi tersebut, menurut Koko, kita perlu gerakan berskala nasional. Perlu perhatian besar dari para pemangku kepentingan untuk mewujudkan gerakan tersebut.

Seniman tradisional tarling Diana Sastra mengakui kebijakan pembatasan sosial menyebabkan para pekerja seni di daerah terpukul karena tidak bisa sama sekali menjalankan profesi. Untuk memanfaatkan media digital, ujar Diana, sebagian pekerja seni di daerah belum memiliki keterampilan yang memadai. Menyikapi kondisi tersebut, dalang Warseno yang hadir sebagai peserta diskusi berharap pemerintah hadir dalam membantu para pekerja seni untuk mengatasi sejumlah kendala yang dihadapi di masa pendemi ini.

Ketua DPP Partai NasDem Bidang UMKM dan entreprenuer industri fesyen Niluh Djelantik berpendapat usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) merupakan ekonomi riil saat ini. Sejumlah acara pertunjukan hilang, jelasnya, berdampak langsung terhadap UMKM. Niluh menyarankan, perlu kesepakatan sejumlah pihak untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan agar kegiatan pertunjukan atau aktivitas seni bisa dilakukan. Dengan begitu, jelasnya, UMKM bisa menggeliat kembali.

Pada kesempatan yang sama, pianis dan komponis Ananda Sukarlan yang sedang berada di Labuhan Bajo mengungkapkan lemahnya infrastruktur kesenian di Indonesia. Di Labuhan Bajo, Ananda kesulitan mendapatkan grand piano yang dibutuhkan untuk memproduksi konten kesenian.

Jurnalis senior Saur Hutabarat menilai urusan kebudayaan di negeri ini memang belum mendapatkan penanganan yang serius dari pemerintah. Hal itu terlihat dari berpindah-pindahnya posisi Ditjen Kebudayaan pada pemerintahan. Ditjen Kebudayaan pernah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pernah juga di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan akhirnya dikembalikan lagi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kenyataan itu, tegas Saur, memperlihatkan negara tidak memiliki kebijakan yang tegas dan jelas terkait pengembangan kebudayaan di masa datang. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya