Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DOLAR AS jatuh terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Federal Reserve membiarkan suku bunga tidak berubah dan mengulangi janji untuk melakukan apa yang diperlukan guna menopang perekonomian yang telah terpukul oleh penutupan bisnis karena virus korona baru.
"Federal Reserve berkomitmen untuk menggunakan berbagai alat guna mendukung ekonomi AS di masa yang penuh tantangan ini, dengan demikian mendorong lapangan kerja maksimum dan tujuan stabilitas harga," kata bank sentral dalam sebuah pernyataan di akhir pertemuan kebijakan dua hari.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, turun 0,32% menjadi 99,544, tetapi bertahan di atas terendah dua minggu di 99,44 yang dicapai pada Selasa (28/4).
"Mereka tentu tidak ingin mengecewakan seseorang. Mereka berusaha keras untuk mengatakan bahwa mereka akan terus melakukan apa yang mereka lakukan," kata Marvin Loh, ahli strategi makro global senior di State Street Global Markets.
Dolar telah melemah lebih dari tiga persen setelah mencapai puncak lebih dari tiga tahun di 102,99 pada akhir Maret ketika bank sentral global meluncurkan langkah-langkah stimulus besar-besaran untuk melindungi ekonomi dari pandemi virus korona.
Baca juga: Wall Street Menghijau Ditopang Keputusan Fed dan Berita Antivirus
Pernyataan The Fed muncul setelah data sebelumnya pada Rabu (29/4) menunjukkan bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi pada kuartal pertama.
Departemen Perdagangan mengatakan produk domestik bruto turun pada tingkat tahunan 4,8% pada periode Januari-ke-Maret setelah berkembang pada tingkat 2,1% dalam tiga bulan terakhir 2019.
Reaksi dolar terhadap data itu tidak 'besar' tetapi "Saya pikir itu akan menuangkan air dingin di atas harapan pemulihan bentuk-V. Dan saya pikir itu juga memvalidasi kekhawatiran bahwa pertumbuhan kuartal kedua bisa sejalan dengan beberapa perkiraan lebih buruk dari kontraksi 40%," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.
Greenback juga melemah karena peningkatan sentimen risiko setelah Gilead Sciences mengatakan obat eksperimental remdesivir antivirus membantu meningkatkan gejala pada pasien covid-19 yang diberi obat lebih awal.
Itu menambah optimisme bahwa bisnis di seluruh dunia lebih dekat dengan pembukaan kembali.
"Kami melihat semakin banyak obrolan tentang ekonomi yang dibuka di seluruh dunia, sehingga itu akan menyarankan bahwa reboot ekonomi global dapat terjadi lebih cepat daripada yang diperkirakan," kata Manimbo.
Dolar Australia, yang dipandang sebagai proksi untuk pertumbuhan global, melonjak 0,83% menjadi 0,6544 dolar AS. Dolar Australia sebelumnya mencapai 0,6551 dolar AS, tertinggi sejak 10 Maret.
Euro menguat 0,51 persen menjadi 1,0873 dolar sebelum pertemuan Bank Sentral Eropa pada Kamis waktu setempat. (A-2)
The Fed mempertahankan suku bunga dengan kisaran 4,25%-4,5%, meski ada tekanan dari Presiden AS Donald Trump.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 14 Agustus 2025, dibuka menguat 29,63 poin atau 0,38% ke posisi 7.922,54.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Rabu 13 Agustus 2025, dibuka menguat 54,39 poin atau 0,70% ke posisi 7.846,09.
Pengamat Celios, Nailul Huda, memprediksi BI akan mempertahankan BI Rate, seiring keputusan The Fed dan kondisi ekonomi yang tidak mendukung perubahan suku bunga.
Bank Sentral Amerika (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan untuk kelima kalinya tahun ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Selasa 29 Juli 2025, dibuka menguat 11,02 poin atau 0,14% ke posisi 7.625,79.
Presiden Donald Trump mengatakan sangat kecil kemungkinan untuk memecat ketua The Fed Jerome Powell.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved