Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Penerapan Intensif Biodiesel Bisa Jadi Senjata Perangi Uni Eropa

Andhika Prasetyo
01/5/2019 14:20
Penerapan Intensif Biodiesel Bisa Jadi Senjata Perangi Uni Eropa
Kuasa Direksi PT UWTL Mochtar Tanong saat mengunjungi pabrik pengolahan CPO di Baras, Pasangkayu, Sulawesi Barat.(MI/Andhika Prasetyo)

KUASA Direksi PT Unggul Widya Teknologi Lestari Mochtar Tanong mengatakan upaya penjegalan produk biodiesel oleh Uni Eropa membawa pengaruh buruk bagi industri kelapa sawit di dalam negeri.

Meskipun bukan perusahaan eksportir, UWTL yang fokus pada pengembangan sisi hulu tetap merasakan dampak negatif.

"Kami memang tidak bersentuhan langsung karena bukan eksportir tapi dampaknya tetap terasa. Harga CPO menjadi tertekan karena stok secara global tidak terserap maksimal," ujar Mochtar di Pasangkayu, Sulawesi Barat, Rabu (1/5).

Ia pun mendukung jika pemerintah harus mengambil kebijakan retaliasi guna memberi tekanan balik kepada Uni Eropa.

Baca juga : Kisah Sukses dari Sawit, Bisa Sekolahkan Anak Hingga S2

Namun, menurutnya, akan lebih baik jika pemerintah mengoptimalkan program penggunaan minyak sawit mentah sebagai bauran bahan bakar solar sebanyak 20% atau B20.

"Kita fokus saja ke program biodiesel. Kalau kita bisa serap CPO maksimal untuk B20 bahkan nanti B50, stok yang akan keluar negeri akan berkurang. Stok yang berkurang akan membuat pasar global berebut, harga jadi tinggi. Eropa akan mengemis-ngemis ke kita," ucapnya.

Sepanjang dua bulan pertama tahun ini, kebutuhan CPO untuk program biodiesel dalam negeri mencapai 1,2 juta ton.

Ditargetkan, sepanjang 2019, serapan akan mencapai 6,2 juta ton dan akan menyentuh 9 juta ton pada 2020.

"Kalau kita bisa B50, serapan kita bisa 20 juta ton setahun. Hampir separuh dari produksi CPO kita yang mencapai 47 juta ton," tandasnya. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya