Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Duka Mendalam Tragedi Kanjuruhan

03/10/2022 05:00
Duka Mendalam Tragedi Kanjuruhan
Ilustrasi MI(MI/Duta)

 

KABAR duka dari Tanah Air mengguncang dunia. Duka mendalam dunia menguar, khususnya komunitas persepakbolaan, setelah kerusuhan pertandingan sepak bola Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada 1 Oktober 2022. Hingga pukul 18.00 WIB kemarin tercatat sebanyak 130 korban tewas, 19 jenazah lainnya belum teridentifikasi, dan ratusan lainnya lainnya luka-luka.

Kerusuhan juga mengakibatkan kerusakan sejumlah fasilitas Stadion Kanjuruhan. Sebanyak puluhan kendaraan milik kepolisian dirusak dan dibakar massa yang kalap. Kerusuhan terjadi seusai Persebaya mengandaskan harapan Arema FC dengan skor 3-2.

Kemenangan Persebaya ialah sejarah manis bagi tim tamu. Untuk kali pertama Persebaya menang atas ‘Tim Singo Edan’ di Stadion Kanjuruhan setelah penantian 23 tahun. Kemenangan ini tanpa dihadiri oleh pendukung Persebaya.

Kontan saja pendukung Arema meradang. Kekalahan tim kesayangannya terlebih di kandang sendiri sungguh menyakitkan. Sejumlah suporter meluapkan kekecewaan dengan turun ke lapangan. Jumlah penonton yang turun ke lapangan semakin banyak. Aparat kepolisian yang dibantu TNI kewalahan membendung penonton yang turun ke lapangan.

Karena gagal menghalau penonton yang nekat ke lapangan, aparat kepolisian kemudian menembakkan gas air mata untuk mengendalikan keadaan. Namun, langkah petugas kepolisian yang mengeluarkan jurus pemungkas gas air mata membuat suasana tidak kondusif alias kacau.

Penonton berhamburan keluar stadion. Mereka berdesak-desakan untuk menyelamatkan diri keluar dari stadion yang diresmikan pada 2004. Celakanya jumlah penonton sebanyak 42 ribu yang melebihi kapasitas stadion yang seharusnya hanya 38 ribu orang membuat aliran penonton keluar tersumbat. Akhirnya mereka terjepit, terinjak-injak, dan kehabisan napas hingga meregang nyawa.

Tragedi Kanjuruhan mencoreng wajah Indonesia di kancah internasional di tengah kita berusaha keras mendongkrak prestasi sepak bola nasional ke tingkat dunia. Tragedi ini membuat persepakbolaan nasional jatuh ke titik nadir. Bayang-bayang sanksi dari Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA untuk persepakbolaan nasional tinggal menghitung hari.

Tragedi mematikan sekaligus memalukan ini menunjukkan buruknya pengelolaan persepakbolaan nasional, terutama manajemen pertandingan. Antuasiasme penonton yang ingin menikmati sajian tim kesayangannya di lapangan hijau tak pernah padam. Hal itu sebenarnya modal sosial yang sangat berharga untuk pengembangan persepakbolaan nasional.

Sayangnya gayung tak bersambut. Manajemen pertandingan di bawah Liga Indonesia Baru masih buruk, buruk sekali. Sebelumnya, dua suporter sepak bola pendukung tim Persib Bandung harus kehilangan nyawa saat akan menyaksikan pertandingan Piala Presiden 2022 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada Juni lalu.

Dari tragedi Kanjuruhan terungkap fakta-fakta pengabaian akuntabilitas pertandingan, seperti jumlah penonton yang melebihi kapasitas, waktu pertandingan yang tidak sesuai arahan pihak kepolisian, penggunaan gas air mata yang tidak sesuai standar keamanan FIFA, dan kekerasan aparat, baik oleh polisi maupun TNI.

Sungguh tepat apabila Presiden Joko Widodo memerintahkan Kapolri untuk menginventigasi secara tuntas Tragedi Kanjuruhan. Investigasi yang tidak perlu berlama-lama bekerja. Pasalnya, sudah terang-benderang siapa saja yang bekerja tidak sesuai prosedur. Semua pihak yang bersalah mesti dibawa ke ranah hukum.

Tragedi Kanjuruhan ialah kerusuhan terburuk persepakbolaan dunia setelah kerusuhan di Stadion Nasional (Estadio Nacional), Lima, Peru, saat laga Peru vs Argentina pada 1964 yang menewaskan 326 orang.

Sejatinya tanpa perlu menunggu tim investigasi bekerja, sudah seharusnya Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Kapolda Jatim, dan Kapolres Malang mengundurkan diri dari jabatan sebagai pertanggungjawaban moral atas tragedi yang mencampakkan wajah Indonesia di dunia internasional.

Investigasi dan evaluasi pertandingan secara menyeluruh menjadi momentum bersih-bersih benalu persepakbolaan nasional. Sepak bola jangan menjadi kuburan massal. Sepak bola ialah olahraga rakyat, harus menggembirakan, membahagiakan, dan bagian dari kohesi sosial masyarakat. Namun demikian, nyawa manusia harus tetap berada di atas sepak bola!



Berita Lainnya
  • Merangkul yang tengah Resah

    05/8/2025 05:00

    BERAGAM cara dapat dipakai rakyat untuk mengekspresikan ketidakpuasan, mulai dari sekadar keluh kesah, pengaduan, hingga kritik sosial kepada penguasa.

  • Saling Menghormati untuk Abolisi-Amnesti

    04/8/2025 05:00

    MANTAN Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan mantan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto telah resmi bebas dari tahanan.

  • Membuka Pintu Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.

  • Main Hajar Rekening ala PPATK

    01/8/2025 05:00

    ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.

  • Masih Berburu Harun Masiku

    31/7/2025 05:00

    KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.

  • Indonesia Rumah Bersama

    30/7/2025 05:00

    Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.

  • Jangan Biarkan Rasuah Rambah Desa

    29/7/2025 05:00

    KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.

  • Ujian Kekuatan ASEAN

    28/7/2025 05:00

    KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.

  • Atasi Karhutla Butuh Ketegasan

    26/7/2025 05:00

    NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.

  • Jaga Kedaulatan Digital Nasional

    25/7/2025 05:00

    Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.

  • Ini Soal Kesetiaan, Bung

    24/7/2025 05:00

    EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.

  • Koperasi Desa versus Serakahnomics

    23/7/2025 05:00

    SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia. 

  • Laut bukan untuk Menjemput Maut

    22/7/2025 05:00

    MUSIBAH bisa datang kapan pun, menimpa siapa saja, tanpa pernah diduga.

  • Mengkaji Ulang IKN

    21/7/2025 05:00

    MEGAPROYEK pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada awalnya adalah sebuah mimpi indah.

  • Suporter Koruptor

    19/7/2025 05:00

    PROSES legislasi Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hukum Acara Pidana menunjukkan lagi-lagi DPR dan pemerintah mengabaikan partisipasi publik.

  • Rumah Sakit Asing bukan Ancaman

    18/7/2025 05:00

    DIBUKANYA keran bagi rumah sakit asing beroperasi di Indonesia laksana pedang bermata dua.