Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
Mengendus ketiak yang berkeringat bisa menghilangkan kecemasan sosial. Demikian menurut penelitian baru yang dipresentasikan di Kongres Psikiatri Eropa di Paris. Aktivitas sehari-hari seperti bertemu orang asing, berbicara di telepon, atau bahkan pergi bekerja dapat memicu masalah kesehatan mental. Sekarang, para ilmuwan telah menemukan bahwa bau dari keringat orang lain dapat membantu mengatasi kondisi tersebut.
Ketakutan yang luar biasa terhadap situasi sosial biasanya berkembang selama masa remaja dan dapat memiliki implikasi jangka panjang. Gejalanya meliputi rasa sakit, wajah memerah, gemetar, atau bahkan serangan panik.
"Keadaan pikiran kita menyebabkan kita menghasilkan molekul (atau sinyal kemo) dalam keringat yang mengomunikasikan keadaan emosi kita dan menghasilkan respons yang sesuai di penerima. Hasil studi pendahuluan kami menunjukkan bahwa menggabungkan sinyal kemo ini dengan terapi mindfulness tampaknya menghasilkan hasil yang lebih baik dalam mengobati kecemasan sosial daripada yang dapat dicapai dengan terapi mindfulness saja,” kata pemimpin studi Elisa Vigna dari Institut Karolinska di Swedia, seperti dikutip dari Study Finds, Senin (27/3).
Penderita kecemasan yang menjalani gabungan perawatan tersebut dapat membantu mereka lebih menikmati momen dengan berfokus pada indera mereka dan berkonsentrasi pada pernapasan mereka.
“Kami menemukan bahwa individu yang melakukan satu sesi perawatan terapi mindfulness bersamaan dengan terpapar bau tubuh manusia, menunjukkan penurunan skor kecemasan sekitar 39%. Sebagai perbandingan, pada kelompok yang hanya menerima perawatan mindfulness (yaitu, kelompok kontrol) kami melihat penurunan skor kecemasan sebesar 17% setelah satu sesi perawatan,” ujar Vigna.
Selain itu, tim mengumpulkan sampel keringat saat orang menonton klip pendek dari fil;m horor dan komedi/ Peneliti melakukan ini untuk melihat apakah reaksi tertentu saat berkeringat memiliki efek yang berbeda.
Sebanyak 48 pasien, semua wanita berusia antara 15 dan 35 tahun, dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari 16 orang. Mereka selama dua hari, menjalani terapi mindfulness untuk kecemasan sosial. Mereka secara bersamaan terpapar salah satu bau yang berbeda. sementara kelompok kontrol (yang diamati) hanya terpapar udara bersih.
“Kami menemukan bahwa wanita dalam kelompok yang terpapar keringat dari orang-orang yang telah menonton film lucu atau menakutkan, merespons terapi mindfulness lebih baik daripada mereka yang tidak terpapar. Kami sedikit terkejut saat mengetahui bahwa keadaan emosional orang yang mengeluarkan keringat tidak berbeda dalam hasil pengobatan – keringat yang dihasilkan saat seseorang bahagia memiliki efek yang sama dengan seseorang yang takut dengan klip film. Jadi mungkin ada sesuatu tentang sinyal kemo manusia dalam keringat secara umum yang memengaruhi respons terhadap pengobatan, ”pungkas penulis penelitian.(M-3)
Program pemberdayaan bagi sobat jiwa digelar demi menghilangkan stigma, memberikan pelatihan, dan membuka peluang kerja. Dampaknya sudah nyata.
RIA Ricis dikabarkan menjalani perawatan di Korea sebagai bentuk self reward. Ricis merasa bahagia dengan hasil yang ia dapat setelah menjalani perawatan. Ia tampak lebih glowing.
KESEHATAN mental sering menjadi bahan seminar, tetapi jarang menjadi agenda nyata di ruang-ruang rapat sekolah.
Studi terbaru menunjukkan memelihara kucing dapat mengurangi stres, memperkuat kesehatan mental, serta memberikan efek positif bagi kesehatan fisik.
Ilmuwan Tiongkok menemukan cara mengubah stem cell atau sel punca manusia menjadi sel otak penghasil dopamin.
Penting bagi keluarga maupun orangtua yang memiliki remaja bisa memahami perubahan perilaku remaja agar bisa mendeteksi dini jika anak mereka mengalami masalah kesehatan mental.
Penggunaan pacar AI di platform seperti Character.AI makin populer, tetapi pakar memperingatkan risikonya.
Cinta bukan hanya soal perasaan, tapi juga ilmiah. Pelajari efek hormon ini saat jatuh cinta dan patah hati.
Studi terbaru menunjukkan memelihara kucing dapat mengurangi stres, memperkuat kesehatan mental, serta memberikan efek positif bagi kesehatan fisik.
Konferensi internasional psikologi ulayat kali ini menjadi istimewa karena sekaligus memperingati 100 tahun kontribusi ilmiah psikolog ternama Albert Bandura.
Ingin minta maaf dengan tulus? Ini panduan minta maaf dari para ahli.
Dilansir dari The Atlantic, pareidolia merupakan fenomena psikologi saat setiap orang dapat melihat bentuk tertentu pada gambar biasa, namun persepsinya cenderung berbeda dengan orang lain.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved