Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ENAM puluh enam juta tahun yang lalu, sebuah benda langit besar menghantam pantai yang sekarang disebut Meksiko. Peristiwa itu memicu dampak musim dingin yang dahsyat, yang pada akhirnya memusnahkan tiga perempat kehidupan di Bumi, termasuk dinosaurus.
Dua astronom di Universitas Harvard, Amerika Serikat mengatakan, mereka kini telah memecahkan misteri lama seputar sifat dan asal mula penabrak Chicxulub, sebuah kawah kuno yang terkubur di Semenanjung Yukatan, Meksiko. Kawah ini terbentuk diduga akibat jatuhnya asteroid jutaan tahun lalu.
Analisis mereka menunjukkan, penyebab semua itu adalah komet yang berasal dari daerah puing-puing es di tepi tata surya, bukan asteroid. “Jupiter bertanggung jawab atas tabrakan itu ke planet kita, dan bahwa kita dapat mengharapkan dampak serupa setiap 250 juta hingga 750 juta tahun,” kata mereka.
Makalah duo itu, yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports minggu ini, menolak teori yang lebih tua yang mengklaim objek tersebut adalah pecahan asteroid yang berasal dari Sabuk Utama tata surya kita.
"Jupiter sangat penting karena itu planet paling masif di tata surya kita," kata penulis utama Amir Siraj seperti dikutip AFP, Rabu (17/2)
Jupiter, kata dia, bertindak sebagai semacam mesin pinball yang menendang komet periode panjang yang masuk ke orbit dan membawa mereka sangat dekat dengan Matahari. Yang disebut "komet periode panjang" berasal dari awan Oort, yang dianggap sebagai cangkang bola raksasa yang mengelilingi tata surya, seperti gelembung yang terbuat dari puing-puing es seukuran pegunungan atau lebih besar.
Komet berperiode panjang membutuhkan waktu sekitar 200 tahun untuk mengorbit Matahari, dan juga disebut sungrazer karena jaraknya yang sangat dekat. Karena mereka berasal dari titik beku tata surya bagian luar, komet lebih beku daripada asteroid. Komet ini dikenal karena jejak gas dan debu nya menakjubkan saat mereka mencair.
Tapi, kata Siraj, dampak penguapan panas Matahari pada sungrazers tidak seberapa dibandingkan dengan gaya pasang surut masif yang mereka alami ketika satu sisi menghadap bintang kita.
"Akibatnya, komet-komet ini mengalami gaya pasang surut yang begitu besar sehingga yang paling masif dari mereka akan pecah menjadi sekitar seribu fragmen, masing-masing fragmen tersebut cukup besar untuk menghasilkan penabrak ukuran Chicxulub, atau peristiwa pembunuhan dinosaurus di Bumi."
Siraj dan rekan penulisnya Avi Loeb, seorang profesor sains, mengembangkan model statistik yang menunjukkan kemungkinan komet berperiode panjang akan menghantam Bumi sesuai dengan usia Chicxulub dan penabrak lain yang diketahui.
Bukti lain yang mendukung asal komet adalah komposisi Chicxulub: hanya sekitar sepersepuluh dari semua asteroid dari Sabuk Utama, yang terletak di antara Mars dan Jupter, terdiri dari kondrit berkarbon, sedangkan sebagian besar komet memilikinya.
Bukti menunjukkan kawah Chicxulub dan kawah serupa lainnya, seperti kawah Vredefort di Afrika Selatan yang terbentuk sekitar dua miliar tahun yang lalu, dan kawah Zhamanshin berusia jutaan tahun di Kazakhstan, semuanya memiliki chondrite berkarbon.
Hipotesis tersebut, kata Loeb, dapat diuji dengan mempelajari lebih lanjut kawah-kawah ini, yang ada di Bulan, atau bahkan dengan mengirimkan pesawat luar angkasa untuk mengambil sampel dari komet.
Loeb menambahkan dia sangat senang dengan prospek Observatorium Vera Rubin di Cile mulai beroperasi tahun depan. “Teleskop mungkin dapat melihat gangguan pasang surut komet periode panjang dan akan sangat penting dalam membuat ramalan pasti untuk 100 tahun ke depan, untuk mengetahui apakah sesuatu yang buruk dapat terjadi pada kita."
Meskipun Siraj dan Loeb menghitung penabrak seperti Chicxulub akan terjadi setiap beberapa ratus juta tahun, mereka tidak dapat memastikan kapan yang bencana berikutnya akan dating "Cara terbaik untuk mengetahuinya adalah dengan mencari di langit," pungkasnya. (AFP/M-4)
UPAYA segera menindaklanjuti proses repatriasi sejumlah benda bersejarah ke tanah air merupakan bagian penting dalam pembangunan sektor kebudayaan nasional.
Pengetahuan tentang kriteria sebuah warisan zaman dulu dapat diklasifikasikan sebagai cagar budaya masih minim di tengah masyarakat Indonesia.
Pada Juli lalu, kolektor seni asal Australia, Michael Abbot telah menghibahkan enam lembar Al-Quran tulis tangan abad ke 17 kepada Museum Negeri NTB.
Selama kunjungan ke Burkina Faso pada 2017, Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji untuk mengembalikan ‘warisan’ Afrika ini dalam waktu lima tahun.
Benda-benda yang disita itu antara lain, patung gajah batu kapur dari Timur Tengah kuno hingga sebuah patung abad ketujuh dari Tiongkok.
Badan Kebudayaan PBB mengatakan telah mengonfirmasi bahwa setidaknya 53 situs bersejarah Ukraina, bangunan keagamaan dan museum telah mengalami kerusakan selama invasi Rusia.
Komet C/2025 F2 (SWAN), yang berasal dari Awan Oort, sedang melintasi tata surya dan diprediksi bisa terlihat dari Bumi hingga awal Mei 2025.
Ilmuwan Tiongkok mengungkap fenomena efek roket yang memicu pergerakan tiba-tiba bongkahan batu di permukaan komet.
Pada awal tahun 2025, Komet ATLAS C/2024 G3, yang diperkirakan menjadi komet paling terang tahun ini, akan mencapai titik terdekatnya dengan Matahari pada 13 Januari.
Tahun 2025 diprediksi menjadi tahun penting dalam sejarah penemuan benda langit, dengan peningkatan signifikan dalam penemuan komet gelap yang belum teridentifikasi.
Para ilmuwan menemukan tujuh komet gelap baru, sehingga totalnya menjadi 14 objek misterius ini.
Pembahasan kita kali ini akan dibatasi pada benda langit yang memberi banyak pengaruh terhadap kehidupan di Bumi. Apa saja itu? Yuk belajar benda langit dalam Tata Surya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved