Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ini Ternyata Penyebab Punahnya Dinosaurus

Adiyanto
18/2/2021 08:00
Ini Ternyata Penyebab Punahnya Dinosaurus
Grafik jatuhnya komet sekitar 66 juta tahun lalu yang memusnahkan dinosaurus dan banyak spesies lain di planet ini.( AFP / ADRIAN LEUNG)

ENAM puluh enam juta tahun yang lalu, sebuah benda langit besar menghantam pantai yang sekarang disebut Meksiko. Peristiwa itu memicu dampak musim dingin yang dahsyat, yang pada akhirnya memusnahkan tiga perempat kehidupan di Bumi, termasuk dinosaurus.

Dua astronom di Universitas Harvard, Amerika Serikat mengatakan, mereka kini telah memecahkan misteri lama seputar sifat dan asal mula penabrak Chicxulub, sebuah kawah kuno yang terkubur di Semenanjung Yukatan, Meksiko. Kawah ini terbentuk diduga akibat jatuhnya asteroid jutaan tahun lalu.

Analisis mereka menunjukkan, penyebab semua itu adalah komet yang berasal dari daerah puing-puing es di tepi tata surya, bukan asteroid. “Jupiter bertanggung jawab atas tabrakan itu ke planet kita, dan bahwa kita dapat mengharapkan dampak serupa setiap 250 juta hingga 750 juta tahun,” kata mereka.

Makalah duo itu, yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports minggu ini, menolak teori yang lebih tua yang mengklaim objek tersebut adalah pecahan asteroid yang berasal dari Sabuk Utama tata surya kita.

"Jupiter sangat penting karena itu planet paling masif di tata surya kita," kata penulis utama Amir Siraj seperti dikutip AFP, Rabu (17/2)

Jupiter, kata dia, bertindak sebagai semacam mesin pinball yang menendang komet periode panjang yang masuk ke orbit dan membawa mereka sangat dekat dengan Matahari. Yang disebut "komet periode panjang" berasal dari awan Oort, yang dianggap sebagai cangkang bola raksasa yang mengelilingi tata surya, seperti gelembung yang terbuat dari puing-puing es seukuran pegunungan atau lebih besar.

Komet berperiode panjang membutuhkan waktu sekitar 200 tahun untuk mengorbit Matahari, dan juga disebut sungrazer karena jaraknya yang sangat dekat. Karena mereka berasal dari titik beku tata surya bagian luar, komet lebih beku daripada asteroid. Komet ini dikenal karena jejak gas dan debu nya menakjubkan saat mereka mencair.

Tapi, kata Siraj, dampak penguapan panas Matahari pada sungrazers tidak seberapa dibandingkan dengan gaya pasang surut masif yang mereka alami ketika satu sisi menghadap bintang kita.

"Akibatnya, komet-komet ini mengalami gaya pasang surut yang begitu besar sehingga yang paling masif dari mereka akan pecah menjadi sekitar seribu fragmen, masing-masing fragmen tersebut cukup besar untuk menghasilkan penabrak ukuran Chicxulub, atau peristiwa pembunuhan dinosaurus di Bumi."

Siraj dan rekan penulisnya Avi Loeb, seorang profesor sains, mengembangkan model statistik yang menunjukkan kemungkinan komet berperiode panjang akan menghantam Bumi sesuai dengan usia Chicxulub dan penabrak lain yang diketahui.

Bukti lain yang mendukung asal komet adalah komposisi Chicxulub: hanya sekitar sepersepuluh dari semua asteroid dari Sabuk Utama, yang terletak di antara Mars dan Jupter, terdiri dari kondrit berkarbon, sedangkan sebagian besar komet memilikinya.

Bukti menunjukkan kawah Chicxulub dan kawah serupa lainnya, seperti kawah Vredefort di Afrika Selatan yang terbentuk sekitar dua miliar tahun yang lalu, dan kawah Zhamanshin berusia jutaan tahun di Kazakhstan, semuanya memiliki chondrite berkarbon.

Hipotesis tersebut, kata Loeb, dapat diuji dengan mempelajari lebih lanjut kawah-kawah ini, yang ada di Bulan, atau bahkan dengan mengirimkan pesawat luar angkasa untuk mengambil sampel dari komet.

Loeb menambahkan dia sangat senang dengan prospek Observatorium Vera Rubin di Cile mulai beroperasi tahun depan. “Teleskop mungkin dapat melihat gangguan pasang surut komet periode panjang dan akan sangat penting dalam membuat ramalan pasti untuk 100 tahun ke depan, untuk mengetahui apakah sesuatu yang buruk dapat terjadi pada kita."

Meskipun Siraj dan Loeb menghitung penabrak seperti Chicxulub akan terjadi setiap beberapa ratus juta tahun,  mereka tidak dapat memastikan kapan yang bencana berikutnya akan dating "Cara terbaik untuk mengetahuinya adalah dengan mencari di langit," pungkasnya. (AFP/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya