Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PENGETAHUAN tentang kriteria sebuah warisan zaman dulu dapat diklasifikasikan sebagai cagar budaya masih minim di tengah masyarakat Indonesia.
Banyak orang beranggapan bahwa, semua peninggalan kuno itu masuk dalam kategori cagar budaya, tapi hal tersebut nampaknya kurang tepat karena ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi.
Untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya, pemerintah Indonesia telah membuat regulasi yang mengatur tentang cagar budaya, yaitu Undang-undang No. 11 Tahun 2010.
Dalam UU tersebut dinyatakan, bahwa cagar budaya berarti warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan. Tapi, tidak semua warisan budaya dapat dinyatakan sebagai benda cagar budaya.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi DKI Jakarta Gatot Ghautama mengatakan, bahwa masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa semua warisan kuno di Indonesia itu termasuk cagar budaya, padahal hal tersebut kurang tepat.
"Banyak orang yang belum tahu, kalau nggak semua barang kuno itu harus jadi cagar budaya gitu. Ia kan, nggak semua punya nilai penting gitu kan. Barang kuno banyak sekali tapi nggak semua," ujar Gatot dalam Diskusi Ilmiah Arkeologi 2024 di Kawasan BRIN Gatoto Subroto, Jakarta Selatan pada Rabu (30/10).
Ia melanjutkan, bahwa penentuan sebuah warisan kuno sebagai benda cagar budaya didasarkan beberapa pertimbangan tertentu.
"Karena kalau ada kriteria kan, usia 50 tahun (benda) mungkin semua ada, dan juga ada kriteria mewakili massa gaya 50 tahun. Itu gaya itu bisa, kalau keramik gaya hiasannya, kalau bangunan itu gaya arsitekturnya, kalau naskah itu gaya tulisannya. Itu juga berlaku setelah 50 tahun," lanjutnya.
Selain kriteria yang sudah disebutkan, ada satu hal yang menjadi penting, yakni nilai yang terkandung di dalam warisan atau barang kuno tersebut.
"Kemudian yang paling penting, dia (barang kuno) punya nilai penting untuk ilmu pengetahuan. Ada beberapa nilai yang dianggap penting, yaitu nilai sejarah, nilai agama juga bisa kan, nilai pendidikan gitu, nilai kebudayaan yang tadi kita sebut," pungkas Gatot.
Ia menuturkan, jika tidak semua barang kuno itu punya kriteria yang ia sebutkan. Jika memiliki kriteria itu, nanti akan diusul atau direkomendasikan untuk bisa ditetapkan sebagai cagar budaya.
"Satu lagi yang penting, punya nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa. Itu saringannya itu, jadi nggak semua punya nilai itu. Jadi harus punya itu baru nanti diusulkan atau direkomendasikan ke Kepala Daerah, Walikota atau Bupati karena mereka yang memiliki kewenangan untuk menetapkan karena itu wilayah mereka," tuturnya. (Z-10)
Penguatan identitas sebagai sebuah bangsa juga mampu menumbuhkan kohesi sosial yang bisa menjadi pendorong untuk mengakselerasi proses pembangunan.
Pemprov Jawa Barat menerbitkan surat edaran tentang pemanfaatan Gedung Sate, Bandung. Merupakan cagar budaya, bangunan itu hanya boleh untuk kegiatan pemerintahan.
DORONG keterlibatan aktif masyarakat sekitar untuk menemukan model terbaik dalam perencanaan pengembangan dan pelestarian yang berkelanjutan di kawasan cagar budaya.
Pentingnya fasilitas yang tidak hanya indah, tetapi juga bermanfaat secara berkelanjutan bagi masyarakat
Dalam upaya mendorong cagar budaya menjadi destinasi wisata maka harus didukung infrastruktur yang memadai.
Sekitar tahun 700-800 lalu, Muarajambi sudah menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan untuk para biksu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved