Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pintu Masuk Pengamalan Nilai Pancasila

Ifa/S3-25
28/10/2020 03:11
Pintu Masuk Pengamalan Nilai Pancasila
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim(ANTARA/PUSPA PERWITASARI)

SEJUMLAH kebijakan ditempuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Ini sebagai bentuk implementasi pendidikan karakter yang menjadi program prioritas Kemendikbud di bawah kepemimpinan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim.

Pendidikan karakter ini juga tak terlepas dari cita-cita mencetak generasi pemuda unggul. Dalam rangka Hari Sumpah Pemuda 2020 ini, Mendikbud Nadiem Makarim membeberkan bagaimana pendidikan karakter ini diimplementasikan serta seperti apa tantangan yang harus dihadapi anak muda di era digital dan pandemi covid-19 saat ini. Berikut wawancara tertulisnya dengan Media Indonesia.

Anda pernah mengatakan pendidikan karakter akan jadi program prioritas Kemendikbud sesuai visi dan arahan Presiden Joko Widodo. Bagaimana hal ini diwujudkan?

Pendidikan karakter diwujudkan melalui berbagai kebijakan Kemendikbud yang berpusat pada upaya mewujudkan Pelajar Pancasila, dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama, yaitu bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Maka itu, dibutuhkan mekanisme penumbuhan karakter melalui sosialisasi, penyempurnaan pembelajaran, dan aneka kompetisi agar profil Pelajar Pancasila dapat terwujud.

Mekanisme atau gerakan penumbuhan karakter ini juga diwujudkan dengan penyebarluasan konten pada satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat yang dikoordinasikan Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbud. Konten-konten itu diharapkan dapat meningkatkan
pengamalan nilai-nilai Pancasila dan pemahaman masyarakat mengenai konsep Merdeka Belajar dan profil Pelajar Pancasila.

Anda yakin pendidikan karakter bisa jadi pintu masuk penanaman nilai-nilai Pancasila. Bagaimana hal tersebut dapat disisipkan dalam konteks pembenahan pendidikan nasional dan masyarakat?

Pada konteks ini, penguatan pendidikan karakter bisa diimplementasikan pada tiga pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat guna mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Artinya, keenam karakteristik di Pelajar Pancasila bisa terwujud melalui penumbuhkembangan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila yang merupakan fondasi arah pembangunan nasional. Dengan identitas budaya Indonesia dan nilai-nilai Pancasila yang berakar tersebut, masyarakat Indonesia ke depan bahkan bisa jadi masyarakat terbuka yang berkewargaan global, menerima dan memanfaatkan keragaman sumber, pengalaman, serta nilai-nilai dari beragam budaya di dunia, tetapi tidak kehilangan ciri dan identitas khasnya.

Melalui pendidikan karakter ini, diharapkan peserta didik juga mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Program-program apa sajakah yang akan menjadi prioritas Kemendikbud dalam menguatkan pendidikan karakter di Tanah Air?

Salah satu program Nawacita ialah penguatan pendidikan karakter bangsa. Perpres No 87/2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter jadi panduan Kemendikbud dalam menjalankan program penguatan pendidikan karakter di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Dalam pendidikan karakter, ada empat aspek filosofi pendidikan yang ditanamkan (olah hati, olah raga, olah karsa, dan olah pikir) dan lima nilai utama (religiositas, integritas, nasionalisme, gotong royong, dan kemandirian) yang menjadi fokus pembentukan karakter dan menjadi dasar dalam upaya menciptakan Pelajar Pancasila.

Penguatan pendidikan karakter dilaksanakan melalui pendekatan guru dan siswa secara langsung melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan penguatan karakter juga dilaksanakan melalui pendekatan budaya. Ke depan, upaya ini bisa terukur melalui berbagai kebijakan seperti survei karakter.

Salah satu tantangan generasi muda saat ini, yaitu peran teknologi yang hadir di kehidupan sehari-hari. Bagaimana Kemendikbud menyikapi ini?

Salah satu profil Pelajar Pancasila ialah bernalar kritis. Kami terus berupaya membangun pemahaman melalui pembelajaran agar pelajar mampu memproses informasi, baik kualitatif maupun kuantitatif, dan membangun keterkaitan berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya. Kami harap melalui pendidikan karakter, generasi muda mampu memilih informasi yang benar dan tidak benar.

Terkait dengan pandemi covid-19 saat ini, bagaimana pendidikan karakter yang ditanamkan pada generasi muda ini bisa menjadi agen kebangkitan dalam menghadapi pandemi covid-19?

Pendidikan karakter harus diajarkan, dibiasakan, dilatih konsisten, sehingga menjadi kebiasaan, menjadi karakter, menjadi budaya. Strategi ini dapat diterapkan mulai dari rumah, kelas, sekolah, hingga masyarakat.

Nilai karakter berdasarkan profil Pelajar Pancasila dapat diciptakan saat pembelajaran di rumah. Selama pandemi ini, semua pihak di sektor pendidikan harus keluar dari zona nyaman untuk berinovasi, berkreasi, dan melakukan adaptasi kebiasaan baru. Misalnya, dalam berkomunikasi antara guru dan orangtua, serta pemanfaatan teknologi.

Bahkan untuk level perguruan tinggi, mahasiswa kita telah melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Duta Perubahan Perilaku Pencegahan Covid-19. KKNT ini untuk meningkatkan partisipasi perguruan tinggi dalam melaksanakan program dan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi perilaku hidup sehat saat pandemi agar terjadi perubahan perilaku di masyarakat. Kami juga telah mengirim ribuan mahasiswa untuk membantu proses pembelajaran di tingkat SD melalui program Kampus Mengajar Perintis. Kegiatan-kegiatan ini sangat sarat penguatan karakteristik Pelajar Pancasila.

Menurut Anda, hikmah apa yang perlu diambil generasi muda atas pandemi covid-19 saat ini sehingga bangsa Indonesia segera bangkit?

Pertama, generasi muda perlu mengambil hikmah pandemi covid-19, yakni pandemi mengubah tatanan kehidupan, dari cara kita berkomunikasi menggunakan teknologi sampai mempersiapkan diri untuk masa depan.

Kedua, tanpa pandemi pun, dinamika tren global perlu kita antisipasi, yakni kemajuan pesat teknologi, pergeseran sosiokultural, perubahan lingkungan hidup, dan perbedaan dunia kerja masa depan. Pandemi kian memantapkan bahwa generasi muda kita harus bersiap mengisi perubahan. Untuk itu, Kemendikbud mencanangkan kebijakan Merdeka Belajar. Salah satu esensi Merdeka Belajar ialah menggali potensi terbesar para guru dan murid untuk berkreasi dan berinovasi sehingga pembelajaran dapat bermanfaat sepanjang hayat.

Yang penting ialah gotong royong. Situasi pandemi jadi penyemangat melakukan gotong royong, lebih kritis serta kreatif, menggarisbawahi keutamaan karakter Pelajar Pancasila. Kepedulian pada sesama melalui gotong royong bisa membantu bangsa ini segera bangkit dari pandemi.

Poin penting dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ada tiga hal, yakni bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu, yakni Indonesia. Bagaimana hal itu seharusnya diejawantahkan dalam diri generasi muda kita?

Melalui semangat perjuangan pemuda 92 tahun lalu, kecintaan generasi muda terhadap Tanah Air perlu ditanamkan. Yang penting juga ialah generasi muda mampu menciptakan terobosan melalui inovasi. Inovasi bukanlah bicara hasil, melainkan rangkaian proses yang dapat dimulai dari gagasan sekecil apa pun.

Mengingat semangat perjuangan pemuda-pemudi Tanah Air 92 tahun yang lalu, kecintaan generasi muda terhadap Tanah Airnya perlu ditunjukkan dengan kegiatan dan karya yang bermanfaat langsung bagi masyarakat. Peran mereka sekarang sangat dibutuhkan untuk menawarkan solusi nyata guna membangkitkan Indonesia dari dampak pandemi. Yang penting juga ialah generasi muda mampu menciptakan terobosan melalui inovasi. Inovasi bukanlah bicara hasil, melainkan rangkaian proses yang dapat dimulai dari gagasan sekecil apa pun. Kami optimistis ini bisa dicapai melalui sosialisasi dan upaya konkret mewujudkan Pelajar Pancasila, pemajuan kebudayaan, serta penyempurnaan pembelajaran dari PAUD hingga perguruan tinggi. (Ifa/S3-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya