Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
SEPERTI sirene tornado yang memberi peringatan sebelum badai dahsyat menerjang, kini teknologi kecerdasan buatan (AI) dikembangkan untuk memberikan alarm dini bagi ancaman cuaca luar angkasa.
Model komputer terbaru yang menggabungkan AI dan data satelit NASA mampu memprediksi badai matahari dengan akurasi tinggi hingga 30 menit sebelum terjadi, memungkinkan langkah mitigasi yang lebih efektif.
Model AI ini menganalisis data dari pesawat ruang angkasa mengenai angin matahari, lalu memprediksi lokasi serta dampak potensial badai geomagnetik di seluruh dunia.
Dengan waktu peringatan hingga 30 menit sebelum badai menghantam, langkah-langkah pencegahan bisa segera diambil untuk melindungi jaringan listrik, sistem komunikasi, dan infrastruktur vital lainnya.
Matahari terus-menerus memancarkan materi ke luar angkasa dalam bentuk angin surya yang stabil serta semburan berenergi tinggi dari letusan matahari.
Ketika partikel-partikel ini berinteraksi dengan medan magnetik Bumi, badai geomagnetik bisa terbentuk, dengan dampak yang berkisar dari gangguan sinyal hingga bencana besar.
Sejarah mencatat, Peristiwa Carrington tahun 1859—badai matahari terbesar yang pernah terjadi—menyebabkan kebakaran di stasiun telegraf dan mengganggu komunikasi global.
Jika kejadian serupa terjadi di era modern, dampaknya bisa jauh lebih besar: pemadaman listrik luas, gangguan komunikasi satelit, serta lumpuhnya sistem navigasi dan keuangan dunia.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa risiko badai geomagnetik akan semakin meningkat mendekati puncak aktivitas matahari, yang diperkirakan terjadi sekitar tahun 2025.
Mengantisipasi ancaman ini, tim peneliti di Frontier Development Lab—yang melibatkan NASA, Survei Geologi AS, dan Departemen Energi AS—menggunakan AI untuk memahami hubungan antara angin matahari dan gangguan geomagnetik.
Tim ini menerapkan pembelajaran mendalam (deep learning) untuk mengidentifikasi pola dari data historis misi heliofisika seperti ACE, Wind, IMP-8, dan Geotail.
Hasilnya adalah model canggih bernama DAGGER (Deep Learning Geomagnetic Perturbation), yang mampu memprediksi gangguan geomagnetik global dalam hitungan detik dengan pembaruan setiap menit.
Sebelumnya, model prediksi hanya mampu memberikan perkiraan di lokasi tertentu atau dengan akurasi rendah pada skala global.
Namun, DAGGER menjadi terobosan pertama yang memadukan kecepatan dan presisi AI dengan data satelit untuk memberikan prediksi real-time di seluruh dunia.
"Dengan AI ini, kita kini memiliki alat untuk melakukan prediksi global yang cepat dan akurat, memungkinkan langkah-langkah mitigasi yang lebih baik guna mengurangi dampak badai matahari terhadap masyarakat modern," ujar Vishal Upendran dari Pusat Antar-Universitas untuk Astronomi dan Astrofisika di India.
Keunggulan DAGGER tidak hanya terletak pada kecanggihannya, tetapi juga pada sifatnya yang bersumber terbuka.
Kode komputer model ini dapat diadopsi oleh operator jaringan listrik, pengendali satelit, serta perusahaan telekomunikasi untuk menyesuaikan prediksi dengan kebutuhan spesifik mereka.
Peringatan dini dari DAGGER memberi kesempatan bagi berbagai sektor untuk melindungi aset dan infrastruktur vital. Misalnya, operator dapat menonaktifkan sementara sistem yang sensitif atau mengatur ulang jalur satelit untuk menghindari kerusakan besar.
Dengan model prediksi seperti DAGGER, bukan tidak mungkin di masa depan akan ada sirene peringatan badai matahari yang berbunyi di pusat kendali energi dan satelit, layaknya sirene tornado yang memperingatkan bahaya cuaca ekstrem di darat.
Teknologi ini menjadi langkah penting dalam melindungi dunia modern dari ancaman luar angkasa yang tak kasat mata. (NASA/Z-10)
Badai matahari ekstrem yang terjadi 14.300 tahun lalu ternyata 500 kali lebih kuat dibandingkan peristiwa tahun 2003.
Sebuah badai matahari kolosal pada tahun 2017 berhasil menembus pertahanan magnetik Jupiter, planet terbesar di Tata Surya.
Dua lubang koronal raksasa yang terdeteksi di permukaan Matahari diprediksi dapat mempengaruhi cuaca luar angkasa dan berdampak pada Bumi.
Sebuah penelitian baru ungkap sinaran plasma di permukaan matahari yang membentuk loop korona "berkedip" beberapa jam sebelum melepaskan flare matahari yang berpotensi berbahaya.
Peramal Cuaca Luar Angkasa NOAA Shawn Dahl mengatakan pertunjukan cahaya tersebut akan menemukan waktu terbaiknya pada dini hari di hari Selasa ketika masih gelap
Perseteruan Donald Trump dan Elon Musk memperparah ketidakpastian masa depan NASA.
Kapsul Dragon dari SpaceX memiliki peran vital bagi NASA dalam mengangkut astronot ke dan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Musk menulis di platform X bahwa SpaceX akan segera mulai menonaktifkan wahana antariksa Dragon miliknya.
NASA menegaskan akan terus berupaya mewujudkan visi luar angkasa Presiden Donald Trump. Ini dilakukan NASA meski Elon Musk telah menghentikan pengoperasian wahana Dragon.
Penelitian terbaru mengungkap ratusan lubang hitam supermasif tersembunyi di balik debu dan gas kosmik.
Teleskop James Webb mendeteksi cincin air beku di sekitar bintang muda HD 181327. Penemuan ini buka peluang baru pencarian kehidupan di luar tata surya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved