Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DUA lubang koronal raksasa yang terdeteksi di permukaan Matahari diprediksi dapat mempengaruhi cuaca luar angkasa dan berdampak pada Bumi pada awal Februari 2025.
Citra satelit terbaru dari NOAA menunjukkan adanya dua lubang koronal, yaitu area di permukaan Matahari yang memiliki sedikit plasma dan memungkinkan angin matahari keluar dengan kecepatan tinggi. Para ilmuwan di Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC) NOAA kini tengah memantau lubang koronal yang lebih besar di Belahan Bumi Utara serta lubang yang lebih kecil dan lebih sempit di Belahan Bumi Selatan.
"Keduanya diperkirakan akan menghasilkan lingkungan angin matahari yang lebih kuat dan tidak stabil mulai Februari. Namun, model kami menunjukkan bahwa lubang koronal di bagian utara kemungkinan akan memberikan dampak lebih besar," kata ungkap Shawn Dahl, koordinator layanan di SWPC NOAA.
Lubang koronal dapat menyebabkan peristiwa cuaca luar angkasa yang dikenal sebagai aliran berkecepatan tinggi dari lubang koronal (CH HSS).
Fenomena ini berpotensi memicu Cahaya Utara (Aurora Borealis) yang terlihat di beberapa wilayah di Bumi.
SWPC NOAA menilai badai matahari dalam lima tingkat, di mana level lima merupakan kondisi cuaca luar angkasa paling ekstrem dan langka.
Berdasarkan perkiraan terbaru pada Selasa, 1-3 Februari 2025, ada kemungkinan kondisi aktif dengan skala mendekati G1, yaitu badai geomagnetik tingkat pertama.
Jika aliran koronal berkecepatan tinggi menghantam Bumi, maka kemungkinan akan terjadi badai geomagnetik kecil (G1).
Dalam kondisi ini, Cahaya Utara dapat terlihat di beberapa wilayah utara serta Upper Midwest di Amerika Serikat.
Fenomena ini juga dapat berpengaruh pada komunikasi radio, navigasi satelit, serta sistem listrik di beberapa daerah.
Namun, badai kategori G1 umumnya tidak menimbulkan gangguan signifikan bagi aktivitas manusia.
Tetap pantau perkembangan terbaru dari NOAA dan SWPC untuk mengetahui potensi dampak lebih lanjut dari badai matahari ini. (Meteo24/Z-10)
Di Kabupaten Bintan, daerah yang harus meningkatkan kewaspadaan meliputi Teluk Bintan, Telok Sebong, dan Toapaya.
BMKG merilis prakiraan cuaca di wilayah DKI Jakarta, periode Sabtu, 14 Juni 2025. Sebagian besar kawasan ibu kota diprediksi berawan dengan potensi hujan dengan intensitas ringan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk wilayah DKI Jakarta, periode 12 Juni 2025. Sebagian besar kawasan ibu kota diramalkan diguyur hujan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk wilayah DKI Jakarta, periode Rabu 11 Juni 2026. Seluruh kawasan ibu kota diprediksi akan berawan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk Rabu 11 Juni 2025.
Cuaca ekstrem yakni hujan lebat disertai angin kencang dan sambaran petir masih berpotensi di tiga daerah Kudus, Jepara dan Kajen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved