Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Lubang Besar di Matahari Berpotensi Memicu Badai pada Februari 2025

Muhammad Ghifari A
31/1/2025 16:07
Lubang Besar di Matahari Berpotensi Memicu Badai pada Februari 2025
Dua lubang berpotensi menyebabkan badai matahari(Freepik)

DUA lubang koronal raksasa yang terdeteksi di permukaan Matahari diprediksi dapat mempengaruhi cuaca luar angkasa dan berdampak pada Bumi pada awal Februari 2025.

Fenomena Lubang Koronal di Matahari

Citra satelit terbaru dari NOAA menunjukkan adanya dua lubang koronal, yaitu area di permukaan Matahari yang memiliki sedikit plasma dan memungkinkan angin matahari keluar dengan kecepatan tinggi. Para ilmuwan di Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC) NOAA kini tengah memantau lubang koronal yang lebih besar di Belahan Bumi Utara serta lubang yang lebih kecil dan lebih sempit di Belahan Bumi Selatan.

"Keduanya diperkirakan akan menghasilkan lingkungan angin matahari yang lebih kuat dan tidak stabil mulai Februari. Namun, model kami menunjukkan bahwa lubang koronal di bagian utara kemungkinan akan memberikan dampak lebih besar," kata ungkap Shawn Dahl, koordinator layanan di SWPC NOAA.

Dampak Lubang Koronal pada Cuaca Luar Angkasa

Lubang koronal dapat menyebabkan peristiwa cuaca luar angkasa yang dikenal sebagai aliran berkecepatan tinggi dari lubang koronal (CH HSS).

Fenomena ini berpotensi memicu Cahaya Utara (Aurora Borealis) yang terlihat di beberapa wilayah di Bumi.

SWPC NOAA menilai badai matahari dalam lima tingkat, di mana level lima merupakan kondisi cuaca luar angkasa paling ekstrem dan langka.

Berdasarkan perkiraan terbaru pada Selasa, 1-3 Februari 2025, ada kemungkinan kondisi aktif dengan skala mendekati G1, yaitu badai geomagnetik tingkat pertama.

Potensi Dampak di Bumi

Jika aliran koronal berkecepatan tinggi menghantam Bumi, maka kemungkinan akan terjadi badai geomagnetik kecil (G1).

Dalam kondisi ini, Cahaya Utara dapat terlihat di beberapa wilayah utara serta Upper Midwest di Amerika Serikat.

Fenomena ini juga dapat berpengaruh pada komunikasi radio, navigasi satelit, serta sistem listrik di beberapa daerah.

Namun, badai kategori G1 umumnya tidak menimbulkan gangguan signifikan bagi aktivitas manusia.

Tetap pantau perkembangan terbaru dari NOAA dan SWPC untuk mengetahui potensi dampak lebih lanjut dari badai matahari ini. (Meteo24/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya