Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEORANG astronom Jepang baru saja menemukan fenomena yang terjadi dalam dunia astronomi. Daichi Fujii, kurator di Museum Kota Hiratsuka, berhasil menangkap momen ketika sebuah objek terang menghantam permukaan bulan. Objek ini diyakini sebagai meteor, dan kemungkinan dikonfirmasi sebagai salah satu dari hujan meteor tahunan Geminid.
Hujan meteor Geminid, yang pertama kali diamati pada pertengahan 1800-an, adalah salah satu fenomena langit paling indah yang terjadi setiap bulan Desember.
Berbeda dengan hujan meteor lainnya, Geminid berasal dari asteroid, bukan komet. Puing-puing yang menyebabkan hujan meteor ini diyakini berasal dari asteroid 3200 Phaethon.
"Setelah ditemukan pada 1983, ternyata orbit asteroid Phaethon cocok dengan orbit meteor Geminid," jelas Serena Whitfield dalam situs resmi NASA.
Dilansir dari situs IFL Science, meskipun kebanyakan hujan meteor berasal dari komet, Phaethon memiliki karakteristik yang membuatnya berbeda.
Objek ini diklasifikasikan sebagai asteroid dekat Bumi. Namun, para ilmuwan sering memperdebatkan klasifikasinya karena orbit Phaethon menyerupai komet.
Whitfield menambahkan, "Karena karakteristik unik ini, beberapa astronom menyebut Phaethon sebagai 'komet batu,' meskipun istilah 'asteroid aktif' mungkin lebih tepat. Objek serupa juga ditemukan di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter."
Hujan meteor Geminid pada tahun ini aktif sejak 4 hingga 20 Desember, dengan puncaknya terjadi pada 13-14 Desember 2024.
Pada malam 8 Desember 2024, Fujii merekam kilatan terang di permukaan Bulan dari rumahnya menggunakan kamera dengan kecepatan 360 frame per detik.
"Ada kilatan cahaya dari tabrakan Bulan lagi malam ini. Saya merekamnya pada 360fps dari rumah saya, pada pukul 22:34:35, tanggal 8 Desember 2024 (pemutaran lambat) dan dapat melihatnya dengan beberapa teleskop. Meteor dan bola api yang terang muncul setiap hari, tetapi kilatan cahaya dari tabrakan bulan telah tertangkap satu demi satu," tulis Fujii di akun X miliknya @dfuji1, Minggu (8/12).
Menurut Fujii, ini bukan pertama kali dirinya menyaksikan dampak seperti itu. Pada Februari 2023, ia merekam video lain tentang meteor yang menghantam Bulan.
Fujii mencatat meteor dan bola api terang telah sering muncul setiap hari selama musim hujan meteor Geminid. Namun, beberapa di antaranya justru menghantam Bulan, menciptakan kilatan yang bisa dilihat dari Bumi.
Tidak jelas apakah dampak fenomena yang ditangkap oleh Fujii merupakan hasil dari hujan meteor Geminid atau hanya hasil dari meteor sporadis.
Ketika ditanya tentang kemungkinan asal meteor ini, Robert Lunsford, dari American Meteor Society, mengatakan kepada EarthSky, bahwa memang ada kemungkinan fenomena ini merupakan meteor Geminid.
"Meskipun masih terlalu dini untuk aktivitas Geminid yang kuat, ada kemungkinan bahwa ini adalah meteor Geminid karena mereka menghantam bulan dari arah yang diharapkan," ujarnya.
Lunsford mengemukakan, jika itu memang meteor Geminid, laju hantaman bulannya akan luar biasa, karena selama periode maksimum Geminid, biasanya akan terlihat kurang dari satu hantaman per malam.
Mengingat sejarah Bulan dengan dampak Geminid, ada kemungkinan besar setidaknya beberapa dari hantaman meteor yang ditemukan Fuji adalah Geminid.
Pasalnya, pada 2015, NASA pernah menerbitkan sebuah studi tentang pengamatan dampak hujan meteor Geminid di Bulan dan menemukan 19 hantaman seperti itu pada 2006 dan 21 pada 2010. Yang mengejutkan, 55% dari semua dampak yang disaksikan di Bulan pada 2010 disebabkan oleh Geminid.
Namun, Fujii tidak membantah jika fenomena tersebut hanyalah meteor sporadis.
"Mengingat posisi radian, ada kemungkinan bahwa kilatan tumbukan bulan ini merupakan hujan meteor Geminid. Namun, karena meteor sporadis masih lebih banyak jumlahnya daripada Geminid maka bisa saja mungkin itu merupakan meteor sporadis," kata Fujii kepada EarthSky.
Kilatan terang ini terjadi karena Bulan hampir tidak memiliki atmosfer. Tanpa atmosfer, objek yang menghantam Bulan tidak melambat dan tetap bergerak dengan kecepatan tinggi.
Kemudian energi dari tabrakan tersebut sebagian besar diubah menjadi panas dan pembentukan kawah. Sementara sebagian kecil energi lainnya dilepaskan sebagai cahaya, sehingga menciptakan kilatan terang. (berbagai sumber/Z-1)
HUJAN meteor Geminid merupakan salah satu fenomena langit yang paling dinantikan setiap tahunnya.
Desember 2024 menjadi bulan yang menarik bagi para pengamat langit, karena berbagai fenomena astronomi yang spektakuler akan menghiasi angkasa.
Fenomena cahaya hijau yang berdenyut di langit timur laut AS dan Kanada pada 1 Februari ternyata berasal dari meteor bolide, menurut American Meteor Society (AMS).
Meteor yang jatuh ke Bumi memicu perdebatan soal kepemilikan, dengan banyak negara menerapkan hukum yang berbeda tentang siapa yang berhak atas batu ruang angkasa itu.
ASTRONOM Jepang, Daichi Fuji berhasil merekam sebuah kilatan cahaya terang yang diperkirakan berasal dari sebuah meteor yang menghantam permukaan Bulan.
Pembahasan kita kali ini akan dibatasi pada benda langit yang memberi banyak pengaruh terhadap kehidupan di Bumi. Apa saja itu? Yuk belajar benda langit dalam Tata Surya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved