Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Perguruan Tinggi perlu Memahami Perkembangan Teknologi Kecerdasan Buatan

Mediaindonesia
08/7/2023 01:00
Perguruan Tinggi perlu Memahami Perkembangan Teknologi Kecerdasan Buatan
Narasumber dan peserta Simposium Nasional Tantangan dan Peluang Kecerdasan Buatan di Perguruan Tinggi yang diselenggarakan Binus University(dok Binus University)

Sebagai salah satu perguruan tinggi yang berada di garis depan penerapan teknologi, Binus University beberapa waktu lalu menyelenggarakan Simposium Nasional untuk berbagi pengetahuan dengan industri dan pemerintah mengenai penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di berbagai bidang.

Menurut Dr. Ford Lumban Gaol, Head of Department Doctor of Computer Science, BINUS Graduate Program kemunculan AI membawa tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi. Salah satu tantangan utama adalah pengaruhnya terhadap cara berpikir dosen, mahasiswa, dan kebijakan perguruan tinggi secara keseluruhan.

“Dosen perlu beradaptasi dengan perubahan teknologi ini untuk memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa yang semakin beragam. Mereka perlu mengintegrasikan penggunaan AI dalam metode pengajaran mereka, seperti memberikan tugas yang melibatkan pemecahan masalah kompleks atau penggunaan algoritma AI untuk analisis data,” ujar dia melalui keterangan resminya.

“ChatGPT sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat yang tidak membutuhkan pemikiran yang kompleks. Selain itu, memancing mahasiswa dengan pertanyaan yang lebih kompleks juga akan melatih cara berpikir dan kemampuan pemecahan masalah yang pastinya akan berguna di dunia kerja.” sambungnya.

Namun, ia mengingatkan ada juga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu risiko ketergantungan terhadap AI. Oleh karena itu, mahasiswa harus tetap diarahkan untuk mengembangkan keterampilan kritis, kreatif, dan analitis yang tidak dapat digantikan oleh kecerdasan buatan.

“Dalam menghadapi tantangan ini, dosen perlu mengubah cara mengajar mereka. Mereka perlu memancing mahasiswa untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas yang hasilnya tidak dapat diperoleh dari AI.”

Misalnya, dosen dapat memberikan pertanyaan yang membutuhkan kreativitas, pemikiran yang unik, atau pemecahan masalah yang mendalam. Selain itu, dosen perlu memberikan bimbingan dan pengawasan yang tepat untuk mencegah mahasiswa menyalahgunakan AI sebagai cara untuk menghindari tanggung jawab pribadi dalam belajar.

Melalui Simposium Nasional ini dosen mendapat pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana AI diterapkan di berbagai industri, pemerintah, dan perguruan tinggi. Melalui sesi sharing knowledge, mereka dapat mengetahui apa yang terjadi di lapangan, tren terkini, serta tantangan dan peluang yang muncul dalam penggunaan AI.

Selain itu, simposium itu juga memberikan kesempatan bagi dosen untuk mendapatkan feedback langsung dari industri tentang penggunaan AI. Feedback ini juga membantu dosen dalam mengembangkan kurikulum yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. (RO/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya