Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
KEGELISAHAN masyarakat perihal kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% dikemukakan melalui petisi daring di laman Change.org.
Seruan hidup hemat (hidup hemat) oleh warganet berpotensi besar memperlambat laju perekonomian. Itu karena konsumsi masyarakat merupakan mesin utama pertumbuhan ekonomi
Di tengah inflasi yang sempat menjadi kekhawatiran, deflasi mulai menghantam pasar dalam dua bulan terakhir.
PEMERINTAH diminta untuk membuka mata dan telinga perihal penaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%. Pasalnya, data dan realitas menunjukkan daya beli masyarakat masih lemah.
PENAIKAN PPN menjadi 12% dinilai dilakukan pada momentum yang kurang tepat. Itu karena dalam beberapa waktu terakhir terjadi penurunan konsumsi, alias daya beli masyarakat.
Akibat turunnya daya beli, masyarakat kelas menengah kini hanya belanja untuk kebutuhan primer saja.
Direktur Eksekutif Core Mohammad Faisal menilai anjloknya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dipicu dari tren pelemahan konsumsi rumah tangga, utamanya kelas menengah.
Pemerintah didorong untuk bisa menarik investasi asing secara deras guna mendukung penciptaan lapangan kerja.
Realisasi ekonomi triwulan III 2024 yang lambat mengonfirmasi lemahnya daya beli masyarakat.
Insentif pajak DTP properti dan kendaraan listrik tak akan mampu membendung dampak dari penaikan tarif PPN menjadi 12% pada Januari 2025.
Inflasi adalah fenomena ekonomi yang sering kali menjadi perhatian masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh dampaknya yang langsung terhadap kehidupan sehari-hari,
Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies Nailul Huda menilai deflasi saat ini banyak disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat akibat kebijakan pemerintah yang kurang tepat.
Pemerintah disarankan segera cari jalan keluar dari masalah penurunan daya beli, bukan sibuk menghibur diri dengan mengeluarkan pernyataan yang tidak substantif.
PENGAMAT ekonomi Yanuar Rizky meminta pemerintah untuk tidak sibuk menghibur diri di tengah pelemahan daya beli masyarakat yang tercermin dari kondisi deflasi ekonomi Indonesia
PENELITI Core Eliza Mardian menilai pemerintah terlambat mengantisipasi pelemahan ekonomi. Dia mengungkapkan lampu kuning pelemahan daya beli telah terasa sejak akhir 2023.
Shinta Widjaja Kamdani mengkhawatirkan daya beli masyarakat semakin tergerus.
PEMERINTAH menyatakan tak mengkhawatirkan kondisi daya beli masyarakat di tengah tren deflasi yang telah berlangsung selama 5 bulan beruntun.
PENELITI dari CoRE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai data inflasi nasional menunjukkan potensi pelemahan daya beli, terlihat dari posisi komponen inflasi inti yang rendah.
LANGKAH Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan, BI rate, sebesar 25 basis poin menjadi 6% melegakan.
Komponen pertumbuhan ekonomi nasional didominasi oleh konsumsi rumah tangga, yakni berkisar 53% dari PDB.
Media Indonesia berusaha menghadirkan foto-foto eksclusive sehingga pembaca dapat melihat kejadian aktual dengan lebih baik
LOAD MORECopyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved