Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
VERUM dices, etsi amare est dicere. Katakanlah yang benar, walau pahit untuk mengatakannya. Duta Besar Peter Frans Gontha bukan tidak paham risiko yang harus dihadapi ketika menyampaikan kritik kepada tim nasional Indonesia. Di tengah cinta buta jutaan pencinta sepak bola atas penampilan kesebelasan 'Merah Putih', ia justru menyampaikan rasa malu.
Menurut Peter Gontha, ia kehilangan muka ketika dicemooh rekan-rekannya di luar negeri. Memang secara luar biasa, Indonesia mampu menahan imbang dua raksasa sepak bola Asia, Arab Saudi dan Australia, di babak ketiga penyisihan Piala Dunia 2026 Grup Asia. Namun, sembilan dari 11 pemain yang tampil di lapangan bukanlah orang Indonesia.
Sembilan pemain mulai dari penjaga gawang hingga penyerang di depan adalah orang-orang Belanda. Mereka mendapat jalur cepat menerima kewarganegaraan 'ganda' karena dianggap ada darah Indonesia dari orangtua. Perlakuan kepada para 'mercenaries sepak bola' ini berbeda dengan apa yang negara berikan kepada pebulu tangkis seperti Susi Susanti, Ivanna Lie, atau Hendrawan yang baru diberi kewarganegaraan setelah menyumbangkan gelar juara kepada Indonesia.
Baca juga : Calvin Verdonk Bisa Tampil Saat Indonesia Lawan Filipina
Para 'mercenaries sepak bola' itu kebanyakan bermukim dan dibesarkan di Belanda. Mereka dibina oleh klub-klub Belanda. Mereka juga umumnya bermain di Liga Belanda dan beberapa di Liga Eropa.
Apakah mereka tulus untuk menjadi warga negara Indonesia? Peter Gontha menilai bahwa para pemain naturalisasi itu hanya akan menjadi WNI ketika mendapat kesempatan bermain untuk tim nasional Indonesia. Kalau sudah tidak terpakai lagi, mereka pasti akan kembali ke negara asalnya karena mereka pasti tidak mau kehilangan tunjangan sosial yang dimiliki.
Peter Gontha menambahkan, kegundahan itu bukan karena ia tidak cinta kepada PSSI. Bukan juga karena tidak cinta kepada Indonesia. Ia sangat cinta kepada bangsa Indonesia. Akan tetapi, ia tidak mau martabat bangsa Indonesia direndahkan.
Baca juga : Sirkus Sepak Bola sebagai Pelarian
Menurut Peter Gontha, lebih baik kalah secara terhormat daripada menang atau seri dengan cara yang merendahkan martabat bangsa. Bangsa Indonesia harus tampil dengan jati dirinya. Membangun kesebelasan nasional yang tangguh dengan membina mulai dari anak-anak tingkat sekolah dasar hingga remaja.
Jalan pintas
Baca juga : Erick Thohir Janji Eliano Reijnders dan Mees Hilgers Siap Bela Timnas Indonesia di Laga Berikutnya
Pikiran Peter Gontha tidaklah keliru karena cita-cita kemerdekaan ialah membangun Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Tanggung jawab dari pemerintahan untuk menciptakan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan turut serta menciptakan perdamaian dunia.
Sering kali demi mencapai tujuan, mengejar pencitraan, orang lupa akan tanggung jawab bernegara itu. Semua ingin cepat memetik hasil dengan segala motif yang mengikuti di belakangnya.
Hal itu bertemu dengan sikap permisif dan pragmatis dari masyarakat banyak. Terlalu lamanya tim nasional tidak pernah bisa mengukir prestasi yang bisa dibanggakan, membuat orang tidak lagi peduli pada proses. Semua orang tidak lagi peduli dengan kepalsuan yang ada. Semua berteriak gembira atas prestasi yang diraih. Semua itu dianggap sebagai sebuah oase yang menyejukkan hati.
Baca juga : Maarten Paes akan Perkuat Timnas Indonesia di Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026
Para pemain naturalisasi itu dianggap sebagai pahlawan. Mereka dipuja-puji setinggi langit dan dijadikan kebanggaan bangsa. Sementara pemain nasional yang membawa Indonesia bisa lolos hingga babak ketiga menjadi olok-olokan. Tidak ada lagi pujian bagi Ernando Ari karena sekarang bintangnya bernama Maarten Paes. Hanya dua pemain lokal yang mendapat tempat sebagai starter, yaitu Rizky Ridho dan Marselino Ferdinan. Lainnya, sepenuhnya nama-nama Eropa.
Kita tidak terlalu peduli lagi bahwa bahasa nasional bangsa ini adalah bahasa Indonesia. Seakan bagian dari globalisasi, sudah sewajarnya apabila sekarang bahasa yang dipakai di dalam tim lebih keren yakni bahasa Inggris.
Sekarang bahkan mimpinya sudah jauh tinggi yakni tampil di putaran final Piala Dunia 2026. Oleh karena itu, orang seperti Peter Gontha yang mau mengatakan kebenaran, meski itu menyakitkan, dianggap sebagai orang yang keliru. Orang sudah terlena dan menikmati saja semua kepalsuan ini.
Masih jauh
Pertanyaannya, apakah materi yang dimiliki pelatih Shin Tae-yong sudah mencukupi untuk membawa Indonesia lolos Piala Dunia Amerika Utara? Secara jujur harus dikatakan, kualitas yang ada masih jauh dari memadai.
Dari dua pertandingan pertama yang dimainkan, Shin Tae-yong tidak berani untuk bermain terbuka. Ia memilih untuk bermain bertahan dengan pola 5-4-1. Kapten kesebelasan Jay Idzes bermain sebagai sweeper dan Rafael Struick menjadi ujung tombak tunggal. Tim nasional Indonesia mencoba menerapkan taktik mencuri gol di awal pertandingan dan kemudian bermain bertahan. Tidak tanggung-tanggung sembilan pemain berada di daerah pertahanan sendiri, bahkan kadang semua pemainnya diminta bertahan.
Saat menghadapi Arab Saudi, taktik itu berjalan baik. Ragnar Oratmangoen bisa mencuri gol pada menit ke-19. Ketika menghadapi Australia Selasa (10/9) lalu, Sandy Walsh nyaris menjebol gawang tim tamu di menit-menit awal pertandingan. Setelah 20 menit pertandingan berjalan, tim asuhan Shin Tae-yong hanya bisa bertahan. Hanya sesekali mereka berupaya melakukan serangan balik, tetapi efektivitasnya tidak sebaik kesebelasan Korea Selatan yang ditangani Shin Tae-yong pada ajang Piala Dunia 2018.
Para pendukung yang memadati Stadion Gelora Bung Karno Selasa lalu dibuat tegang setelah menit ke-20. Para pemain Australia mengendalikan permainan dan menggempur pertahanan Idzes dan kawan-kawan. Tidak kurang dari lima peluang emas didapat Australia malam itu. Beruntung Paes kembali bermain gemilang sebagai kiper. Sedikitnya tiga kali ia melakukan penyelamatan yang luar biasa sehingga gawang Indonesia tidak kebobolan.
Waktu satu bulan ke depan menjadi krusial bagi pelatih asal Korea Selatan itu sebelum memainkan pertandingan ketiga mereka. Ia harus mempertajam serangan dengan mengaktifkan Oratmangoen di kiri dan Witan Sulaiman di kanan. Witan jauh lebih efektif daripada Marselino bermain dari sayap.
Mustahil Indonesia bisa lolos ke putaran final apabila tidak mampu memenangi pertandingan. Untuk bisa menang tidak ada pilihan lain, kecuali keluar menyerang. Kalaupun mau menggunakan strategi serangan balik, dibutuhkan kecepatan, set-piece pergerakan bolanya yang terarah, dan penyelesaian akhir yang mematikan.
Di kesebelasan Korea Selatan 2018, Shin Tae-yong memiliki pemain seperti Son Heung-min yang memiliki fisik prima, kecepatan dalam menggiring bola, dan ketajaman dalam mencetak gol. Apakah sekarang PSSI harus gerilya untuk mencari penyerang naturalisasi seperti Son Heung-min?
Sudah ada dua pemain naturalisasi yang sedang diproses kilat untuk menjadi pemain nasional Indonesia. Mungkin mulai pertandingan ketiga, 11 pemain yang berdiri di lapangan adalah pemain eks Belanda. Semoga namanya tetap diakui Indonesia, bukan Hindia Belanda seperti di Piala Dunia 1938.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir meminta seluruh pihak memastikan semua laga putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia berjalan adil dan sportif.
Piala Dunia FIFA 2026 akan dimulai tepat setahun dari sekarang, pada 11 Juni 2026, saat tuan rumah bersama Meksiko membuka turnamen di Stadion Azteca. Berikut sejumlah informasi untuk Anda
Kapten Timnas Indonesia Jay Idzes memohon maaf kepada seluruh masyarakat tanah air atas kekalahan telak pada laga melawan Jepang.
TIM nasional Indonesia harus menelan kekalahan telak 0-6 dari Jepang, hasil yang menjadi sinyal kuat bahwa pekerjaan rumah masih banyak menjelang putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026
Dalam laga di Neo Quimica Arena, Sao Paulo itu, gol Vinicius Junior menjadi penentu sekaligus memberikan kemenangan perdana bagi pelatih baru Brasil, Carlo Ancelotti.
Hasil imbang ini tidak menggeser posisi Argentina di puncak klasemen. Sementara Kolombia harus puas berada di peringkat keenam klasemen sementara dengan 22 poin.
Nathan Tjoe A On bukan satu-satunya pemain keturunan Indonesia yang saat ini berstatus tanpa klub.
Berposisi sebagai penyerang, Isa Warps dikenal cepat, lincah dan memiliki naluri gol yang tajam.
Iris de Rouw menjalani proses naturalisasi karena memiliki darah Indonesia dari nenek dari pihak ibunya yang bernama Christina Salomonson.
Felicia de Zeeuw memiliki keturunan Indonesia dari neneknya yang bernama Felixia Adelle Kuhuwael yang dilahirkan di Jakarta pada 22 Agustus 1940.
Emily Nahon yang kelahiran Oegstgeest, 17 Mei 2007 itu memiliki darah Indonesia dari garis keturunan sang nenek yang berasal dari Bogor, Jawa Barat.
Empat pesepakbola wanita berdarah Belanda resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) untuk memperkuat Timnas Sepak Bola Putri Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved