Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Akui Antikudeta, Pesepak Bola Myanmar Cari Suaka di Jepang

Atikah Ishmah Winahyu
17/6/2021 10:45
Akui Antikudeta, Pesepak Bola Myanmar Cari Suaka di Jepang
Penjaga gawang timnas Myanmar Pyae Lyan Aung membuat hormat tiga jari di laga kualifikasi Piala Dunia melawan Jepang.(Twitter @AeySahat)

PENJAGA gawang tim nasional Myanmar, yang memberi hormat antikudeta selama pertandingan di luar Myanmar menolak kembali ke negaranya dan akan mencari suaka di Jepang.

Bulan lalu, penjaga gawang pengganti Pyae Lyan Aung mengangkat hormat tiga jari saat lagu kebangsaan dimainkan sebelum kualifikasi Piala Dunia melawan Jepang.

Kemudian, Rabu (16/6), Lyan Aung mengatakan kepada petugas imigrasi Jepang di bandara di Osaka bahwa dia tidak akan naik pesawat kembali ke Myanmar. Kuasa hukum Lyan Aung, Shogo Watanabe, membenarkan laporan lokal tersebut.

Baca juga: Wallace Costa Segera Bergabung dengan Skuat PSIS

"Setelah mengonfirmasi keinginannya, kami akan melanjutkan prosedur untuk mencari status pengungsi baik di Osaka atau di Tokyo," kata Watanabe.

"Sudah jelas (bahwa dia adalah seorang pengungsi politik) setelah dia memberi hormat tiga jari. Saya berharap status pengungsinya akan diakui sesegera mungkin," tutur Watanabe seraya menambahkan prosesnya bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Penyiar nasional NHK menunjukkan rekaman pemain tersebut berbicara melalui penerjemah di Osaka, Rabu (16/6) malam.

"Jika saya kembali ke Myanmar, hidup saya akan dalam bahaya. Saya memutuskan tinggal di Jepang," kata Lyan Aung.

"Pemerintah dan rakyat Jepang harus mengetahui situasi Myanmar. Saya meminta kerja sama Anda," tambahnya.

Hormat tiga jari telah sering digunakan para demonstran sebagai bentuk perlawanan terhadap junta Myanmar dalam aksi demonstrasi yang telah menewaskan lebih dari 800 orang tewas dan ribuan terluka, menurut kelompok hak asasi manusia.

Pesepak bola tersebut, yang rekan satu timnya diyakini telah kembali ke Myanmar, Rabu (16/6), mengatakan dia tidak akan kembali sampai pemimpin yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, kembali berkuasa.

Namun, dia mengaku khawatir tentang konsekuensi dari keputusannya.

"Jika ada bahaya yang terjadi pada rekan tim atau anggota keluarga saya, saya akan kembali ke Myanmar untuk ditangkap,” tegasnya.

Jepang hanya menerima beberapa permohonan suaka setiap tahunnya. Tetapi, Mei lalu, Kementerian Kehakiman Jepang mengatakan penduduk Myanmar yang sudah berada di negara itu akan dapat memperpanjang masa tinggal mereka sebagai tindakan darurat, mengingat kudeta dan kekerasan yang terjadi di negara asal mereka.

Keputusan itu datang lebih dari sebulan sebelum Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade dan dapat menimbulkan pertanyaan tentang apakah atlet lain mungkin mencari suaka selama Olimpiade.

Jepang memiliki hubungan lama dengan Myanmar dan telah menggambarkan dirinya sebagai penyedia bantuan ekonomi terbesar negara itu.

Setelah kudeta, Tokyo membekukan bantuan baru ke Myanmar dan menteri luar negeri telah memberi peringatan, bahwa proyek yang ada dapat dihentikan jika junta militer terus menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. (Straitstimes/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya