Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sajak-sajak Zidny Hidayat 

Sajak Kofe
10/9/2022 07:00
Sajak-sajak Zidny Hidayat 
(Ilustrasi: Anna Resmini )

Ilustrasi: Anna Resmini 

Di Rumah Ibu 

di gubug sederhana, 
di antara banyak bunga 

aku terjaga, dari metropolitan 
yang mencekik sepertiga pikiran. 

2022 


Di Sepertiga Sunyi 

dingin dan gelap berlalu 
pagi tak lama lagi bertamu 
pulanglah rasa sakit sebelum fajar terbit 

di penghujung malam, 
ada yang hadir menawar kelam 
menyejukan hati dan mewangikan harapan 

rindu merimbun 
pada daun-daun berembun 
harap meruap dari ujung-ujung atap 

di sepertiga sunyi, 
pagi menyapa dari balik jendela 

istirahatlah kata-kata, 
saatnya tangan dan kaki 
berpuisi di jalannya. 

2022 


Tak Usah Kau Jawab Dulu 

belum sempat aku tulis 
isi hati yang sedang mengiris, 
kau dan kenangan rapi berbaris 

apalagi yang hendak kubahas 
binar matamu berucap jelas 
meski bibirmu diam tanpa balas 

aku ingin bertanya, kekasih 
masihkah namaku berdegup di doa-doa, 
sedang hadirku tak lagi memompa bahagiamu 

belum usai kurangkai puisi, 
bait demi bait terlanjur mengait diksi 
lantas bagaimana semuanya ini; 

apakah sajak-sajak sanggup 
merekat retak di lubuk hatimu? 
tak usah kau jawab dulu, sayang 
memahat luka duka di altar sunyiku. 

2022 


Masih Adakah? 

masih adakah embun di Jakarta? 
yang dinginnya merimbun ke dada 
membasahi teriknya dalam sukma 
kian kering terbakar nestapa 

masih adakah angin di Jakarta? 
yang sejuknya mengangankan 
inginku untuk menggapainya 
memeluk dan memastikan 

kita telah merdeka namun kemiskinan menusuk seisi kepala 

masih adakah Jakarta di benak kita? 
sebagai solusi atas sulitnya 
mengais nasib di desa. 

2022 


Malam Minggu di Angkringan 

malam minggu di angkringan 
rindu dan kenangan bergeming 
jahe susu campur kacang rebus 
digoyang sembari berbincang 

ah, malam pualam indah 
purnama tertengok sebelah 
bintang jatuh ke segala arah: 
ke hati resah, ke raga lelah, 
ke jiwa yang penuh pasrah 

malam minggu di angkringan 
di sepanjang jalanan berdebu, 
kuhimpun rindu demi rindu  
asap knalpot dan parfum menyatu 
gerimis tidak kunjung turun 

pada selembar tikar, udara dingin 
dan hangat minuman bertukar-tukaran 
nasi kucing mungkin mengenyangkan, 
tapi nasi padang tak ada di menu pilihan 

malam minggu di angkringan, 
aku merayakan seutas kesendirian 
dengan cara yang tidak sendirian 
menerima kenyataan dan kesejukan. 

2022 


Sajak Pengandaian 

seumpama kau dan aku bersama 
apakah dua kutub berlawanan 
dapat bersatu berpadu-padan 

seandainya kau dan aku terikat 
apakah dua sumbu berseberangan 
satu sama lain bisa bertahan lekat

semisal kau dan aku berhubungan 
apakah mungkin panas dan dingin 
yang bertentangan dapat disatukan 

barangkali kau dan aku masih 
saling menyimpan perasaan 
apakah sanggup berjuang 
di antara banyak kemungkinan. 

2022 


Tak Goleti 

jejakmu kucari di sudut sepi, di lorong imaji, 
di antara hujan dan kopi, kau kuarungi 
kepergianmu kekasih telah menubuhi 
berlarik puisi yang tak pernah usai 
walau telah kubaca berulangkali.

langkahmu kususuri, 
meski kepulanganmu tak mesti 
di sela sunyi dan terjalnya mimpi, 
kunanti kehilanganmu, kekasih 
ribuan diksi tak mewakili perih ini 

bayanganmu selalu kuamati; 
malam dan pagi, rindu dan benci 
kau abadi entah sampai nanti, 
entah sampai kapan aku begini. 

2022 


Arloji Darimu

bersemayam tentangmu 
pada jarum kecil pemukul waktu  
setiap pukul dua belas berbunyi: 
melagukan cemas dan sunyi

bertaut rasa haru 
pada karet dan sekrup pemikul rindu
pengingat temu, antara aku dan dirimu. 

agaknya kita mesti tahu 
waktu tak kenal kompromi 
walau sunyi berungkali melobi: 

meminta dipercepat hingga 
hari di mana kita dipertemukan, 
diperlambat saat kau kudapat dalam dekapan, 
dihentikan saat kita tak menghendaki perpisahan 

waktu tak mengangguk 
ataupun menolehkan badan 
ia terus melaju patuh pada putaran 

arloji bedetik di pergelanganku 
semua masih tentangmu, 
berdetak di malam-malamku. 

2022 


Malam Minggu Keberapa Ini 

malam minggu keberapa ini 
sejak kau pergi; perih, pahit, 
dan getir masih hinggap di sini. 

malam-malam tanpa kekasih 
adalah perih lagi ringkih. 
ke mana rindu musti menghadap, 
sedang kepadamu pun lidah 
tak lagi mampu berucap. 

malam minggu keberapa ini 
sejak pundak tak dapat kuraih 
derap langkahmu masih kunanti 
meski kepergianmu mungkin abadi. 

aku masih setia menunggu 
walau bintang-bintang meredup 
dan meragukan langkah kepulanganmu. 

malam minggu keberapa ini 
sejak kau dan aku tak lagi saling peduli 
namun dalam ini sajak, kau tetap kukasihi. 

2022 


Senja di Muarareja 

senja robusta di pantai utara jawa 
lirih semilir angin bersiul syahdu, 
bak seruling merdu Llorando se fue¹ 
menyuling pahit manis cerita kita 

malam seribu satu kenangan 
menggenang ke sekujur badan 
menjelma asam tebu kerinduan, 
juga pahit getirnya kehilanganmu. 

2022 

¹ Llorando se fue, sebuah lagu yang terangkum dalam album Canto a la Mujer de mi Pueblo (1981), karya kelompok musik Bolivia, Los Kjarkas. 

 

 

Baca juga: Sajak-sajak Frans Purba
Baca juga: Sajak-sajak Boris Pasternak
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia

 

 

 

 

Zidny Hidayat, sedang menekuni dunia tulis-menulis, lahir di Tegal, Jawa Tengah, 30 Oktober 1998. Puisi-puisinya tersiar di sejumlah media dan terhimpun dalam sejumlah antologi bersama. Sehari-hari, tinggal dan bekerja sebagai seorang buruh di sebuah perusahaan di kota kelahirannya. (SK-1) 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah
Berita Lainnya