Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Ilustrasi: Pingkan Patricia
Angin sepoi di pelabuhan
saat aku duduk sendirian
membuang galau yang berlabuh
Dendam bertuah dalam sampan
para jomlo menunggu jamuan malam.
“Kau masih sendiri?”
“Aku laki-laki menunggumu!”
Pelabuhan Penyalai, 2021
Matahari muncul,
menyerupai sumbu pelita yang hidup
aku peluk panasnya untuk menerjemahkan kehidupan.
Hembusan angin meluruskan kekeliruan
yang berlarian di pori-pori hidung:
mencari nafkah di masa sulit,
tubuh pun kering tak bernasib.
Aku menangkap pekerjaan,
di tempat duduk yang lapuk
dipenuh semut merah yang menggigit kulit
dari lorong-lorong tanah liat sebagai kematian.
Ada letih yang terletak pada setiap pertanyaan
sebagaimana kedatangan Munkar dan Nakir
menguji kematian itu sendiri
saat mata melihat dinding tanah
dan hidung menciumnya.
Sulit menterjemahkan kehidupan,
yang berakhir kekeliruan!
Pekanbaru, 2021
“Aku kangen kau!”
Semut-semut mulai berkerumun
begitu manis, memakan rasa yang suram.
Bayang-bayang ditelan mimpi
sebelum bersembunyi
mencari kangen yang berlari.
Ia tak mengerti perbuatan,
kangen menjelma bara api
abu terbang menjadi mimpi.
Mungkin, aku kangen
dan kau telah lama pergi.
Pekanbaru, 2021
Kertas-kertas menangkap makna
tulisan-tulisan yang kusam mengucap;
berbagai huruf luka hinggap, yang coretannya
menjadi kalimat, sebelum dibacakan sampai tamat.
Kata-kata melingkari kepala
menjadikan bentuk abstrak;
menelaah di ujung kampung,
di mata hanya bulatan jari,
berbentuk lembaran-lembaran.
Proposal-proposal tak terkirim,
menatap di jendela besi yang dipunggunginya
hingga curhatan membekas pada puntung rokok
terbang oleh kenakalan, yang menjelma puing-puing.
Sebuah pintu lebar terbuka
menuju Masjid di gang sempit
mata jadi cermin menyimpan semesta
sekarat bermain-main dalam jamuan hidup.
Tetesan kopi di gelas, penuh perangkap
seolah-olah membangkitkan bunyi masa lalu
memecahkan sepi dari iman,
membangun sirkus peradaban
hingga lima tugas jadi paku.
Setiap pagi,
amal-amal tak berpintu
menziarahi sepanjang jalan.
Maka, proposal sebagai niat
mengantar dosa-dosa pada episode
membungkus lembar-lembar pahala
menepi dari keramaian, ingar-bingar serupa makian orang gila
memahat istiqomah sebelum sampai ke ujung nyawa.
Suku Seni Riau, 2021
Maka, proposal sebagai niat mengantar dosa-dosa pada episode.
Malam menikam perasaan,
keris pusaka diasah, untuk melukai
pedih pun berguguran ke lantai
merebus asmara di rumah sendiri
kebahagiaan memeluk sekujur tubuh
berharap sesuatu menjadi manusia
dalam desakan-desakan cintamu.
Cahaya padam,
mengingat kekosongan
yang sedang diisi, masuk ke relung terdalam
semesta yang bersembunyi di sebalik rok mini
menyambut dengan estetika paling berharga
kenangan sepajang jagat raya kehidupanmu.
Abaikan satu bunyi derit pintu
di tengah perjalanan alam tangan
sebutir peluru mulailah menembak sasaran
mencari bagian tersesat
sebelum siang memaksa untuk berhenti
dan matahari pagi membakarnya.
“Selamat pengantin baru,” kataku.
Pekanbaru, 2021
Suhu panas menyelimuti tubuh
dingin tak sudi menghampiri
mendung pun tersenyum pada bumi
yang demam sangat menderita
tak ada mobil tuk membawanya ke rumah sakit.
Suasana mengerang dalam gemuruh
berselimutkan kata-kata yang lugas
tak ada kalimat “sembuh” sebagai reaksi
radang tenggorokan membentuk kolam
saluran-saluran tersekat, mengental
merasakan air liur yang kelat
menyekat pencarian di lubang-lubang galian.
Imun-imun berlarian,
meninggalkan penjajah saat terinfeksi
bakteri menyamar bagai sekawanan tentara
dan dokter-dokter menukar wajah menjadi parasit.
Ketakutan terus datang,
menari di panggung kemih
meminta penonton duduk di saluran-saluran
lalu memaksa cahaya langit mengenai tubuh,
saat mendapat sepercikan merah kizmis
hingga harapan menjadi dosa segalanya.
Tak tenggelam ketiadaan; wajah sumbang
kusaksikan nada-nada minor dalam keringat
meransang telinga, lalu membentuk senyum
tempat tidur tidak menjawab, sebab demam
menyerupai kelaparan dan menuntaskan pikiran
cahaya matahari sebagai obat.
Pekanbaru, 2021
Meratap dalam angin
Yassin kami bacakan
bermalam-malam.
Aku lambat melihat,
memuntahkan kekesalan
di laut dari nasib.
Doa-doa di sisinya,
sebagaimana darah membeku
mata pejam dan kendur.
Ia pergi selama-lamanya
pesan begitu mendalam
gugur bagai air mata.
Hingga ziarah
melihat ketenangan di hari Jumat
zaman pun berganti baru
kami tinggal, Aki.
Penyalai, 2021
Kabar itu bagai hujan deras
menyerupai jarum yang menikam dada
setiap detik-detik yang berlalu adalah nyawa
ambulans berbunyi mengikuti waktu
menyusun huruf-huruf kematian pada buku.
Tak kupahami ikhtiar,
pada lapisan-lapisan ajal saat pandemi
lambat atau cepat ia datang ke rumah
hinggap di beranda, lalu ia memeluk.
Membaca kematian,
di kaki para petugas yang menyeret kelelahan
memasang garis-garis pada pasangan kekasih
mendengar lolongan, di pembaringan
peluk dan cium sebagai cita-cita yang diinginkan.
Dua tahun usia terseret rasa cemas
merenggut ribuan tubuh yang kaku
liang-liang menganga diam tak berbicara
menggantung doa-doa di udara yang hampa
ujung dari angin dosa, semua berhenti dan sengsara.
Malam membentuk sekatan yang panjang
hanya bertemu pada siang saat direnovasi
ruang-ruang rezeki sedang hancur
akibat tertutupnya wajah-wajah negeri
betapa panjang jalan panik di kepala
bersembunyi di dada sesak
terus mengeja nyawa-nyawa.
Rasa takut,
tersimpan di jantung benua
menyerang, tapi tak tersentuh mata
terus terganggu dan terhambat.
Kita sedang membaca kematian dalam hujan
setiap yang menetes ke bumi saling tabrakan
merobohkan segalanya dan menggenangkan.
Pekanbaru, 2021
Baca juga: 2022 Menjemput 2024
Baca juga: Memelihara Antusiasme
Joni Hendri, pegiat sastra dan teater, kelahiran Teluk Dalam, Pelalawan, Riau, 12 Agustus 1993. Karya-karya berupa esai, naskah drama, cerpen, dan puisi sudah dipublikasikan di sejumlah media cetak, daring, dan antologi. Bergiat di Rumah Kreatif Suku Seni Riau dan berkegiatan di Komite Teater Dewan Kesenian Kota Pekanbaru. Kini, tercatat sebagai mahasiswa S-1 Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Lancang Kuning. (SK-1)
Temukan kata kata estetik penuh makna! Koleksi ungkapan indah, puitis, dan inspiratif untuk jiwa yang mendalam.
Bangun cerita inspiratif! Pelajari struktur narasi yang menggugah, raih hati pembaca, dan sebarkan pesan bermakna melalui alur cerita yang kuat.
Gadis Kretek: Novel Indonesia memikat! Selami kisah cinta, ambisi, dan warisan kretek yang kaya. Baca ulasan lengkapnya sekarang!
Temukan puisi pendek sekolah penuh cinta pendidikan. Ungkapkan rasa, kenangan, dan semangat belajar melalui kata-kata indah.
Alam bercerita! Temukan kisah inspiratif tentang lingkungan, pelajari harmoni alam, dan temukan kekuatan perubahan di sekitarmu.
Temukan novel terbaru 2024! Rekomendasi bacaan menarik dengan cerita unik, karakter kuat, dan petualangan tak terlupakan. Jangan lewatkan!
Sahabat-AI juga menjadi wadah pembelajaran bagi talenta muda Indonesia.
STARTUP Indonesia Nosuta membuka jalan bagi mahasiswa kehutanan untuk berkarier di Jepang. Lima belas mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
Di titik pemberangkatan, peserta melakukan penanaman pohon sebagai simbol komitmen terhadap kelestarian lingkungan.
Entrepreneur Week yang berlangsung sepekan diharapkan menjadi pembekalan mahasiswa mengasah soft skill yang dimiliki.
PERDANA Menteri Malaysia Anwar Ibrahim berduka atas tewasnya 15 mahasiwa yang menjadi korban kecelakaan.
Mereka adalah Nauli Al Ghifari, dan Devit Febriansyah siswa SMAN 1 Bukittinggi, serta Deka Fakira Berna dari SMAN 1 Padang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved