Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Sajak-sajak Budhi Setyawan 

Sajak Kofe
19/12/2021 22:00
Sajak-sajak Budhi Setyawan 
(Ilustrasi: Alan Doyle)

Blues Angkringan Depan Kampus (1) 

Ada yang sedang dihangatkan 
di atas bara arang batok 
dari kelapa yang botak 
satai usus ayam negeri 
yang dipiara orang swasta 
dengan keuntungan yang manja 

Malam merayap ke pikiran orang orang 
yang sedang nongkrong 
membicarakan sebuah negara andai 
dengan pembangunan yang umpama 
dan keberhasilan yang misal 
dengan berbusa busa melebihi deterjen 
mengalir ke sungai penghidupan 

Dari pintu kampus keluar 
lembar lembar buku berisi postulat 
yang kerap telat serta teori teori yang bikin ngeri 
makro ekonomi dalam rok mini 
adam smith diiringi keynes 
sampai limit napas tetap ngenes 
lingkaran supply and demand¹ 
alih alih alibi bagi masa depan 
ramuan kapitalis dibalut mantel sosialis 
yang tetap saja membagikan mimpi tragis 

Orang orang yang duduk di bangku panjang 
serta di lesehan yang telanjang 
ternganga oleh kecamuk yang tiba tiba mesra 
melupakan susu jahe yang hangat 
tak ingat nasi kucing yang ingin melompat 
dadar gulung yang ikut bingung 
dan aneka gorengan yang penasaran 
seperti mendapat paket kenyataan 
dibungkus kenyataan lain tanpa alamat 
pengirim dan seperti gerimis turun di luar musim 

Di bawah lampu jalan kegenitan 
ada yang berdiri sendirian seperti ayam 
membawa tas hermes berisi janji 
entah piaraan siapa lagi 

¹ supply and demand: penawaran dan permintaan. 

Bekasi, 19 Juli 2021 

 

Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia

 

Blues Angkringan Depan Kampus (2) 

Masih ada sisa soal ujian 
beterbangan ke langit entah
seperti ingin keruwetan hari enyah
dan kembali bisa berbagi gembira
di angkringan yang belia 

Pahit kopi adalah sebuah etika
dan pendar lampu teplok merawat estetika
sedangkan wajah wajah tirus yang datang
dengan tetap tertawa hanyalah sejumput metafisika
perputaran dialektika pun melingkar lingkar
di sekitar gerobak kayu yang menolak layu 
seperti berlomba dengan firasat filsafat 

jika tungku masih membara maka aku ada

Dalam hidup yang terengah 
apa yang bisa dikunyah selain remah 
dari berita yang tak juga menemu hakikat 
keberadaan di seberang kemungkinan 
peristiwa hanya setitik konon 
yang dipertanyakan oleh kesangsian masa 
dan kalender hanya sekumpulan ramalan 
yang hobinya meleset semacam bikin kejutan 
pada para pemeluknya 

Rasa sepat teh 
seperti hari yang aneh 
dan telur puyuh tak bisa menghindar
dari tusukan atau kutukan yang barbar 
hati ampela yang gurih 
menjadi penawar bagi cuaca yang perih 
ternyata ruang kelas dan bangku bangku kuliah 
tersusun dari kata mengapa 
yang belum ketemu juga jawabannya 

Bekasi, 20 Juli 2021 

 

Blues Angkringan Depan Kampus (3) 

Buku kecil yang dilipat dan dimasukkan ke saku celana
dengan sandi rumput mengisi halamannya
seperti sekelumit pekarangan masa lalu
yang temaram dan lembap 

Ruang kelas seperti buku terbuka mestinya 
bahwa penghuninya adalah pembaca 
dan juga penanya yang rewel tentunya 
bukan pendengar yang dicekoki dogma 
dengan mulut dilakban berlapis tiga 

Masih adakah di sana peribahasa 
atau hanya tumpukan perih rahasia 
lalu bagaimana puisi diberi ruang 
atau dibiarkan dalam pengap dan meriang 
tentang sejarah yang dibiarkan sungsang 
apakah setiap pejalan penyintas riwayat pecundang

Selalu saja drama dengan aneka warna 
yang disiapkan sebelumnya 
rekayasa dengan memutar lokasi kata kata
adonan semiotika ke segelas jahe panas
buat mengalirkan pancingan
ke sendi sendi hermeneutika yang sering kantuk 
akan ada yang bertanya 
yang didapatkan sebutir pasir di buku teori 
atau berkubik kubik di toko material 

Fragmen nanti akan berputar 
seperti roda gerobak yang bergerak 
setelah percakapan mengendap di seruang tadi 
dan penjaja angkringan membaca monolog 
sendiri yang hurufnya tak begitu jelas terbaca 
di lembaran nasibnya 

Bekasi, 21 Juli 2021 

 

Blues Angkringan Depan Kampus (4)

Sudah lama tak ada demo mahasiswa 
kata seorang laki laki kurus 
kira kira berumur setengah abad 
kepalanya hampir separuh beruban
tampak berkilat terkena terang lampu 

Para perajin kampus 
seperti gorengan yang dingin 
makin lemas tertiup angin 
tak dijamah para pengudap 
karena tak tersedia cabe rawit 
yang harganya masih saja bikin ibu ibu menjerit 

Seperti gugusan senyap menjelang lebaran
anomali pun mempertanyakan debaran
suasana teramat tenang
barangkali orang orang telah mengantuk
setelah seharian mengejar peruntungan 
bagi riwayat dirinya yang bisa jadi 
tak dianggap juga nanti oleh anak anaknya 
dan menjadi bukan siapa-siapa 

Ada yang selalu hangat susu 
bicara kekuasaan serupa bermain petasan 
machiavelli dan gramci jadi gulungan kertas
makhluk politik selalu haus di tepi ranah berasap
sejarah yang remang dan kadang kelam
lorong panjang di negeri menghitam

Tugas kajian semacam basa basi
di antara serbuan sensasi yang viral
seperti balon meledak sekali lalu tamat
tak diingat lagi dan memang kampus makin sibuk sendiri 
anak anak muda mengejar angka di langit karena cemas yang rumit 

Sudah lama sekali tak ada teriakan teriakan 
dan mereka yang bernyanyi di atas bis kota 
entah ke mana sekarang 

Bekasi, 23 Juli 2021 

 

Pahit kopi adalah sebuah etika sedangkan tertawa hanyalah sejumput metafisika. 

 

Blues Kota yang Akan Tenggelam

Suasana masih gaduh di kafe akhir pekan
pada masa wabah yang dianggap hoaks
orang orang menyusun riwayatnya sendiri
menerjemahkan kemerdekaan dengan menabrak rambu
dan ketakutan serupa piaraan dongeng, katanya 

Musik pun mengalun 
dengan bass setelan rendah 
suaranya memberat menyebar 
seperti ombak besar pasang naik 
menjangkau pantai ke celah karang telinga 
lalu suara gitar menyayat waktu 
seperti keluar dari leher tercekik 
lalu memanjang menjelma nyanyi sirene ambulans 
menyeret nyeret doa doa seadanya 
dan langkah drum yang lambat 
seperti menyesuaikan dengan jalanan macet 
dipenuhi oleh konvoi kesangsian yang ruwet 

Apakah kota ini baik baik saja? 
adalah pertanyaan yang berseliweran
di udara muram dan berita daring
jumlah korban terpapar penyakit
di sela opini penghidupan cialat terjepit 
tak ada yang menjawab
ataukah memang tak tersedia jawaban
karena hal hal pelik belum dimasukkan bank soal
atau dianggap bagian dari urusan banal

Kota tetap berjalan meski makin sarat muatan
komentar dan cita cita yang karut
menghindari jembatan timbang
meloloskan diri dari prediksi waswas
seperti lagu yang menempuh peristiwa
sekelumit haru di hari kemarin saat bermain main
dan hari ini ada yang makin turun
seperti nada dasar atau persepsi komunal
merosot ke dasar kali berlimbah
suara suara raib menuju entah

Bekasi, 21 Juli 2021 


Blues Utopia (1) 

Negara menggelar hiburan 
ke dalam kepala warganya 
daur ulang luka luka 
dengan animasi dan warna gembira 

Maka, 
orang orang cukup sarapan mimpi
yang dikirimkan dari pidato politik
dengan lauk pauk parodi
ditemani berita berita yang disensor
tetapi selalu disuguhkan ledakan
sosialita yang ditangkap aparat
dan pertanyaanya masih memusar
berapa orang di negeri ini yang keparat

Sekolah dan kampus tak terhitung
dengan pintu pintunya selalu terbuka
mengapa pengetahuan terkebiri
tersekat pada kandang itu itu lagi
seolah jalanan yang macet 
selokan yang mampet 
tak mengalir 
tak terbaca di mana hilir

Orang orang tua pun banyak yang lelah 
tak lagi menyimak kisah 
parabel yang dianggap jalan rumpil 
atau fabel yang terbit pada masa kecil 
hanya terbengong menyaksikan 
arus sampah yang membesar 
dalam cuaca makin remang 

Euforia negasi narasi 
sensasi sensasi heboh 
memori memori bodoh 

Tak muncul tanda 
hanya ada kewalahan sistem 
mengawal prediksi 
yang kadung meliar 
dan keluar dari lingkar pagar 

Yang menghambur hanyalah duplikasi 
percik hambar yang tak beranjak 
dari pengejaran pada makna yang lincah 
menghuni sebagai kesibukan kronis 
di tubuh waktu yang tercacah tragis 

Tetap saja mengapung 
di hari hari tanpa angin 
signifikasi hanya kelok kelok labirin 

Memang tak bisa disebut jauh 
tetapi tetap saja menyisa ruang tak tersentuh 

Bekasi, 24 Juli 2021 


Blues Utopia (2) 

Adakah cinta yang satu 
sementara jalan banyak percabangannya 

Kita bukan sisifus 
yang menaikkan dan menggelindingkan batu
tetapi kita berjalan bertahun tahun 
menyeret nasib yang mulutnya bawel 
minta ampun

Dalam bermacam skenario film atau drama
kita ingin menjadi dewa atau orang suci
tetapi sekaligus menagih adegan
banyak bercinta 
bisa leluasa bermain di dua kutub
hidup di dua alam 
dalam ambiguitas berkepanjangan

Atau biarlah, 
menjadi antagonis yang dirindukan 
dan memetakan jalan berbahagia akhirnya 

Kesetiaan adalah hewan yang tertangkap dari hutan larangan 
oleh pemburu yang tak sengaja melepas panahnya 

terbayang kijang emas yang diceritakan di dunia wayang 
dari moyangnya secara turun temurun 
dalam bahasa santun 
sembunyikan bagian tertentu 
yang sarat geliat dan seru 

Setiap kata punya nada berbeda 
berjalan menuju pembaca 
ada yang dengan tergesa 
sebagian lain secara tenang 
karena telah menguasai diri dan sekitarnya 

Segala pertautan dalam kalimat tak kuasa menolak 
penempatan dan urutan letak dirinya 
sedangkan mengubah susunan 
akan melahirkan kejutan yang bisa jadi tak sebentar 
gegar dan getarnya

Akankah kau pelihara pesan tunggal 
sementara satu puisi bisa jamak tafsirannya? 

Bekasi, 24 Juli 2021 


Blues Segempil Gula Aren 

Pemanis buatan adalah distorsi 
keluar melewati jalur nada 
di ambang sumbang 
tetapi nyanyian harus dilanjutkan 
meski harus diganti kord dan birama 
biar lebih pelan dan tak bias percakapan 
di jeda antar nada 
di jarak antar kata 
seperti berita urban yang terbaring 
di pinggir leher sebuah gitar 
dan tubuhnya mengigil bergetar 

Dusun dusun menggeliat oleh para pemanjat 
yang memulai hari dari anak tangga pertama 
lalu mencelupkan matahari ke air nira 
dan mengental pusaran kemerahan 
terbakar percakapan pasar 
yang akan digantikan perniagaan 
lewat simbol dan tanda 
yang mewartakan diri sebagai realitas 
yang menertawakan dunia begitu lepas 
mengaliri layar layar terbuka di mata 
meski bisa jadi tetap maya 
tetaplah bergairah komoditas 
yang tahan lama dan trengginas 

Orang orang kota tersihir 
pada label brown sugar¹ 
tak paham nasib pribumi makin cokelat 
menjurus pahit hitam 
tetapi siapa memasukkannya 
dalam agenda seminar daring 
yang tetap saja kering 
tak membasah ke bawah 
tak ada trickle down effect² seperti di buku tebal
ekonomi pembangunan yang bikin kantuk 
yang penganutnya tetap saja bebal 

Lirik lagu yang mengalun 
adalah pembeda adalah pembela
menyelamatkan sebuah ruang kecil
tempat singgah para pejalan
dengan segelas penambah sel darah
di tepi waktu agar tetap hangat
dan melarutkan sekelumit penat 
 

¹ Merujuk kepada segmentasi pasar gula merah global secara mendetail untuk mengenalkan pembaca dengan hierarki pasar. 

² Merujuk kepada teori trickle down effect, contohnya, pertumbuhan ekonomi yang terpusat pada satu daerah bisa menetes ke daerah lainnya. 

Bekasi, 19 Juli 2021 
 

 

Baca juga: Iwan Jaconiah Rilis Buku Puisi Hoi!
Baca juga: Sajak-sajak Inggit Putria Marga
Baca juga: Sajak-sajak Shabrina Adliah

 

 

 

 


Budhi Setyawan, penyair dan dosen, lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 9 Agustus 1969. Mengelola Forum Sastra Bekasi dan Kelas Puisi Bekasi. Ia juga bergabung bersama komunitas Sastra Reboan dan komunitas Sastra Kemenkeu. Buku kumpulan puisi terbarunya Mazhab Sunyi (TareBooks, Jakarta, 2019). Sehari-hari tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Ilustrasi: Alan Doyle, 2021. (SK-1) 

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah
Berita Lainnya