Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kisah Ramadan dari Umat Islam di Asia Selatan

Mediaindonesia.com
04/4/2022 18:20
Kisah Ramadan dari Umat Islam di Asia Selatan
Pedagang kaki lima menunggu pelanggan di sebuah warung makan di pasar pada hari pertama bulan suci Ramadhan di Dhaka.(AFP/Munir uz Zaman.)

SEJUMLAH masjid dan pasar penuh dengan keramaian malam hari yang tergoda oleh aroma manisan manis dan piring nasi yang besar. Saat itu lebih dari setengah miliar Muslim di seluruh Asia selatan berbuka puasa Ramadan.

Bulan suci Islam dimulai pada akhir pekan. Selama waktu itu orang-orang beriman tidak makan, minum, merokok, dan hubungan seksual antara matahari terbit dan terbenam. Puasa dipahami sebagai perjuangan spiritual melawan godaan kesenangan duniawi. Namun santapan buka puasa pada malam menjadi santapan meriah secara tradisional menyatukan keluarga dan ada aktivitas sosial yang intens.

Pasar Chawkbazar yang berusia berabad-abad di Bangladesh menjadi pusat tradisional untuk pertemuan malam selama Ramadan. Ratusan kedai makanan dadakan menjual daging panggang tradisional dan makanan lezat lain.

Kerumunan besar kembali ke lingkungan pada Minggu untuk pertama kali sejak pandemi virus korona membatasi pertemuan publik yang besar. "Saya sangat senang melihat orang-orang di sini," kata Ramzan Ali, yang telah menjual puyuh bakar di pasar selama sekitar empat dekade. "Dua tahun terakhir sangat menyakitkan."

Hidangan tradisional pakoras dan sup miju-miju ditawarkan di samping hidangan yang lebih esoteris, seperti kebab yang terbuat dari daging alat kelamin banteng dan otak kambing goreng yang selalu populer disajikan untuk menemani daging panggang dan sayuran. "Rasanya sangat menyenangkan datang ke sini lagi," kata pengusaha Mohammad Ashrafuddin. "Tanpa buka puasa Chawkabazar, saya merasa Ramadan saya tidak lengkap." 

Muslim Pakistan juga menikmati kesempatan untuk kembali berbuka puasa bersama dan keluar dari kerumunan covid-19. Pasalnya, pemerintah mencabut pembatasan pertemuan publik beberapa minggu sebelumnya.

Masjid-masjid telah diterangi dengan lentera dan pasar-pasar di dekatnya ramai saat orang banyak berhenti untuk menikmati kue-kue manis yang digoreng dan membeli makanan untuk dibagikan kepada orang miskin.

Di India, orang banyak berduyun-duyun ke kios-kios yang berjejer di jalan di bawah bayang-bayang Masjid Jama New Delhi yang megah, salah satu rumah ibadah terbesar di negara itu. Mereka mengemil kurma yang keriput dan roti manis musiman yang dipanggang dengan infus kelapa atau ceri.

Perayaan yang tenang 

Pertemuan malam yang lebih tenang sedang berlangsung di Afghanistan. Pasalnya, orang-orang masih memperhitungkan krisis kemanusiaan akut setelah penarikan AS tahun lalu dan kembalinya Taliban untuk berkuasa.

Hidangan lokal berbuka puasa yang paling populer yaitu Kabuli pulao alias nasi yang ditaburi kunyit dan dicampur dengan buah-buahan kering, terutama kismis hitam. Acar dan jalebis pedas spesial, adonan goreng tepung berkalori tinggi yang direndam dalam sirup manis, juga dinikmati oleh keluarga saat makan malam setelah berbuka puasa.

Namun banyak yang terpaksa menjaga pembelian mereka seminimal mungkin tahun ini karena kekurangan pangan di negara itu. "Untuk pertama kali saya melihat harga pangan melonjak begitu tinggi di bulan Ramadan," kata warga Kabul Shahbuddin kepada AFP pada akhir pekan. "Orang-orang mengharapkan bahwa di negara Islam harga akan turun selama Ramadan, tetapi itu tidak terjadi."

Baca juga: Syiah Mulai Ramadan pada Minggu, Mayoritas Suni di Sabtu

Islam menjadi agama terbesar kedua di Asia Selatan setelah Hindu. Wilayah ini adalah rumah bagi sekitar sepertiga dari penganut agama tersebut.

Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam karena tradisi mengatakan Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad selama bulan itu. Peringatan global ditutup dengan perayaan Idul Fitri melalui salat berjamaah dan makan minum. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah