Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ANAK buah kapal (ABK) yang diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) kapal ikan asing berbendera Tiongkok Fu Yuan Yu 857 di laut Singapura membeberkan kronologi yang terjadi di atas kapal asing tersebut. Peristiwa ini berawal dari perekrutan di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut) pada awal November 2023.
"Awal mulai perekrutan itu kita harus memenuhi persyaratan menjadi ABK ke luar negeri harus dengan dokumen asli, ijazah, akte serta kartu keluarga (KK)," kata Surahman Sahjuan, 29, salah satu ABK, di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Rabu, 8 Mei 2024.
Kemudian, mereka diberangkatkan dari Sulut ke Surabaya, Jawa Timur. Lalu, dibawa lagi ke Tanjung Priok, Jakarta Utara. Setiba di Tanjung Priok, Surahman bersama para ABK lainnya dibawa lagi menggunakan bus ke mess di Pemalang, Jawa Tengah.
Baca juga : Merasa Jadi Korban TPPO, 8 ABK Kapal Tiongkok Fu Yuan Yu 857 Lapor Polisi
Waktu yang dijanjikan 45 hari berangkat ke luar negeri hanya tipu belaka. Para ABK, kata Surahman, ada yang diberangkatkan ke kapal ikan di luar negeri setelah 4 bulan dan 7 bulan berada di mess.
Kemudian, iming-iming dikasih makan dan fasilitas serta uang dolar juga tidak pernah ada. Selama berada di mess, pengeluaran mereka untuk makan dan minum dan lainnya dimasukkan ke dalam catatan hutang yang nantinya dipotong gaji.
Gaji yang dijanjikan sebesar 350 dollar Amerika. Kemudian, ijazah hingga SKCK yang disyaratkan di awal harus asli ternyata bisa dipalsukan perusahaan perekrut yakni PT Klasik Jaya Samudra (KJS). Kemudian, pekerjaan yang diberikan tidak sesuai dengan perjanjian.
Baca juga : Polri Periksa 14 ABK Terkait TPPO
Mirisnya lagi, kata Surahman, setiba di Singapura setelah sebulan di mess mereka luntang Lantung tidur di pinggir-pinggir pelabuhan. Begitu pula saat perjalanan ke kapal, mereka tidur di pinggir-pinggir kapal.
"Selama 13 hari perjalanan, kita sampai ke kapal tidak makan, langsung kerja. Kerja itu dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam kita istirahat. Awalnya mereka kasih hari pertama, tapi hari keduanya dan seterusnya itu kita mulai bekerja, kita minta air tapi tidak dikasih. Kita bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam," beber Surahman.
Surahman mengaku baru mendapatkan makanan pukul 21.00 waktu setempat saat istirahat. Kemudian, pukul 23.00 waktu setempat bekerja lagi melepas jaringan hingga pukul 09.00 pagi baru dikasih makan.
Baca juga : WNA Tiongkok Diduga Jatuh ke Laut di Perairan Pulau Sembilan, Kotabaru
"Jadi selama kita bekerja, kita kehausan minta air minum tidak dikasih sama Chinanya, mereka bilang no no kerja terus paksa terus, ada tindakan kekerasan tarik tarik ABK," ucapnya.
Oleh karena tidak tahan, pada malam hari Surahman dan tujuh temannya memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaan. Mereka meminta pihak kapal untuk mengkonfirmasi ke perekrut PT KJS dan melakukan aksi mogok kerja.
Lalu, mereka pulang ke Tanah Air dari perairan Singapura. Dalam peristiwa TPPO ini, mereka menghabiskan waktu satu bulan hingga ditempatkan di kapal ikan Fu Yuan Yu dan hanya dua hari bekerja.
Baca juga : KKP Tangkap Kapal Ikan Asing Berbendera Malaysia Di Selat Malaka
"Jadi, kami ini para ABK yang diperlakukan tidak adil di laut luar negeri, makanya kami laporkan hal itu ke SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia)," pungkasnya.
Selain hak yang tidak diberikan, para ABK juga disebut kerap mendapatkan tindakan kekerasan. Maka itu, para ABK ini melapor ke Bareskrim Polri agar polisi menangkap pelaku dugaan TPPO dalam peristiwa ini.
Surahman bersama tujuh ABK lain datang membuat laporan di Bareskrim Polri didampingi Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Hariyanto Suwarno dan Ketua Umum Serikat Buruh Perikanan Indonesia (SBPI) Rahmatullah. Laporan terdaftar dengan nomor: LP/B/144/V/2024/SPKT/Bareskrim Polri, tanggal 8 Mei 2024.
Peristiwa dugaan TPPO disebut terjadi di Bitung, Sulawesi Utara; Pemalang; Tangerang; dan wilayah hukum Indonesia lainnya serta wilayah hukum Singapura. Dengan terlapor Andri Wijanarko, Sri Wahyuni Hawa, Ade Pemalang, Joni Karamoy, dan Grace.
Para terlapor dipersangkakan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan TPPO dan atau Pasal 81 UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI).
(Z-9)
Warga Kampung Bantar Gedang, RT 03/09, Desa Mekarsari, Kecamatan Ngamprah itu terkena penipuan lowongan kerja karena dipekerjakan sebagai scammer di Myawaddy, Myanmar
Penyerahan restitusi dilakukan sesuai dengan surat rekomendasi dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) tanggal 8 Maret 2024
Sedikitnya, ada 8 WNI dari berbagai daerah yang saat ini dipekerjakan di wilayah konflik Myanmar.
Selain Robiin, delapan WNI lainnya yang menjadi korban penyekapan di Mynmar juga berhasil dibebaskan oleh otoritas tentara Thailand.
Cara penipuan juga digunakan dengan memperkenalkan calon suami sebagai orang kaya dan membujuk para korban untuk menikah dengan iming-iming akan dijamin seluruh kebutuhan hidupnya.
Polisi menyebut ada tujuh korban dari kasus tersebut yakni terdiri dari enam perempuan warga negara Indonesia dan satu perempuan warga negara Maroko
Dua kapal ikan dilaporkan terbakar di Dermaga Timur, Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, pada Rabu (20/3) sore.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, namun kerugian ditaksir mencapai Rp1 miliar.
Pemerintah Indonesia diminta untuk bersikap lebih tegas saat membahas Pengaturan Pelaksana (PP) Wilayah Tumpang Tindih Yurisdiksi ZEE dan Landas Kontinen (LK) dengan Vietnam.
Ditjen PSDKP di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan menemukan modus baru penyelundupan manusia dari Indonesia ke Australia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan tingginya angka kematian di kapal perikanan yang diduga terkait dengan kasus perbudakan
Berdasarkan hasil koordinasi, diketahui bahwa kapal-kapal ikan tersebut diduga sedang menunggu antrean untuk masuk ke Pelabuhan Singapura.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved