Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENELITI Pusat Kajian Anti-Korupsi (Pukat) Zaenur Rohman mengatakan pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2015-2019 Agus Rahardjo perlu didalami untuk melihat ada atau tidaknya intervensi dari presiden. Agus mengaku diminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menghentikan penyidikan kasus korupsi KTP-elektronik atau KTP-E.
Zaenur menjelaskan tidak ada satupun pihak atau pejabat yang berwenang meminta penghentian perkara. Jika ada pihak yang melakukan ini, bahkan diikuti dengan perbuatan yang mengganggu jalannya penyidikan, menurutnya itu bisa masuk kategori obstruction of justice atau merintangi penyidikan.
"Pasal 21 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) diatur soal perbuatan merintangi penyidikan. Memang harus dibuat clear dahulu. Apakah permintaan (Jokowi) tersebut diiringi dengan upaya-upaya merintangi penyidikan, kalau ada itu merupakan sebuah tindak pidana," terang Zaenur ketika dihubungi, Minggu (3/12).
Baca juga: ILDES: Ungkapan Agus Rahardjo Rentan Terjerat Pasal UU ITE
Zaenur menambahkan apabila permintaan tersebut memang untuk menghentikan sebuah perkara yakni kasus korupsi KTP-E, hal itu bisa dianggap bentuk intervensi nyata dari presiden pada KPK.
Seperti diberitakan, Agus Rahardjo mengungkapkan dalam sebuah wawancara yang disiarkan stasiun TV swasta, bahwa ia dipanggil Presiden Jokowi ke istana dan diminta menghentikan perkara korupsi KTP-E yang menjerat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat itu Setya Novanto. Namun, KPK tetap melanjutkan perkara tersebut. Agus merasa kejadian tersebut berimbas pada diubahnya Undang-undang KPK dari UU No.3/2002 menjadi UU No.19/2019.
Baca juga: Presiden Diminta Terbuka tentang Intervensinya kepada KPK
Menanggapi itu, Zaenur sepakat bahwa revisi UU KPK membuat lembaga anti-rasuah itu tidak lagi independen. Padahal, sambung Zaenur, KPK merupakan lembaga negara yang seharusnya bersifat independen dan tidak tunduk pada kekuasaan manapun. Revisi UU KPK, menurut Zaenur merupakan awal mula persoalan dari berbagai masalah yang dialami KPK saat ini.
"Ketika berhasil melakukan revisi UU, KPK sudah tunduk berada di bawah rumpun kekuasaan eksekutif dan eksekutif punya instrumen untuk melakukan intervensi terhadap KPK," terang Zaenur.
Dari sana, menurut Zaenur KPK periode 2019-2024 mulai dipenuhi masalah antara lain pelanggaran kode etik pimpinan, perkara - perkara di KPK dianggap mencurigakan, dianggap tidak bebas dari politisasi, serta berujung pada penetapan Ketua KPK nonaktif Firli Bahuri sebagai tersangka dugaan pemerasan. "Itu karena masuknya orang-orang bermasalah melalui seleksi pimpinan KPK ketika itu (2019)," papar Zaenur.
Permasalahan di KPK, terang Zarnur, menunjukkan bahwa dalam carut-marutnya pemberantasan korupsi, ada andil besar dari kekuasaan yang tidak berpihak pada pemberantasan korupsi.
Hasilnya, imbuh Zaenur, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada 2022, ada pada skor 34. Menurutnya sama persis seperti pada 2014 ketika Presiden Jokowi menjabat. Dengan kata lain, ujar Zaenur, Selama 9 tahun, tidak ada progres dalam pemberantasan korupsi.
"Elit-elit politik harus punya komitmen mengembalikan independensi KPK, caranya merevisi kembali UU KPK. Memberikan sumber daya pada KPK dan mereposisi diri. (Pemilu) 2024 menjadi kesempatan bagi Indonesia karena ada pergantian kepemimpinan nasional," tukasnya.
Di sisi lain, seperti diberitakan, sejumlah anggota dan pimpinan Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mewacanakan akan meminta keterangan Agus Rahardjo terkait pernyataannya soal permintaan Presiden Jokowi menghentikan kasus korupsi KTP-E. (Z-3)
Disdukcapil Kota Cirebon menargetkan seluruh pemilih pemula sudah mendapatkan KTP elektronik saat pilkada digelar 27 November
Menjelang Pilkada Serentak 2024, sekitar 53% atau 1.705.889 pemilih pemula di Indonesia telah melakukan perekaman data biometrik KTP-el.
Disdukcapil DKI Jakarta melakukan penyisiran ke sekolah-sekolah untuk melakukan perekaman pad aremaja yang telah berusia 17 maupun akan berusia 17 pada April, pun melakukan pelayanan KTP-E keliling sejak Senin-Jumat
Sanan mengatakan, perekaman KTP-E massal yaitu Sabtu dan Minggu (3/2), baru 75 dari 1.057 wajib KTP-E yang berhasil melakukan perekaman.
Saat ini jumlah warga yang belum merekam e-KTP mayoritas merupakan warga wilayah Bekasi Timur sebanyak 5.680 orang.
Bekasi hanya menyisakan 14 suket yang belum bisa dicetak menjadi KTP-e lantaran ada kendala data ganda dan persoalan biometrik
Kenapa mereka berani mengusutnya? Apakah memang penegak hukum sudah kembali ke jalur yang semestinya dalam menegakkan hukum.
Itulah pertaruhan penegakan hukum di negeri ini. Hukum yang wajahnya penuh jelaga. Hukum yang katanya sama untuk semua tapi faktanya beda-beda tergantung siapa yang berpunya dan berkuasa.
Kenapa Mega melakukan blunder seperti itu? Akankah langkahnya justru akan menjadi bumerang?
Maukah KPK mengoptimalkan momentum ini untuk meninggalkan legacy yang baik?
KPK telah menetapkan lima tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi proyek Bandung Smart City.
Strategi penanggulangan korupsi dimulai dari memupuk nilai integritas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved