Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Duet Ganjar-Anies Tidak Logis, PDIP Disarankan Pilih Sandiaga

Tri Subarkah
25/8/2023 15:12
Duet Ganjar-Anies Tidak Logis, PDIP Disarankan Pilih Sandiaga
Anies Baswedan (kiri) dan Ganjar Pranowo (kanan).(Antara)

GAJAH di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Demikianlah penggambaran wacana politik untuk menduetkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sebagai pasangan calon presiden-calon wakil presiden pada Pemilu 2024.

Direktur Eksekutif Algoritma sekaligus pengajar ilmu politik FISIP Universitas Indonesia Aditya Perdana menyebut upaya mengawinkan Ganjar dan Anies ebagai hal yang tidak logis. Sebab, Anies yang diusung Partai NasDem, Partai Demokrat, dan PKS membawa isu perubahan.

Di sisi lain, Ganjar melalui PDI Perjuangan membawa semangat keberlanjutan atas arah pembangunan Presiden Joko Widodo. Selain itu, Adit juga mengatakan basis pemilih Anies sama dengan Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga merupakan politisi PPP, yakni kelompok Islam kanan.

Baca juga : Pengamat Nilai Koalisi Perubahan Dinilai Lebih Maju

Terlebih, sambungnya, PPP telah berkoalisi dengan PDI Perjuangan untuk mendukung Ganjar sebagai calon presiden. Oleh karena itu, Sandiaga seyogianya dilihat sebagai modal yang dimiliki koalisi PDI Perjuangan dan PPP.

"(Pilihan) yang rasional adalah yang di depan mata (Sandiaga), karena mereka (PDI Perjuangan) sudah berkoalisi sama PPP, di sisi itu kemudian calonnya PPP adalah Sandi," jelas Adit kepada Media Indonesia, Jumat (25/9).

Sebelumnya, wacana menduetkan Ganjar dengan Anies datang dari Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdulllah. Hal itu berangkat dari survei yang menyimulasikan pemilihan dengan calon keduanya atau head to head. Said berpendapat, Anies bukanlah kompetitor yang patut diremehkan.

Baca juga : Pintu Koalisi Perubahan Masih Terbuka untuk Demokrat

"Keduanya juga sama-sama dalam satu almamater, kampus terhebat di Indonesia, yakni Universitas Gadjah Mada," aku Said.

Terkait cairnya dinamika politik di Indonesia lewat wacana duet Ganjar-Anies, Adit berpendapat hal itu disebabkan karena praktik politik Tanah Air tidak ideologis. "Paradigmanya cenderung akomodatif, moderat, sehingga tidak terpolarisasi dalam fragmen yang keras antara kiri dan kanan." (Z-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya