Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pemilu 2024 Jadi Pertarungan Influencer Menangkan Capres

Fathurrozak
11/8/2023 18:34
Pemilu 2024 Jadi Pertarungan Influencer Menangkan Capres
Bacapres Prabowo Subianto ketika bersama sejumlah influencer(Dok. Instagram @prabowo)

AKADEMISI  komuniasi politik Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus Alvin mengatakan pemilu 2024 bisa menjadi pertarungan para pemengaruh (influencer). Dalam analisanya, influencer memiliki peran signifikan sebagai penentu kemenangan calon hingga 67%.

Ia menyebut, di era saat ini para caleg dan partai harus bisa beradaptasi dan tidak bisa menyangkal yang disasar pada pemilu 2024 adalah kelompok generasi z dan milenial. Yang menurut Alvin sangat lekat dengan media sosial.

“Apa yang dilakukan Joe Biden sehingga dia bisa menang di AS? Karena dia meminjam performa seleb dan influencer. Misalnya dia bicara dengan Olivia Rodriguez. Obrolannya bukan konten politik tapi sifatnya politis. Selama dia (calon) bisa bicara dengan influencer tertentu, dia bisa membawa impak positif. 2024 adalah pertarungan influencer yang bisa mendekatkan ke pemilih. Influencer bisa menentukan siapa nanti yang keluar sebagai juara,” jelas Alvin dalam diskusi seusai pemutaran film The Social Dilemma di Perpustakaan Panglima Itam Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat, (11/8).

Baca juga : Pertemuan Airlangga-Prabowo tidak Bisa Dijadikan Dasar Sikap Golkar

Di luar 67% faktor pemengaruh sebagai penentu kemenangan, sekitar 33% faktor lain adalah hal-hal lain yang menjadi pondasi. Alvin menambahkan, sebab itu perlunya para partai politik juga bisa memanfaatkan strategi hibrida media.

“Ada konsep teori hybrid media yang dikenalkan oleh akademisi komunikasi politik Inggris. Menurutnya tidak bisa hilangkan gabungan antara new media dan old media. Dia memang tidak menyebut spesifik medsos sebagai new media karena kelak bisa jadi itu berubah ke kategori old media. Dengan teori ini, artinya mengombinasikan keduanya, sebab itu penetrasi ke media jurnalisme juga perlu dilakukan sebagai fact checking,” pungkasnya. (Z-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya