Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Penyuap Nurhadi Dapat Bisikan Jangan Serahkan Diri saat Buron

Tri Subarkah
23/12/2020 16:51
Penyuap Nurhadi Dapat Bisikan Jangan Serahkan Diri saat Buron
Tersangka Direktur PT Multicon Indrajaya Terminal (MIT) Hiendra Soenjoto (tengah)(ANTARA/M Risyal Hidayat)

DIREKTUR PT Multicon Indrajaya Terminal (PT MIT) Hiendra Soenjoto sempat diminta tidak menyerahkan diri saat bertatus buronan. Hiendra diduga menjadi pihak yang menyuap mantan Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi dan menantunya, Rezky Herbiyanto.

Hal tersebut disampaikan oleh seorang advokat bernama Bashori. Bashori merupakan kuasa hukum Hengky Soenjoto, saat rumah kakak Hiendra itu digeledah oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi. Menurut Bashori, dua hari setelah penggeledahan itu, ada orang yang datang ke rumahnya dan menyerahkan ponsel sambil mengatakan ada yang mau bicara dengannya.

Ternyata, orang yang berbicara melalui ponsel tersebut adalah Hiendra. Dalam percakapan itu, Hiendra bertanya kepada Bashori mengenai penggeledahan di rumah kakaknya. Menurut Bashori, Hiendra juga sempat menjelaskan panjang lebar bahwa perkara yang menyeret namanya tidak ada kaitannya dengan Nurhadi.

"Dia minta maaf ke saya kalau dia enggak cerita beliau DPO," ungkap Bashori di ruang sidang Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (23/12).

Dua hari setelah komunikasi tersebut, Bashori kembali didatangi oleh orang yang juga menyerahkan ponsel ke dirinya dan mengatakan ada yang ingin berbicara dengannya. Orang yang dirujuk adalah Hiendra.

"Apakah di situ Hiendra ceritakan berencana serahkan diri?" tanya jaksa penuntut umum KPK kepada Bashori.

Berdasarkan kesaksiannya, Bashori menjelaskan telah menyampaikan kepada Hiendra untuk bersikap kooperatif dengan KPK. Ia bahkan menyarankan Hiendra untuk menyerahkan diri. Sebab, lanjutnya, akibat kasus tersebut, orangtua serta kakak Hiendra jatuh sakit.

Menurut Bashori, Hiendra sempat berpikir untuk menyerahkan diri. Namun, ada beberapa pihak yang membisiki Hiendra untuk tidak melakukannya. Itu diperkuat dengan BAP Bashori yang kembali dibacakan oleh JPU KPK.

"Di BAP saudara, setelah mendengar kata-kata tersebut, Hiendra Soenjoto mengatakan, 'Saya sebenarnya dari awal kepingin datang ke KPK untuk menegaskan, kalau saya nggak ada keterkaitan dengan perkara ini. Cuma masalahnya orang-orang sekeliling saya menghendaki saya supaya menunggu proses sidang N.' Maksudnya Nurhadi?" tanya JPU.

"Iya. Itu pembisik-pembisik luar supaya dia (Hiendra) tidak menyerahkan diri dulu," jelas Bashori.

Kendati demikian, Bashori mengatakan bahwa Hiendra tidak menyebutkan siapa saja orang yang membisikinya untuk tidak menyerahkan diri. "Saya bilang untuk kebaikan keluarga. Soalnya mamanya sakit dan Hengky sendiri enggak ikut-ikutan jadi kena."

Berdasarkan dakwaan JPU KPK, Nurhadi diduga menerima suap dari Hiendra melalui Rezky. Penyuapan tersebut terkait pengurusan perkara di MA antara perusahaan Hiendra melawan PT Kawasan Berikat Nusantara (PT KBN).

Suap lain dari Hiendra dilakukan untuk memenangkan gugatan yang diajukan Azhar Umar terkait akta nomor 116 tertanggal 25 Juni 2014 tentang Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT MIT. Adapun total suap yang diberikan Hiendra lebih dari Rp45,7 miliar.

Jaksa penuntut umum KPK mendakwa Nurhadi dan Rezky dengan Pasal 12 huruf a atau kedua Pasal 11 UU Tipikor jo Pasal 55 Ayat (1) KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 Ayat (1) KUHP dan dakwaan kedua Pasal 12B UU Tipikor jo Pasal 65 Ayat (1) KUHP. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya