Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Polisi Tangkap 22 Tersangka Teroris dalam 5 Hari

M Taufan SP Bustan
15/10/2019 08:40
Polisi Tangkap 22 Tersangka Teroris dalam 5 Hari
Petugas kepolisian berjaga saat penggeledahan sebuah ruko yang dihuni terduga teroris di Indramayu, Jawa Barat, Minggu (13/10) malam(ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

DETASEMEN Khusus 88 Antiteror Mabes Polri telah menangkap sedikitnya 22 tersangka teroris di sejumlah daerah dalam kurun 10-14 Oktober 2019. Penangkapan dilakukan menyusul terjadinya insiden penusukan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10). 

“Total ada 22 tersangka kasus tindak pidana terorisme yang diamankan Densus 88,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, kemarin.

Di Banten, polisi telah menangkap Syahril Alamsyah (Abu Rara) bersama Fitri Andriana, istrinya, sebagai tersangka pelaku penikaman terhadap Wiranto. Aparat menyebut Abu Rara teridentifikasi terlibat jaringan terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Para tersangka teroris lainnya ditangkap di beberapa wilayah, di antaranya Banten, Bali, Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Jambi, dan Lampung. Beberapa di antaranya merupakan anggota kelompok JAD, serta ada yang menjadi pengikut Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

Terkait kelompok MIT di Poso, Tim Densus 88 menangkap AW, 25, Minggu (13/10). Kabid Humas Polda Sulteng AKB Didik Supranoto mengungkapkan, setelah diinterogasi, AW diketahui berperan sebagai pembuat bom dan penyuplai logistik untuk kelompok MIT. Selain di tempat tinggal AW, Densus menemukan sejumlah barang bukti di rumah AZ, rekan AW yang juga diduga sebagai anggota jaringan MIT. Densus masih memburu AZ.

“Jadi AW dan AZ ini hendak merakit bom. Mau diledakkan di mana bom itu masih dikembangkan,” ujar Didik.

Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Najib Azca menilai daya rusak penyerangan kelompok radikal menurun.

“Ini (penusukan Wiranto) refleksi bahwa kemampuan daya destruksi kelompok teroris berkurang ketimbang yang dulu.”

Najib mengungkapkan kelompok JAD yang pro terhadap Islamic State (IS) tidak terlatih secara kemiliteran. Meski begitu, kelompok tersebut aksinya lebih banyak memakan korban. (Ant/TB/Fer/Medcom/P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya