Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Warga NU di Banten belum Memilih

Sumantri
28/4/2019 08:30
Warga NU di Banten belum Memilih
Calon wakil presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin(MI/PIUS ERLANGGA)

CAWAPRES Ma'ruf Amin membeberkan tiga alasan mengapa pasangan 01 kalah dalam raihan suara Pilpres 2019 di Banten versi hitung cepat atau quick count.

Pertama, kata Ma'ruf, warga NU di Banten belum memilih sehingga suaranya tak signifikan. Kedua, ada kader NU yang memiliki pandangan politik berbeda sehingga tidak memilih dirinya dan Jokowi. Ketiga, gerakan NU memang kecil di Banten dan perlu adanya konsolidasi internal.

"Saya memandangnya NU di Banten,  yakni warga Nahdlatul Ulamanya belum memilih sehingga suara tidak signifikan," kata Ma'ruf di hadapan pengurus dan kader Nahdlatul Ulama (NU) Banten, kemarin.

Ma'ruf Amin menilai NU secara nasional bagus. NU terkonsolidasi kecuali di beberapa daerah, termasuk Banten. Banten lambat start karena itu harus dilakukan konsolidasi.

Dia menyarankan Banten harus kembali ke jati dirinya sebagai daerah yang mayoritas pemeluk agamanya yang lembut dan rahmatan lil alamain. Ma'ruf menyebut paham radikal bukan khas Banten.

"Bukan paham radikal dan itu bukan khas Banten," katanya.

Meski kalah di Banten versi hitung cepat, Ma'ruf menilai konsolidasi warga NU cukup baik di beberapa basis, seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dua daerah inilah, menurut Ma'ruf yang warga NU, kulturalnya banyak memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin pada pemilu lalu.

Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, raihan suara pasangan Jokowi-Ma'ruf memang kalah dari pasangan Prabowo-Sandiaga di daerah Banten. Berdasarkan data Indo Barometer, misalnya, untuk Banten, Jokowi-Ma'ruf meraih 37,05%, sedangkan Prabowo-Sandiaga meraih 62,95% suara.

Di sisi lain, Bawaslu Jawa Barat masih terus mengumpulkan pelanggaran yang terjadi sepanjang proses Pemilu 2019.

Ketua Bawaslu Jabar Abdullah Dahlan mengatakan terhitung hingga akhir proses pemungutan suara pihaknya telah menerima laporan sebanyak 656 kasus."Nah, yang menarik, dari ratusan kasus itu, sebanyak 570 sekian ialah temuan dari jajaran kami di lapangan, sedangkan 167 laporan berasal dari masyarakat," kata Abdul.

Angka itu sebuah bukti bahwa masyarakat berperan aktif dalam mengawal Pemilu 2019. (SM/Ins/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya