Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Kekerasan Verbal Hancurkan Optimisme

Dero Iqbal Mahendra
10/4/2019 06:10
Kekerasan Verbal Hancurkan Optimisme
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.(AFP/ADEK BERRY)


APA yang dilakukan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto saat berkampanye di Yogyakarta disebut sebagai gaya personal yang semangat dan menggebu-gebu.

Hal tersebut juga dinilai sebagai spontanitas Prabowo yang merasa nyaman berkomunikasi dengan gaya seperti itu di hadapan audiens.

"Beliau itu kan orator, jadi enggak dibuat-buat, enggak direncanakan mau gebrak-gebrak, itu tidak direncanakan. Itu bagian dari sebuah dinamika panggung," kata anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Fadli Zon, kemarin.

Fadli yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra bahkan mengklaim gaya Prabowo itu selevel dengan gaya orasi Presiden pertama RI Soekarno.

"Gaya Prabowo ini saya kira sudah selevel dengan gayanya Bung Karno, tanpa teks lagi. Bung Karno luar biasa hebatnya," klaim Fadli.

Fadli pun menolak anggapan yang mengidentikkan Prabowo sebagai pemberang. Prabowo, menurutnya, hanya responsif terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya.

Sebelumnya, Prabowo diberitakan menggebrak podium saat berorasi di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Senin (8/4). Saat itu, dia berpidato menyoal netralitas TNI dan Polri.

Dari video yang sempat viral di media sosial terlihat sebelum menggebrak-gebrak podium, Prabowo berpesan kepada tentara dan polisi yang masih aktif agar netral. Ia berharap aparat tidak mengabdi kepada segelintir orang, apalagi antek asing.

Selain menggebrak podium, dalam kesempatan yang sama, Prabowo dilaporkan pula sempat mengeluarkan pernyataan verbal yang keras.  

Dalam orasi itu, saat menggambarkan kondisi Tanah Air, Prabowo menyebut bahwa 'Ibu Pertiwi sedang diperkosa'. Pelakunya, menurut Prabowo, segelintir elite di Jakarta yang disebutnya 'bajingan-bajingan'.

Merugikan
Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, menilai orasi Prabowo di Yogyakarta menunjukkan sikap emosional. Hal itu, menurut Hamdi, akan merugikan Prabowo sendiri lantaran berpengaruh terhadap pandangan pemilih yang belum memutuskan atau undecided voters.

Hamdi menambahkan undecided voters akan melihat kepribadian calon pemimpin. Menurutnya, salah satu faktor untuk memilih ialah kemampuan calon pemimpin tersebut dalam mengendalikan emosi dan menghindari kekerasan verbal.

Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin, Ace Hasan Syadzili, menilai sikap dan kata-kata kasar Prabowo di depan publik merupakan bentuk kekerasan verbal.

Hal itu, menurut Ace, berpotensi untuk ditiru para pendukungnya. Ia juga menilai kekerasan verbal merupakan penghancur optimisme yang justru dibutuhkan bangsa ini untuk terus bertumbuh.

Bukan hanya dalam konteks pilpres, psikolog Liza Marielly Djaprie mengatakan kekerasan verbal beririsan dengan kekerasan psikologis yang dampaknya lebih buruk daripada kekerasan fisik.

"Kekerasan verbal akan membutuhkan waktu cenderung lama melalui terapi dan pendampingan karena sifatnya abstrak," ujarnya.

Karena itu, Wakil Ketua TKN, Johnny G Plate, menyatakan masyarakat dapat menilai siapa pemimpin yang mampu menumbuhkan optimisme dan menjadi anutan. (Ins/Faj/*/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik