Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Memuji Jokowi

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
10/11/2021 05:00
Memuji Jokowi
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PUJIAN itu menyenangkan. Apalagi bila pujiannya setinggi langit. Otot-otot yang tegang langsung lumer. Raut muka berseri-seri. Hati terasa bahagia.

Sebaliknya, dicibir, lebih-lebih dihina, pasti terasa sakit. Tangan mengepal menahan amarah. Ingin rasanya membalas cibiran dan hinaan itu secara langsung. Bila perlu, terus-menerus hingga sang pencibir 'tersungkur'.

Akan tetapi, bagi seorang Presiden Jokowi, rasa senang dan sedih karena pujian dan cibiran itu sepertinya hampir sama; sama-sama menantang. Dicibir, berarti tantangan untuk membuktikan sebaliknya. Dipuji, tentu tantangan untuk menjaga dan menguatkannya agar tidak terpeleset di kemudian hari.

Dalam sebulan terakhir ini, tantangan tersebut hadir. Penyebabnya bukan semata cibiran. Kalau yang itu seperti sudah menjadi menu harian. Kali ini, yang muncul adalah pujian setinggi langit. Dua pujian, malah. Sudah begitu, dua-duanya dari luar negeri dan sama sekali bukan orang Indonesia.

Pujian terbaru datang dari seorang kolumnis Malaysia yang menulis untuk media Free Malaysia Today (FMT), Adzhar Ibrahim. Sembari mengungkapkan keluh kesah mengenai situasi perpolitikan di negaranya, Adzhar menyebut situasi Indonesia jauh lebih baik. Meski praktik korupsi masih marak terjadi di Indonesia, situasinya secara keseluruhan masih jauh lebih baik ketimbang Malaysia. Dinamika politik di Indonesia, tulis Adzhar Ibrahim, juga relatif stabil. Berbeda dengan Malaysia yang dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami intrik berujung pergantian kekuasaan dalam rentang waktu relatif singkat.

Menurut Adzhar, situasi Indonesia tersebut terjadi sejak Joko Widodo menang dalam pemilihan umum di 2014 dan 2019. Indonesia berhasil mempertahankan posisinya 'di luar liga utama negara-negara korup dan disfungsional'. "Kita selalu mengecam jajaran pemimpin saat situasi memburuk, dan sudah sewajarnya kita mengapresiasi mereka saat situasi membaik. Jokowi tentu saja layak mendapat lebih banyak apresiasi," kata Adzhar Ibrahim dalam tulisannya berjudul ‘Emulate Jokowi for a Better Malaysian Future’ di situs FMT, Minggu, 7 November 2021.

Adzhar Ibrahim mengatakan, sebenarnya Malaysia sempat jauh lebih unggul dari Indonesia dalam berbagai bidang di masa lalu. Ia mengeklaim Indonesia bahkan pernah merasa iri dengan berbagai kemajuan yang dialami Malaysia di masa-masa itu. Namun, lanjut dia, sebagian masyarakat Malaysia terlena dengan kemajuan itu dan menjadi lembek.

Indonesia, sebaliknya, terbukti lebih progresif dan tahan banting. "Indonesia telah mengatasi ketertinggalan dan sekarang terus berada di posisi depan. Ada optimisme di sana bahwa besok akan lebih baik dari hari ini, dan tentu saja lebih baik dari kemarin. Sementara itu, jika saya melihat di Malaysia, saya merasakan adanya pesimisme. Hari-hari terbaik kita mungkin sudah berlalu," ungkap Adzhar Ibrahim.

"Jujur, saya sangat malu mengakui bahwa kita perlu sosok pemimpin seperti Jokowi. Seorang warga Malaysia seperti saya, memuji politikus Indonesia dan berharap sosok seperti itu mengatur negara ini? Ya, ampun, mengapa situasinya bisa menjadi seperti ini," puji Adzhar setinggi langit.

Sebulan sebelumnya, seorang profesor National University of Singapore, Kishore Mahbubani, juga memuji Jokowi setinggi langit. Dalam tulisannya, Profesor Mahbubani menyebut Jokowi sebagai sosok genius dan menyebutnya sebagai pemimpin paling efektif di dunia.

Penilaian atas Jokowi ini dipaparkan di dalam artikel berjudul ‘The Genius of Jokowi’. Tulisan itu terbit di Project Syndicate, sebuah media nirlaba yang berfokus pada isu internasional, pada 6 Oktober 2021. Keberhasilan Presiden Indonesia Joko Widodo, kata Mahbubani, layak mendapat pengakuan dan penghargaan yang lebih luas. Dia memberikan model pemerintahan yang baik yang dapat dipelajari oleh seluruh dunia.

Pujian itu terasa sangat menyegarkan di tengah masih adanya cibiran terhadap Jokowi di dalam negeri. Ada yang mencibir Jokowi sebagai pemimpin yang tidak cakap, tidak mahir berbahasa Inggris yang menjadi bagian dari pergaulan dunia, sampai pula ada yang menyebut Jokowi otoriter dan antidemokrasi.

Tentu, dalam alam demokrasi, cibiran seperti itu lumrah. Tapi, dalam demokrasi yang sehat, kualitas cibiran mestinya naik kelas menjadi sikap kritis. Kritisisme itu makanan sehat. Sebaliknya, cibiran itu condong seperti makanan hampir basi, yang bila tidak menemukan jejaknya dalam fakta maupun kekuatan argumentasi, bakal jatuh menjadi sampah.

Begitu pula, pujian itu seperti gula. Bila takarannya berlebihan dan dikonsumsi terus-menerus, bisa menjadi diabetes. Jokowi pasti sudah bisa menakar bagaimana ia perlu menu yang sehat dan sesekali meminum teh pakai gula dengan takaran yang pas.



Berita Lainnya
  • Mengakhiri Anomali

    19/8/2025 05:00

    BANGSA Indonesia baru saja merayakan 80 tahun usia kemerdekaan.

  • Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan

    18/8/2025 05:00

    ADA persoalan serius, sangat serius, yang melilit sebagian kepala daerah. Persoalan yang dimaksud ialah topeng arogansi kekuasaan dipakai untuk menutupi buruknya akal sehat.

  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.