Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Poros Islam Poros Silam

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
20/4/2021 05:00
Poros Islam Poros Silam
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

POLITIK aliran di Indonesia kiranya berakar pada teori ‘agama Jawa’ yang dikemukakan antropolog Clifford Geertz. Geertz membagi keberagamaan masyarakat Jawa ke dalam tiga tipologi, yakni santri, abangan, priayi.

Politik aliran betul-betul berwujud di Pemilu 1955, pemilu yang oleh Herberth Feith disebut eksperimen demokrasi. Empat partai terbesar di pemilu pertama itu, yakni Partai Nasional Indonesia, Majelis Syuro Muslimin Indonesia, Nahdlatul Ulama, dan Partai Komunis Indonesia, mencerminkan politik aliran. Dalam satu kampanye, PKI menggunakan semboyan 'PNI partai priayi, Masyumi dan NU partai santri, tetapi PKI partai rakyat'. 'Partai rakyat’ bolehlah kita ganti dengan ‘partai abangan’ karena sebagian besar masyarakat Jawa pemilih PKI kiranya masuk golongan abangan.

Kompetisi sengit terjadi di antara keempat partai. Di medan budaya, kompetisi sengit terjadi antara partai abangan dan partai santri, antara PKI dan poros Masyumi-NU. Di medan kelas, terutama dalam reformasi agraria, pertarungan sengit terjadi antara PKI dan 'koalisi' PNI-Masyumi-NU. PKI didukung petani tanpa tanah, sedangkan PNI, Masyumi, dan NU disokong para tuan tanah.

Pemilu-pemilu Orde Baru berupaya mengurangi ketegangan politik aliran. Partai-partai santri berfusi menjadi Partai Persatuan Pembangunan yang berlambang Kabah. Partai Kristen-nasionalis abangan berfusi menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Muncul Golkar yang bisa dikatakan partai priayi.

Pertarungan sengit terjadi antara partai santri dan partai priayi, antara PPP dan Golkar. PPP punya semboyan kampanye 'Islam agamaku, Kabah pilihanku'. Golkar menyainginya dengan semboyan kampanye 'Islam agamaku, Kabah kiblatku, Golkar pilihanku'.

Di Pemilu 1997, PPP 'berkoalisi' dengan PDI melalui fenomena 'Mega-Bintang' melawan Golkar. Waktu itu lambang PPP berubah menjadi bintang, lambang sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sejak awal, pemerintah keberatan PPP menggunakan lambang Kabah. Namun, karena PPP mengancam mengundurkan diri dari pemilu, pemerintah mengizinkannya memakai lambang Kabah.

Pemilu 1999, pemilu pertama di era Reformasi, serupa Pemilu 1955. Sebanyak 48 partai mengikuti pemilu. Politik aliran muncul kembali. Puncaknya terjadi ketika MPR memilih presiden. MPR semestinya menyepakati Megawati menjadi presiden karena PDIP memenangi Pemilu 1999. Namun, poros Islam, atas nama agama bahwa perempuan 'haram' menjadi pemimpin, menolak Megawati yang berasal dari poros nasionalis.

Muncul poros tengah yang digagas Amien Rais. Poros tengah menyodorkan Abdurrahman Wahid yang nasionalis-religius sebagai presiden dan bisa diterima baik oleh poros Islam maupun poros nasionalis. Itulah sebabnya Gus Dur sering mengatakan dirinya menjadi presiden dengan modal dengkul, itu pun dengkul Amien Rais. Namun, dengkul Amien Rais pula yang menyodok Gus Dur hingga dia terjungkal dari kursi kepresidenan.

Banyak partai Islam, juga partai Kristen, tersingkir, tidak bisa mengikuti Pemilu 2004 karena tidak laku di pasar partai-partai. Partai Keadilan, partai berideologikan Islam, harus bermetamorfosis menjadi Partai Keadilan Sejahtera untuk bisa mengikuti Pemilu 2004. Sejak Pemilu 2004, partai andalan berbasis Islam praktis tinggal PKS, PPP, plus PKB, dan PAN. PKB dan PAN sesungguhnya berideologikan Pancasila. PKS dan PPP berideologikan Islam.

Politik aliran kiranya tak beroperasi lagi sejak Pemilu 2004. Kekuatan partai-partai Islam tak kuasa menyaingi partai-partai nasionalis. Terjadi 'kawin silang' antara poros nasionalis dan poros Islam. Partai Islam terserap oleh partai-partai nasionalis di koalisi pemerintahan.

Akan tetapi, tidak muncul di pemilu legislatif, politik aliran hadir di pemilu eksekutif. Politisasi Islam berlangsung di Pilpres 2014, Pilkada DKI 2017, dan Pilpres 2019. Politisasi Islam terbukti menyebabkan pembelahan di masyarakat.

Muncul wacana pembentukan poros Islam. Wacana itu berawal dari pertemuan Presiden PKS Ahmad Syaikhu dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa pekan lalu. Poros yang terdiri dari dua partai Islam itu, sekalipun ditambah PKB dan PAN, tidak akan mampu menyaingi poros nasionalis. Apalagi, PKB dan PAN menolak bergabung ke poros Islam, makin kempis kekuatan poros Islam itu jika kelak terbentuk. Setelah sempat menurun karena presidennya, Luthfi Hasan Ishaaq, korupsi, perolehan suara PKS relatif stagnan dari pemilu ke pemilu. PPP di Pemilu 2019 berada di urutan buncit di antara partai yang lolos ke Senayan.

Mungkin gagasan poros Islam hadir dari nostalgia masa lalu, bahwa partai-partai Islam mampu berbicara di kancah perpolitikan nasional. Di Pemilu 1955, Masyumi dan NU sukses menduduki empat besar dalam perolehan suara bersama PNI dan PKI. Pada 1999, poros Islam sukses menghadang Megawati menjadi presiden.

Namun, melihat kenyataan politik saat ini ketika suara partai-partai Islam stagnan bahkan relatif berkurang, poros Islam tak mampu menyaingi poros nasionalis yang terdiri dari tiga partai raksasa, PDIP, Golkar, Gerindra. Politisasi Islam pun menyebabkan pembelahan masyarakat, suatu kenyataan masa silam yang kelam, yang pantang dibangkitkan kembali. Walhasil, gagasan poros Islam hanyalah romantisme masa silam. Poros Islam tak ubahnya poros silam, poros masa silam.



Berita Lainnya
  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik