Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
MENDIANG Rinto Harahap memang jeli menangkap gejala yang hidup di masyarakat lalu digoreskannya menjadi lirik lagu. Salah satu yang fenomenal ialah lagu Benci tapi Rindu yang dipopulerkan penyanyi Diana Nasution (almarhumah) pada 1978. Setahun kemudian, sutradara Ratno Timoer mengangkat lagu populer tersebut ke layar perak.
Tulisan ini bukan bermaksud membahas baik lagu maupun film yang meledak pada lebih dari empat dekade lalu itu. Namun, saya hendak memotret fakta bahwa frasa 'benci tapi rindu' masih hidup di alam nyata, saat kita memperlakukan produk-produk buatan luar negeri. Sebagian dari kita berteriak lantang membenci produk asing (yang sudah bisa dibuat di dalam negeri, tentunya), tapi hati kita rindu setengah mati terhadap produk-produk luar negeri itu.
Walhasil, sikap 'benci tapi rindu' itu membuat produk asing yang sudah ada padanannya di negeri sendiri amat mudah membanjiri pasar di Tanah Air. Contohnya di lapak-lapak toko daring alias marketplace.
Produk lokal hanya mengambil porsi sebesar 6%-7% dari total barang yang diperdagangkan di marketplace. Sisanya, lebih dari 90% ialah produk luar negeri.
Padahal, banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mampu memproduksi barang-barang yang dijual di lapak toko daring, hanya mereka belum mendapatkan akses memadai. Bayangkan jika porsi di toko daring itu berubah: 90% produk UMKM, sisanya produk luar negeri. Secepat kilat ekonomi negeri ini bisa melesat dan harkat rakyat terangkat.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan, pada 2018, Indonesia memiliki 64,19 juta UMKM atau sekitar 99,99% dari total unit usaha yang tersebar di seluruh negeri. Dari angka 64,19 juta tersebut, usaha mikro masih yang terbesar, yakni 63,35 juta usaha (98,68%), disusul usaha kecil 783 ribu usaha (1,22%), dan usaha menengah sebanyak 60,7 ribu (0,09%) usaha.
Dari sisi serapan tenaga kerja, UMKM merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Pada 1997, jumlah tenaga kerja di sektor UMKM sebanyak 65,5 juta tenaga kerja. Lima belas tahun kemudian (2013), tenaga kerja di sektor UMKM tumbuh 74% menjadi 114,1 juta tenaga kerja. Data terbaru dari BPS menunjukkan UMKM menyerap 117 juta pekerja atau 97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha pada 2018.
Wajar belaka bila Presiden Joko Widodo meminta agar kampanye cinta produk-produk Indonesia terus digaungkan. Bersamaan dengan itu, ia ingin agar ajakan untuk 'membenci' produk-produk luar negeri disuarakan. Jokowi menyampaikan hal itu saat membuka rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan 2021 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/3).
Jokowi menyebutkan kampanye cinta produk Indonesia dan benci produk luar negeri penting dikumandangkan supaya masyarakat loyal terhadap hasil karya anak negeri. "Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk dari luar negeri sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal sekali lagi untuk produk-produk Indonesia," ujar Kepala Negara.
Selain kampanye tersebut, ada sejumlah langkah yang bisa ditempuh Kementerian Perdagangan untuk mengembangkan pasar produk nasional. Misalnya, tandas Jokowi, memberikan ruang kepada produk-produk hasil UMKM. Jokowi tidak ingin ruang depan atau lokasi-lokasi strategis di pusat perbelanjaan justru diisi merek-merek luar negeri. Menurut Presiden, sudah saatnya menggeser produk dari luar ke tempat yang tidak strategis dan mengisi lokasi strategis untuk merek-merek lokal.
Seperti biasa, ada saja yang sinis dengan ajakan Jokowi. Mereka menyebut ajakan Presiden paradoks dengan fakta masih 'giatnya' pemerintah mengimpor barang luar negeri. Bahkan, ada yang secara serampangan menyandingkan kampanye 'benci produk asing' ini dengan ajakan 'beri karpet merah investasi asing'. Padahal, itu benar-benar hal berbeda. Tidak berbanding lurus. Kampanye menggaungkan 'benci produk asing' diperuntukkan barang-barang yang jelas-jelas bisa diproduksi di dalam negeri.
Impor jelas mustahil dihindari apabila impor tersebut untuk bahan baku atau barang-barang yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri, atau bisa diproduksi, tapi jumlahnya sangat kurang alias terbatas. Sebaliknya dengan investasi asing, tentu kita sangat membutuhkannya karena modal yang masuk akan digunakan untuk mendirikan industri di dalam negeri dengan menyerap tenaga kerja dalam negeri.
Kampanye Jokowi juga bukan barang baru. Beberapa dasawarsa lalu pemimpin India Mahatma Gandhi sudah menggaungkan Swadeshi. Gandhi mendefinisikan Swadeshi sebagai 'panggilan bagi konsumen untuk waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan dari mendukung industri asing (atau penjajah) yang menghasilkan kemiskinan dan berbahaya bagi para pekerja dan manusia serta makhluk-makhluk lain'. Hasilnya, India merajai bidang teknologi informasi, farmasi, dan juga produk tekstil.
Jadi, selama ajakan itu masuk akal dan bisa kita lakukan, kenapa tidak? Hanya, hati-hati dengan urusan 'cinta dan benci' karena batas keduanya kerap tipis, setipis kulit bawang. Apalagi bila cintanya 'setengah mati' dan 'benci tapi rindu'.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved