Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Sampah Berkelanjutan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
27/2/2021 05:00
Sampah Berkelanjutan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

JANGAN kaget dengan data berikut: ada lebih dari 80 juta batang sampah sedotan plastik tiap hari di seluruh Indonesia. Sedotan plastik tersebut sangat susah didaur ulang sehingga pemulung pun enggan mengambilnya.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rose Vivien Ratnawati punya perumpamaan unik ihwal sedotan plastik tersebut. Kata Bu Dirjen, "Jika sampah sedotan plastik per hari itu dijejer-jejer, panjangnya bisa dari Jakarta hingga Meksiko. Dalam sebulan, kita sudah bisa mengelilingi dunia."

Seloroh Bu Dirjen pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2021 se-Provinsi Lampung, Kamis (25/2), tersebut bukan sekadar seloroh kosong. Ia punya makna amat tajam agar kita tak mengentengkan sampah plastik walau sekecil dan sesederhana sedotan plastik. Sebanyak 70% sampah plastik lainnya sudah mulai bisa diurai, tapi tidak dengan sedotan plastik. Butuh waktu ratusan tahun untuk bisa menguraikannya.

Sampah plastik memang memusingkan. Peningkatan jumlahnya sangat eksponensial. Pada 1995 sampah plastik mencapai 9, sedangkan saat ini melonjak hingga lebih dari 30%. Sampah plastik tersebut di antaranya kantong plastik sekali pakai, sedotan plastik, dan styrofoam yang berasal dari restoran, rumah makan, minuman kemasan, dan sumber lainnya. Terutama sedotan plastik yang termasuk dalam 10 besar masalah serius di dunia.

Sedotan plastik menjadi masalah serius di dunia ketika masuk ke laut. Di Pantai Jimbaran, Bali, kendati turis masih lengang karena pandemi, 'produksi' sampah plastik, termasuk sedotan, jalan terus. Besarnya tak kurang dari 10 ton tiap hari, mengotori pantai hingga sepanjang sekitar 5 kilometer.

Tidak mengherankan setiap tahun sekitar sepertiga biota laut, termasuk terumbu karang dan burung laut, mati karena sampah plastik termasuk sedotan plastik sekali pakai yang berakhir di lautan. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat terumbu karang berperan besar melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lain yang diakibatkan fenomena air laut. Terumbu karang juga merupakan tempat mencari makanan, tempat asuhan, dan tumbuh besar bagi berbagai biota laut.

Persentase jumlah sampah plastik dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar Gebang saja sudah sekitar 34% dari total 39 juta ton sampah. Setiap tahun, sebesar 1,3 juta ton sampah plastik di Indonesia bermuara di laut.

Karena itu, tepat kiranya bila kita memperbarui cara pandang kita terhadap sampah. Peradaban unggul amat memungkinkan bagi kita mengubah sampah, dari masalah menjadi berkah. Sampah tak cuma dibuang dan karena itu, kerap memusingkan pemerintah daerah karena kapasitas tempat pembuangan akhir sampah tak lagi mencukupi, tapi bisa dikelola untuk memutar roda ekonomi dan menghasilkan rezeki.

Sampah harus dikelola dengan baik dan mengedepankan prinsip 3M, yakni mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), dan mendaur ulang (recycle).

Sampah juga mesti dikelola dengan berkelanjutan sehingga bisa menghasilkan manfaat. Bank sampah, misalnya, salah satu alternatif pengelolaan berkelanjutan itu. Data KLH menunjukkan di Indonesia ada 11 ribu bank sampah dan beromzet Rp47 miliar per tahun.

Bila upaya pengelolaan sampah, terutama sampah plastik, tersebut benar-benar dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif, era sampah sebagai beban segera berlalu. Penambahan 3 juta ton 'produksi' sampah per tahun pun mestinya bukan lagi masalah. Jumlah total sampah kita pada 2020 sekitar 68 juta ton. Padahal, setahun sebelumnya, baru 65 juta ton.

Jika tidak dilakukan penanganan serius, jumlah sampah plastik di dunia bisa mencapai 12 miliar ton pada 2050. Jumlah yang sangat tinggi dan bisa membawa dampak lebih besar bagi lingkungan. Belum lagi taksiran World Economic Forum yang menyebutkan 32% sampah plastik tersebut akan berujung mengotori dataran dan lautan.

Apa iya kita bisa keluar dari kemelut persampahan ini? Jika kita cerdas mengelolanya, jawabannya: amat bisa. Di beberapa tempat di Lampung, misalnya, komunitas peduli sampah berhasil menjadikan sampah botol plastik dan sampah plastik sebagai 'pengganti' batu bata. Kekuatannya lebih terjamin bila dibandinglan dengan batu bata. Ada juga yang memanfaatkan residu pengelolaan sampah untuk membuat bahan paving blok. Ada juga yang menyulap sampah menjadi bahan energi listrik. Daftarnya bakal kian panjang jika kecerdasan dalam mengelola sampah juga makin masif.

Sejarawan dan antropolog Jared Diamond bercerita tentang bangkit dan runtuhnya kejayaan-kejayaan masa lalu. Banyak peradaban yang lenyap dan meninggalkan monumental. Itu bukan hanya karena dilatari penggulingan pemerintahan oleh pemerintahan lain melalui perang, melainkan juga akibat penyebaran penyakit, buah dari rusaknya lingkungan dan sampah yang gagal dikelola.



Berita Lainnya
  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.