Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Syekh yang Mencintai Indonesia

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
15/1/2021 05:00
Syekh yang Mencintai Indonesia
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SEBUTAN syekh di Timur Tengah secara harfiah berarti orang lanjut usia, tetua. Belakangan istilah dari bahasa Arab itu berarti kepala suku, pemimpin, tetua, atau ahli agama Islam. Pemakaian syekh sebagai tetua juga digunakan kalangan Arab Kristen. Ini menunjukkan pemakaian istilah syekh bukan khas agama Islam.

Di Teluk Persia, gelar syekh ini digunakan para pemimpin di masyarakat, seperti manajer, pejabat tinggi, pemilik perusahaan besar, atau pemimpin lokal. Para anggota keluarga kerajaan Kuwait, keluarga bangsawan Bahrain, serta Qatar juga menggunakan gelar syekh.

Di Indonesia, syekh ialah elite agama Islam asli Hadramaut, keturunan teolog, dan orang bijak. Orang-orang Arab di Indonesia diketahui berasal dari Hadramaut, Yaman. Mereka yang lahir di Hadramaut, termasuk golongan syekh, lebih mencintai tanah leluhur mereka ketimbang Indonesia meski bermukim dan mencari penghidupan di Tanah Air.

Namun, orang-orang Arab yang lahir di Indonesia lebih mencintai Indonesia daripada tanah leluhur mereka. Pada 4 Oktober 1934, sejumlah 39 syekh dan sayid muda dan progresif yang lahir di Hindia Belanda menyatakan tidak lagi memandang Hadramaut sebagai tanah air mereka, tetapi Indonesia. Keesokan harinya, mereka mendirikan Persatuan Arab Indonesia.

Sayid mengklaim diri sebagai keturunan Nabi Muhammad. Sebagai keturunan Nabi, sayid memiliki hak-hak istimewa. Dalam struktur masyarakat Arab di Indonesia ketika itu, syekh posisinya berada di bawah sayid. Syekh memprotes hak-hak istimewa sayid. Terjadi perseteruan antara syekh dan sayid. Namun, pada akhir 1934, mereka bersatu atas nama cinta kepada Indonesia.

Ada orang Indonesia bergelar syekh. Namanya Syekh Nawawi al-Bantani. Dia bukan berasal dari Hadramaut. Dia lahir di Banten pada 1813. Dia kemudian bermukim di Mekah. Gelar syekh ditabalkan kepada Nawawi boleh jadi karena dia menguasai ilmu agama Islam. Syekh memang salah satu sebutan untuk ahli agama Islam.

Syekh Nawawi sangat mencintai Indonesia. Setelah tiga tahun bermukim di Mekah, dia pulang ke Banten pada 1828. Di Tanah Air dia menyaksikan praktik-praktik ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda terhadap rakyat. Sebagai ulama yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, Syekh Nawawi kemudian berdakwa keliling Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Belanda mengusirnya kembali ke Mekah.

Kemarin kita kehilangan seorang syekh yang juga mencintai Indonesia. Dia Syekh Ali Jaber. Syekh Ali Jaber berpulang dalam usia 44 tahun. Sebelumnya, Syekh Ali Jaber positif covid-19, tetapi tes terakhir menunjukkan negatif. Ia dimakamkan di Tangerang tanpa protokol covid-19.

Syekh Ali Jaber lahir di Madinah, Arab Saudi, pada 1976. Pada 2008, dia terbang ke Indonesia. Ia menuju Lombok, Nusa Tenggara Barat, tempat dia mengajarkan hafalan Alquran kepada anak-anak.

Syekh Ali Jaber kemudian berkeliling Indonesia untuk berdakwah. Dakwahnya menyejukkan dan meneduhkan. Kita tak habis pikir ketika seorang pemuda di Lampung menikam pendakwah yang meneduhkan ini pada September lalu. Syekh Ali Jaber justru melarang orang-orang menghakimi penikamnya. Orang lain atas nama agama malah memerintahkan anggota organisasinya menghakimi ‘kemaksiatan’.

Konten dakwahnya yang menyejukkan menunjukkan kecintaannya kepada Indonesia. Berkat ketulusannya berdakwah di Tanah Air, Syekh Ali Jaber memperoleh kewarganegaraan Indonesia pada 2011.

Syekh Ali Jaber yang lahir di Arab Saudi, lalu bermukim di Indonesia, sangat mencintai Indonesia. Ada orang yang lahir di Indonesia meski nenek moyangnya berasal dari Timur Tengah seolah membenci Indonesia dan hendak menjadikan Indonesia serupa Timur Tengah yang penuh gejolak.

Majelis Ulama Indonesia mengenang Syekh Ali Jaber sebagai sosok rendah hati yang cinta Indonesia. Jusuf Kalla mengingat Syekh Ali Jaber sebagai ulama berdedikasi. Persekutuan Gereja- Gereja Indonesia mengenalnya sebagai sosok berintegritas. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyebut Syekh Ali Jaber berjasa besar dalam dakwah di Indonesia. Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan Syekh Ali Jaber penyejuk dan pemersatu umat, penyambung aspirasi umat dan pemerintah.

Indonesia berduka kehilangan sosok yang mencintainya. Siapa yang mencintai Indonesia akan dicintai Indonesia. Indonesia merindukan kelak lahir sosok syekh serupa Syekh Ali Jaber yang dakwahnya menyejukkan dan meneduhkan umat, bukan sosok yang dakwahnya memanas-manasi umat.

 

 

 

 

 



Berita Lainnya
  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

  • Koperasi dan Barca

    24/5/2025 05:00

    KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.