Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
SECARA geografis, letak Amerika Serikat sangat jauh dari Indonesia. Jarak dari Jakarta ke Washington DC saja lebih dari 16 ribu kilometer. Butuh waktu hingga 24 jam perjalanan pesawat dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, menuju Bandara Internasional Washington Dulles di AS.
Namun, tak bisa disangkal, secara psikologis AS dekat dengan Indonesia. Apa yang terjadi di AS akan selalu menjadi magnet perhatian warga Indonesia. Lebih-lebih kontestasi menuju kursi ‘Amerika 1’.
Banyak orang Indonesia berharap Joe Biden, kandidat presiden dari Partai Demokrat, memenangi kontestasi. Namun, sebagian publik diam-diam ada yang senang jika capres Partai Republik Donald Trump kembali terpilih. Hasil sementara yang hampir final menurut Associated Press menunjukkan Biden unggul dengan suara elektoral 264 melawan Trump dengan 214 suara elektoral. Cuma butuh enam suara elektoral lagi bagi Biden untuk menuju Gedung Putih.
Lalu, apa untungnya bagi Indonesia bila Biden menang? Apa pula enaknya jika ternyata Trump tetap melenggang? Jawaban atas pertanyaan itu setidaknya tersedia dari beberapa data, terutama data statistik, plus janji kampanye kedua kandidat tersebut.
Kemenangan Joe Biden dinilai lebih menguntungkan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Sebaliknya, jika Donald Trump yang menang, kebijakan proteksionisme AS akan berlanjut dan dampaknya akan kurang baik bagi Indonesia. Kemenangan Biden dinilai akan bisa memperkuat kebijakan globalisasi dan perdagangan bebas. Itu bisa menguntungkan ekspor Indonesia.
Dalam kampanye, Biden sempat berjanji terkait dengan penanganan permasalahan sengketa perdagangan dengan Tiongkok secara multilateral melalui WTO.
Selain itu, faktor calon wakil presiden, Kamala Harris, membuat AS mungkin kembali memandang secara khusus Asia seperti era Barack Obama. Biden bisa lebih menguntungkan Indonesia terutama dalam kaitan Laut China Selatan yang dalam beberapa tahun ini agresif diusik Tiongkok.
Jika Trump menang, pasar keuangan domestik Indonesia akan lebih tertekan jika dibandingkan dengan Joe Biden yang menang. Trump lebih membiarkan negara lain mengurusi diri sendiri, sebaliknya Biden bakal mengajak serta negara lain dalam menyikapi Tiongkok.
Terkait dengan perdagangan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan kita selalu surplus saat berdagang dengan AS. Indonesia merupakan mitra dagang ke-50 bagi AS dengan volume dagang senilai lebih dari US$16 miliar per tahun. Neraca perdagangan September 2020, misalnya, kita surplus US$2,44 miliar. Itu menjadikan neraca dagang kita untuk kelima kalinya surplus tahun ini. Lima produk ekspor andalan kita ialah pakaian, hasil karet, alas kaki, produk elektronik, dan furnitur.
Kebijakan proteksionis Trump membuat Indonesia dicoret dari daftar negara berkembang yang berhak memperoleh fasilitas bebas bea masuk, alias generalized system of preferences (GSP). Trump lebih suka dengan kesepakatan bilateral, ini memungkinkan Indonesia melakukan lobi dan menciptakan kesepakatan perdagangan/ investasi bilateral pula. Kesepakatan bilateral tersebut hampir tidak mungkin bisa ada bila presiden AS bukan Donald Trump. Namun, di sisi lain Trump juga tipe presiden yang bergerak berdasarkan sentimennya sendiri dan cenderung menghukum negara yang tidak disukai sehingga menciptakan ketidakpastian bagi dunia usaha.
Sepanjang pemerintahan Trump, Indonesia untuk pertama kalinya di-review sampai dua kali untuk mempertahankan fasilitas GSP. Akibat kebijakan Trump pula, mekanisme dispute settlement di WTO menjadi tidak berfungsi sehingga kasus-kasus yang ingin dimenangi Indonesia melalui WTO sulit memiliki perkembangan yang cepat.
Kebijakan Trump terhadap Tiongkok turut menciptakan peluang ekonomi bagi Indonesia. Namun, banyak yang menilai Indonesia tidak memperoleh keuntungan yang berarti dari peralihan perdagangan, juga investasi dari baik AS maupun Tiongkok sepanjang 2018-2019. Bahkan, baik investasi maupun ekspor Indonesia-AS cenderung lebih rendah di 2019 bila dibandingkan dengan 2018.
Meski ekspor Indonesia turun, penurunan impornya lebih besar. Tercatat pada 2019, nilai ekspor Indonesia dan AS turun 3,8% menjadi US$17,7 miliar. Sementara itu, impor menurun hingga 8,8% menjadi US$9,3 miliar. Alhasil, nilai neraca perdagangan dengan ‘Negeri Paman Sam’ itu meningkat 2,4% dari US$8,3 miliar pada 2018 menjadi US$8,5 miliar di 2019.
Namun, siapa pun yang akan menang, Biden atau Trump, sebaikbaik perkara ialah bila kita mengusahakan setiap peluang dari upaya kita sendiri. Seperti kalam Tuhan dalam kitab suci yang pernah dikutip Bung Karno di Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa: ‘Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa, kecuali bangsa itu mengubah nasibnya sendiri’.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved