Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
PESAN yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada pidato kenegaraan dalam rangka peringatan HUT ke-75 kemerdekaan Republik Indonesia sangat menggugah.
Dengan pidato yang penuh penekanan, Presiden mengajak kita agar wabah covid19 tidak membuat bangsa ini berjalan mundur, tetapi harus bisa melakukan lompatan besar. Di kolom ini berulang kali kita sampaikan, kita tidak boleh menjadi bangsa yang kalah dua kali. Kalah karena tidak bisa menangani covid-19 dan kalah karena tidak bisa memetik pengalaman, bahkan tidak mampu melakukan transformasi menjadi negara yang berjaya.
Pertanyaannya, bagaimana melakukan lompatan besar itu? Jawabannya ada pada cara berpikir dan cara bersikap. Kita tidak pernah bisa melakukan lompatan besar apabila mindset kita selalu negatif dan pesimistis. Bangsa yang besar itu adalah bangsa yang mempunyai mimpi besar dan kemauan besar untuk meraihnya.
Kedua ialah cara bersikap. Revolusi mental yang digaungkan Presiden Jokowi pada masa pemerintahannya pertama harus terus digulirkan dan konsisten dijalankan. Tidak mungkin kita akan bisa menjadi bangsa berjaya apabila tidak mempunyai kultur disiplin dan kerja keras.
Lagi-lagi kita harus mengingatkan apa yang ditulis ahli sosiologi Samuel L Huntington dalam bukunya berjudul Culture Matters. Bangsa Korea bisa melompat menjadi bangsa maju karena memiliki kultur yang kuat. Mereka menempa bangsanya dengan disiplin dan etos kerja keras.
Dengan sikap mampu menghargai waktu, mereka bisa menghasilkan produksi dan reproduksi karya yang bernilai tambah tinggi.
Mari kita becermin kepada diri kita sebagai bangsa. Ketika kita belum bisa mematuhi aturan lalu lintas dengan benar, jangan harap kita akan bisa memiliki disiplin dalam kehidupan yang lebih luas. Tanpa ada disiplin yang kuat, jangan harap kita akan mampu melakukan lompatan besar.
Apalagi sekarang kita hidup di era lifestyle menjadi simbol. Di acara-acara televisi kita lihat bagaimana nikmatnya hidup sebagai orang kaya. Namun, tidak pernah digambarkan sulitnya perjuangan menjadi orang kaya itu. Akibatnya yang muncul sikap jalan pintas. Kita tidak peduli dengan cara untuk meraih kekayaan. Kalau korupsi marak terjadi, karena kita gagal memaknai gaya hidup itu.
Sekarang di masa wabah covid-19 ini, kita sebenarnya dituntut untuk bekerja dengan cara yang luar biasa. Tidak mungkin kita bekerja dengan cara biasa-biasa karena keadaannya luar biasa. Harus ada terobosan yang dilakukan karena dibutuhkan kecepatan dalam mengambil keputusan. Istilah yang dipakai Presiden, jangan sampai orang sudah telanjur terkapar baru bantuan diberikan.
Mengapa perintah Presiden untuk bertindak cepat menangani krisis ini tidak kunjung berubah? Karena cara berpikir kita ialah serba tidak percaya. Karena khawatir langkah-langkah penanganan krisis menimbulkan moral hazard, aturannya diperketat untuk mencegah penyimpangan.
Oleh karena cara berpikirnya selalu takut dan curiga, tidak ada yang berani untuk mengambil tindakan. Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional sudah hampir satu bulan dibentuk, lalu langkah kegiatan apa yang sudah bisa dikerjakan? Semua menunggu persetujuan rencana anggaran.
Stimulus kesehatan dan ekonomi sebesar Rp695 triliun pun baru sebagian kecil dipergunakan. Pertanyaannya, mengapa bangsa lain bisa begitu cepat menggelontorkan stimulus untuk mempercepat pemulihan ekonomi mereka?
Karena mereka membangun kultur percaya. Mereka tidak pernah berangkat dari ketidakpercayaan, tetapi selalu menganggap setiap orang itu mempunyai niat yang baik. Lalu, bagaimana kalau ada orang yang melanggar kepercayaan itu?
Hukumlah yang kemudian menjadi panglimanya. Ketika orang yang diberi kepercayaan tidak menjalankan kepercayaan yang diberikan, ia akan diberikan hukuman yang keras. Bukan hanya hukuman pidana, melainkan juga hukuman sosial.
Cobalah sekali-sekali menyusuri Sungai Tokyo di Jepang. Di sepanjang bantaran kali ada tenda-tenda kumuh yang dihuni orang. Mereka ialah orang yang melanggar kepercayaan yang telah diberikan. Bahkan, keluarganya pun tidak mau peduli karena orang itu telah mencoreng nama baik keluar.
Lompatan besar yang diharapkan Presiden dalam masa pandemi covid-19 bukan sekadar kita bisa berdikari dan mengejar ketertinggalan dalam arti kebendaan. Yang jauh lebih penting ialah lompatan dalam sikap dan perilaku.
Covid-19 harus bisa membawa bangsa ini membangun peradaban yang lebih tinggi. Kuncinya terletak dari kemauan kita membangun kultur yang lebih terbuka, maju, modern, menghargai perbedaan, menghargai keberagaman, disiplin, dan kompetitif.
Ditambah dengan sikap untuk tidak mau kalah dari bangsa lain, kita akan bisa menjadi bangsa pemenang. Dirgahayu Republik Indonesia!
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.
MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved