Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
HANUM berarti perempuan, wanita, nona, dan nyonya. Hanum bisa juga bermakna lembut. Perempuan memang makhluk lembut, lebih lembut sekurang-kurangnya bila dibandingkan dengan laki-laki.
Hanum yang satu ini sedang menjadi buah bibir, bukan buah bibir manis, melainkan buah bibir kecut. Dialah Hanum Rais, anak perempuan Amien Rais yang katanya Bapak Reformasi itu.
Hanum kemarin mengunggah komentar tentang penusukan Menko Polhukam Wiranto di media sosial. Isinya, saya kutip seperti aslinya, kira-kira begini: "Setingan agar dana deradikalisasi terus mengucur. Dia caper. Krn tdk bakal dipakai lg. Play victim. mudah dibaca sbg plot. Di atas berbagai opini yg beredar terkait berita hits siang ini. Tdk banyak yang benar-benar serius menanggapi. Mgkn krn terlalu byk hoax-framming yang slama ini terjadi."
Meski tidak menyebut secara terus terang, kita tahu 'berita hits' yang dimaksud Hanum apa lagi kalau bukan peristiwa penusukan Wiranto.
Bila membaca lima kalimat pertama, kita mungkin menyimpulkan Hanum berpendapat kekerasan yang menimpa Wiranto cuma rekayasa. Hanum berpikiran Wiranto sendiri yang merekayasa. Hanum seperti menjadikan korban sebagai pelaku.
Karena menuduh peristiwa penusukan Wiranto rekayasa, Hanum mendapat kecaman, menjadi buah bibir kecut, warganet. Ia kemudian menghapus unnggahannya tadi.
Namun, bila memperhatikan dua kalimat terakhir, Hanum seperti hendak memberi pesan bahwa dia hanya merangkum pendapat masyarakat. Namun, kita bisa membacanya secara berbeda, bahwa dua kalimat terakhir merupakan exit strategy, strategi ngeles, seandainya di kemudian hari ada apa-apa.
Betul saja, setelah beberapa lama menghilang dari dunia maya akibat kecaman warganet terhadapnya, Hanum muncul kembali. Ia mengunggah pesan seperti ini: "Kehapus. Saya hanya menyampaikan betapa masy. skrg susah memahami mana yang harus dipercayai. Dan itu sangat mengkhawatirkan."
Namun, orang kelihatannya lebih melihat kalimat awal unggahan Hanum. Orang juga mungkin melihat kalimat terakhir sebagai upaya ngeles. Lagi pula Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur orang yang ikut menyebarkan konten hoaks bisa dihukum. Itulah sebabnya sekelompok orang melaporkan Hanum ke Mabes Polri.
Wiranto terkena dua tusukan yang mengenai usus. Usianya kini 72 tahun. Jantungnya sudah dipasangi ring. Melihat video kejadian betapa pelaku bertindak membabi buta yang bisa berakibat fatal bagi Wiranto, kok masih ada yang berpikir semua itu rekayasa?
Ini serupa kasus bom gereja di Surabaya, Jawa Timur, Mei 2019, ketika seorang dosen di Medan mengatakan di media sosial bahwa peristiwa itu rekayasa semata. Terhadap peristiwa yang menelan banyak korban di antaranya anak-anak, alih-alih bersimpati, kok masih ada yang tega berpikiran dan menyebutnya rekayasa.
Pantas belaka bila polisi menjadikan sang dosen tersangka. Pengadilan kemudian memvonisnya satu tahun penjara. Sang dosen mengaku dia mengopi unggahan orang bahwa peristiwa bom gereja Surabaya itu rekayasa, kemudian mengunggahnya di akun media sosial miliknya.
Mari kita menengok ke belakang, ke kasus Ratna Sarumpaet. Ratna ketika itu mengaku wajahnya 'babak belur' dipukuli orang.
Hanum seraya menangis sungguhan, bukan rekayasa, menyebut Ratna sebagai Cut Nyak Dien. Hanum, dengan menyebut dirinya dokter, tanpa menyebut bahwa dirinya sebetulnya dokter gigi, seolah hendak meyakinkan bahwa kasus itu sungguhan, bahwa wajah Ratna betul-betul korban kekerasan. Padahal, sejak awal banyak orang, di antaranya dokter bedah Tompi, curiga kasus Ratna rekayasa, dan ternyata benar itu rekayasa.
Ini bagaimana Mbak Hanum? Yang rekayasa Anda sebut sungguhan. Yang sungguhan, atau sekurang-kurangnya belum terbukti itu rekayasa, Anda sebut rekayasa. Ini terbolak-balik namanya.
Memutarbalikkan kenyataan tentu jauh untuk disebut lembut. Jangan begitu dong, Mbak Hanum. Malu dong sama nama.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved