Headline

BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia

Angsa Putih

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
12/4/2019 05:30
Angsa Putih
Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group(MI/Tiyok)

"SAYA tak tahu beruntung atau sebaliknya mengalami zaman ini. Zaman yang tak saya sangka demokrasi bakal menghadirkan anarki informasi."

Sahabat lama saya yang jarang berjumpa dalam dua dasawarsa terakhir itu berkata dalam nada datar dalam sebuah obrolan. Ia sesungguhnya merasa beruntung demokrasi membuat kesetaraan warga negara mulai terasa. Meskipun upaya ‘Dari kita, oleh kita, untuk kita’ masih belum tegak lurus. Frasa ‘untuk kita’ faktanya masih ‘untuk mereka’ (elite).

Meskipun hal-hal degil masih terjadi di sana-sini, ia tetap masih percaya pada demokrasi meski kadarnya makin tipis. Saya mendengar dengan reaksi yang biasa saja. Sebiasa saya memandang hujan atau panas di negeri tropis.

Ia mengeluhkan berita dusta yang susul-menyusul, seperti serial film televisi. Bahkan, kian mendekati hari ‘H’ kian menjadi. Bahkan, sangat boleh jadi, pascapemilihan, berita dusta akan kian menggila dengan berbagai variasi dan ‘kemasan’. Pesta (demokrasi) boleh jadi tak mengakhiri ‘sebuah soal’, yakni sebuah kepastian  pilihan. Pemilu justru seperti mengawali sebuah soal. Lalu, untuk apa sebuah hajat politik nasional lima tahunan berbiaya mahalo jika tak mengakhiri ‘sebuah soal’?

Yang terbaru ialah kabar dusta kemenangan pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di TPS luar negeri. Kabar ini ramai beredar di media sosial. Padahal, pemilu di luar negeri yang dilaksanakan 8-14 April, lebih awal dari pemilu di dalam negeri,  penghitungannya tetap dilaksanakan 17 April. Seluruh surat suara TPS luar negeri yang telah melakukan pemilihan, tersimpan rapat di kotak suara. Ia steril dari tangan ilegal untuk membukanya, begitu kata KPU.

KPU kini seperti jadi sasaran tembak yang paling empuk. Sebelumnya lembaga ini diuduh culas dengan hoaks tentang dikirimnya 80 juta surat suara tercoblos dari China dan kabar dusta KPU men-setting kemenangan 57% untuk pasangan Jokowi-Maruf Amin.

Kawan saya yang pernah bekerja di sektor perminyakan itu tak menduga orang Indonesia mempunyai keterampilan tak terbayangkan dalam merekayasa informasi. Post truth yang berupa menghantam kebenaran ilmu, ternyata menjadi fakta di depan mata, nyata, berkali-kali. Kita kerap membaca tulisan di media sosial yang tak ‘beribu-bapak’ (maksudnya tak berpenulis alias anonim), tapi bisa viral di lini masa, bahkan diyakini kebenarannya dalam kehidupan nyata.

"Mudah-mudahan Indonesia kuat dan liat menghadapi semua itu," katanya lagi seraya menghela napas panjang yang disusul tawa hambar. Saya, lagi-lagi, tak kaget.

Saya menghubungkannya keluhan sahabat lama saya dengan tulisan peneliti Denny JA berjudul Filsafat Ilmu dan Kisah Angsa Hitam yang ia kirim ke nomor Whatsapp saya, kemarin pagi. Ini sebuah bantahan atas survei harian Kompas beberapa waktu silam.

Denny menyitir pemikir kondang Karl Popper tentang angsa hitam. Teori angsa hitam meruntuhkan kesimpulan umum yang menyatakan angsa berwarna putih.

Generalisasi angsa berwarna putih memang kemudian tumbang setelah ditemukan ada angsa berwarna hitam meskipun ditemukan hanya satu angsa hitam dari satu miliar angsa berwarna putih.

"Batas dari dunia ilmiah itu dan bukan dunia ilmiah ialah pernyataan itu dapat disalahkan melalui proses observasi," tulis Denny. "Seketika kita melihat ada yang salah dalam satu kasus saja, pernyataan yang umum atas kasus itu, yang berbeda, dapat disalahkan (difalsifikasi)," tambahnya.

Cerita angsa putih bisa, maaf, saya panjangkan. Angsa putih yang diasumsikan sebagai fakta umum, bisa lumat bukan karena angsa hitam, kebenaran fakta yang langka dan tak disangka itu, tapi oleh angsa merah jambu, misalnya. Fakta yang muskil itu. Namun, karena angsa merah jambu terus dikatakan sebagai fakta, ia mengalahkan kesimpulan umum angsa putih. Padahal, ia dusta.

Merajalelanya dusta telah, sedang, dan akan meninggalkan jejak digital.

Kita tahu Pemilu 2014, telah meninggalkan aneka jejak digital dari berbagai pernyataan yang kini berbalik-balik. Dulu memuji-muji tokoh yang satu dan memaki-maki yang lain, kini sebaliknya. Dusta yang dulu belum usai, kini muncul aneka dusta yang lain. Itu berasal umumnya para elite juga.

Saya tak tahu, akan seperti apa jejak digital aneka dusta dan kebencian itu berakibat pada kita, terutama anak-anak yang kini tengah bertumbuh. Saya berharap angsa putih tetap berkembang, angsa hitam punya ruang sebagai kebenaran yang tak terduga-duga. Meski kecil, angsa hitam bisa jadi ‘pengingat’ angsa putih. Asal jangan yang muskil apalagi dusta, katakanlah angsa merah jambu itu, justru mengalahkan angsa putih.***

 



Berita Lainnya
  • Mobilmu Melindas Tubuhmu Sendiri

    30/8/2025 05:00

    PADA Kamis (29/8) malam, langit Pejompongan, Jakarta, tiba-tiba gelap.

  • Kontroversi para Wakil

    29/8/2025 05:00

    ADA fakta menarik jika kita tarik benang merah dari dua laku kontroversial yang belakangan menjadi perbincangan panas di ruang-ruang publik.

  • Penghargaan Banting Harga

    28/8/2025 05:00

    TAK cuma agak, negeri ini kiranya benar-benar laen. Ada banyak kelainan di sini, termasuk yang terkini, yakni ihwal bagi-bagi penghargaan kepada ratusan tokoh oleh Presiden Prabowo Subianto.

  • Rojali-Rohana Jadi Rosela

    27/8/2025 05:00

    AKHIR Juli lalu, dua kali saya menulis fenomena rojali dan rohana di rubrik Podium ini. Tulisan pertama, di edisi 26 Juli 2025, saya beri judul Rojali dan Rohana.

  • Dramaturgi Noel

    26/8/2025 05:00

    IBARAT penggalan lirik 'Kau yang mulai, kau yang mengakhiri' yang sangat populer dalam lagu Kegagalan Cinta karya Rhoma Irama (2005)

  • Noel Tabola-bale Sidak, Pemerasan

    25/8/2025 05:00

    CERDAS atau dungu seseorang bisa dilihat dari kesalahan yang dibuatnya. Orang cerdas membuat kesalahan baru, sedangkan orang dungu melakukan kesalahan itu-itu saja,

  • Noel dan Raya

    23/8/2025 05:00

    MUNGKIN Anda menganggap saya berlebihan menyandingkan dua nama itu dalam judul: Noel dan Raya. Tidak apa-apa.

  • Semrawut Rumah Rakyat

    22/8/2025 05:00

    SEBETULNYA, siapa sih yang lebih membu­tuhkan rumah, rakyat atau wakil rakyat di parlemen?

  • Kado Pahit Bernama Remisi

    21/8/2025 05:00

    TEMAN saya geram bukan kepalang.

  • Waspada Utang Negara

    20/8/2025 05:00

    UTANG sepertinya masih akan menjadi salah satu tulang punggung anggaran negara tahun depan. 

  • Mengakhiri Anomali

    19/8/2025 05:00

    BANGSA Indonesia baru saja merayakan 80 tahun usia kemerdekaan.

  • Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan

    18/8/2025 05:00

    ADA persoalan serius, sangat serius, yang melilit sebagian kepala daerah. Persoalan yang dimaksud ialah topeng arogansi kekuasaan dipakai untuk menutupi buruknya akal sehat.

  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).