Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
TULISAN ini terbit menjelang pertandingan tandang Arsenal melawan Atletico Madrid, Jumat dini hari nanti. Itu pertandingan menentukan di ujung sejarah perjalanan kepemimpinan Arsene Wenger, apakah ia mampu membawa 'Gudang Peluru' ke final Liga Eropa.
Ujung sejarah dramatis, menang atau kalah, karena Arsene Wenger-lah yang membuat sepak bola Inggris berketerampilan seniman (artistry). Predikat itu disematkan banyak pengamat, di antaranya Alex Clark, dalam kolomnya di koran The Guardian (21/4), setelah Arsene Wenger menyatakan mengundurkan diri di akhir musim ini.
Sepak bola indah yang diracik Arsene Wenger itulah pula kiranya yang membuat Gooners, sebutan penggemar Arsenal, secara global meningkat pesat. Pada 2005 jumlahnya 27 juta, pada 2011 mencapai 113 juta, peringkat ketiga di dunia.
Karena itu, sebagai salah seorang fan, trenyuh juga hati menyaksikan pertandingan melalui televisi, di kandang sendiri fan Arsenal berkali-kali membawa poster bertuliskan 'Arsene Out'.
Arsene Wenger akhirnya menyatakan mengundurkan diri. Terus terang, saya sendiri sulit melukiskan apakah itu kabar baik, atau kabar buruk. Kabar buruk memang terjadi, Minggu (29/4), yaitu Arsenal dikalahkan MU 1-2.
Kemenangan melawan rival berat itu di kandang Old Trafford mestinya dapat menjadi persembahan perpisahan yang manis dari pemain untuk pelatih. Namun, harapan tinggal harapan.
Perpisahan indah justru dipersembahkan tuan rumah. Sebelum pertandingan, manajer bersejarah cemerlang Alex Ferguson dan Jose Mourinho, Manajer MU sekarang, memberikan kenang-kenangan yang menunjukkan respek mereka.
Kenangan itu bertuliskan 'Presented to Arsene Wenger, by Sir Alex Ferguson CBE and Jose Mourinho on behalf of Manchester United Football Club in recognition of his service to and achievements at Arsenal Football Club 1996-2018'.
Selama 17 tahun Arsene Wenger meracik Arsenal menjadi lawan yang tangguh bagi MU yang ditukangi Ferguson. Yang juga perlu dicatat, gagasan memberi kenangan itu berasal dari Jose Mourinho, seteru Arsene Wenger yang pernah bilang, di luar lapangan dia ingin meremukkan muka Arsene Wenger.
Jose memang suka melepaskan pernyataan yang mengandung gertakan, tepatnya teror-teror kecil, sebelum bertanding melawan musuh yang berat dikalahkan. Akan tetapi, dalam perpisahan itu Jose bilang kepada media bahwa dia ingin kembali berhadapan dengan Arsene Wenger di lapangan hijau.
Sejauh ini publik tidak tahu ke lapangan hijau mana Arsene Wenger bakal melatih. Sebaliknya, fan Arsenal pun sejauh ini tidak tahu siapa yang bakal menggantikan Arsene Wenger untuk melatih Arsenal. Tidak kepalang tanggung ada 14 nama yang masuk daftar.
Untuk mempertahankan permainan indah dan merebut trofi, bukan perkara mudah bagi Stan Kroenke, pemilik Arsenal, menentukan pilihan. Terlebih setelah klub itu mengeluarkan 50 juta pound sterling untuk membeli Pierre-Emirick Aubameyang dan Alexandre Lacazette musim ini.
Alasan keuangan ini disebut-sebut yang membuat Arsenal urung mendatangkan Luis Enrique, mantan Manajer Barcelona, yang meminta gaji bersih setelah pajak sebesar 15 juta pound sterling per tahun dan dana untuk memperbarui skuat 200 juta pound sterling.
Kepergian Arsene Wenger membuat orang membuka kembali bagaimana sosoknya dulu, saat kedatangannya, 22 tahun lalu di London Selatan. Nama itu tidak bunyi di 'dunia persilatan' sepak bola Inggris. Tabloid menurunkan kepala berita 'Arsene Who?'.
Publik bertambah kaget karena pelatih misterius berkebangsaan Prancis, yang datang dari Jepang itu (ia setahun melatih Nagoya Grampus Eight), berkacamata sangat tebal.
Dia bukan sosok manajer sepak bola, melainkan seperti profesor yang hidupnya membaca buku-buku tebal. Satu perkara yang tidak dapat dilupakan ialah kemampuan Arsene Wenger mengembangkan pemain-pemain muda menjadi sangat andal dan dijual sangat mahal.
Pada pertandingan melawan MU (29/4) yang bersejarah itu, yang mempertaruhkan reputasinya, dia dengan berani menurunkan dua pemain belia Ainstey Matland-Niles dan Konstantinos Mavropanos.
Keduanya berumur 20 tahun. Hasilnya? Memesona! Legenda Arsenal Ian Wright memuji Mavropanos. Legenda lainnya, Thierry Henry, memuji Maitland-Niles. Bahkan, Wright menganjurkan agar Arsene Wenger memainkan Mavropanos melawan Atletico Madrid dalam pertandingan hidup-mati, Jumat dini hari ini.
Arsene Wenger bilang, tanpa menyebut nama, calon penggantinya menonton pertandingan melawan MU itu. Sebuah titipan luar biasa, di akhir masa tugasnya di Arsenal, ia mewariskan pemain-pemain muda yang cemerlang. Hemat saya, itulah jawaban paling sublimatif atas pertanyaan 'Arsene Who?'.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved