Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
BERBAGAI macam keragaman di Indonesia membuat banyak orang tertarik dan penasaran untuk mempelajarinya.
Keragaman itu mulai dari suku, bahasa, tulisan hingga makanan tradisional.
Selain itu, banyak juga dari keragaman tersebut yang masih dilestarikan dan dipelajari.
Baca juga : Bagaimana Bentuk Aksara Sunda? Simak Penjelasannya Mulai Sejarah hingga Jenisnya
Salah satunya adalah aksara Bali atau hancaraka.
Bali sendiri memang dikenal dengan budaya dan adatnya yang sangat kental.
Bahkan, banyak tempat wisata dan kuliner Bali yang kental akan kebudyaan lokalnya.
Baca juga : Ini Jumlah 38 Provinsi di Indonesia dan Ibu Kotanya
Aksara Bali ini adalah salah satu aksara atau tulisan tradisional yang masih berkembang di Indonesia, khususnya di Pulau Dewata.
Selain itu, aksara Bali juga terdiri dari 18 sampai 33 tulisan dasar, tergantung dari kalimat dan maksud yang diucapkannya.
Bahkan, hingga saat ini di Pulau Dewata masih ada warga lokal yang menggunakan aksara Bali.
Baca juga : Refleksi Piala Dunia, antara Dominasi Kekuatan Tradisional dan Keberpihakan Sejarah
Tentunya agar tidak punah, aksara Bali ini harus terus dipelajari dan dikenalkan di Indonesia bahkan dunia.
Untuk sejarahnya, aksara Bali mulanya bernama aksara Brahmi India dan mulai dikembangkan.
Pengembangan tersebut berbuah menjadi nama aksarea Pallawa yang sangat terkenal di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara pada abad ke-6 sampai 8.
Baca juga : Kota Kuno yang bisa Menjembatani Keretakan Hubungan Turki-Armenia
Lalu, pada abad ke-8 hingga 15 aksara Pallawa berkembang kembali menjadi aksara Kawi.
Aksara Kawi ini selalu digunakan pada massa Hindu-Buddha di Indonesia.
Sejak abad ke-15 hingga kini aksara Kawi pun berkembang dan menyebar di Indonesia dan salah satunya menjadi aksara Bali.
Baca juga : Ini Alasan Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar Mengundurkan Diri
Walaupun sudah sangat jarang yang menggunakan aksara Bali, namun sekitar satu abad silam bahasa tersebut masih aktif digunakan.
Untuk masyarakat Bali dan Lombok pada abad ke-19 berkomunikasi menggunakan aksara Bali.
Diketahui, Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Bali adalah pulau yang sangat berdekatan.
Baca juga : Senam Berbasis Seni Budaya hingga Tarian Tradisional Meriahkan CFD
Pada massa tersebut mereka selalu menuliskan pesan atau surat dengan menggunakan aksara Bali.
Bahkan, banyak juga nyanyian dan puisi-puisi yang diciptakan menggunakan aksara Bali pada zaman tersebut.
Namun seiring berkembangnya zaman, masyarakat di Bali memiliki bahasanya sendiri yang disebut dengan bahasa Melayu-Polinesia.
Baca juga : Donald Trump: Pemilihan November akan Menjadi Tanggal Paling Penting dalam Sejarah AS
Selain itu di Lombok pun menggunakan bahasanya sendiri dengan nama bahasa Sasak.
Hingga saat ini keduanya masih kental menggunakan bahasa daerahnya masing-masing.
Namun untuk aksara Bali sendiri masih banyak dipelajari dan dilestarikan.
Bahkan, aksara Bali juga saat ini sudah banyak tercatat di perpustakaan-perpustakaan di luar negeri. (Z-12)
Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran teknik percetakan dalam industri batik, Aisha Nadia tetap teguh menjaga warisan budaya batik tulis tradisional.
Dian Sastrowardoyo yang didapuk menjadi ikon Indonesia Bertutur 2024 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Seni tradisional Indonesia, sebagai benteng kebudayaan Nusantara, semakin tergerus di tengah arus perubahan zaman.
Misi budaya yang ditampilkan dengan membawakan 7 tarian tanah air antara lain Tari Yapong, Tari Greget, Tari Tokecang, Tari Tortor, Tari Engbal, Tari Piring dan Tari Saman.
Menggelar acara di tempat terbuka seperti Candi Borobudur, membawa tantangan tersendiri.
Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat berharap perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik lagi, agar dapat mempertahankan eksistensinya di masa mendatang.
Koster juga berkomitmen agar menjalankan aksara Bali di tataran sekolah oleh para siswa saat berada di sekolah dan di luar sekolah secara masif.
Nilai-nilai yang dilahirkan dari kegiatan Bulan Bahasa Bali diharapkan dapat menyentuh hati seluruh masyarakat Bali, agar tidak ada ketakutan dalam menghadapi perkembangan dunia.
Koster memberikan waktu tiga bulan kepada pengelola mall dan pemilik gerai untuk menggunakan aksara bali pada nama gerai
Aksara Bali terdiri dari beberapa jenis seperti Aksara Wreastra, Swalalita, Wijaksara, dan Modre, masing-masing memiliki fungsi dan karakteristik unik.
Aksara Bali adalah sistem tulisan tradisional yang berasal dari aksara Brahmi India dan memiliki hubungan erat dengan aksara Kawi serta aksara Jawa.
Aksara Bali adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari 18 hingga 33 aksara dasar, tergantung pada bahasa yang digunakan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved