Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Keamanan Berkendara Dimulai dari Kesadaran Diri Sendiri

Basuki Eka Purnama
04/3/2025 10:22
Keamanan Berkendara Dimulai dari Kesadaran Diri Sendiri
Ilustrasi(Freepik)

WAKIL Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bidang Mobilitas Rifat Sungkar memberikan pandangannya tentang pentingnya kesadaran berkendara dan bagaimana menciptakan suasana aman di jalan raya.

"Ketika kita berada di jalan raya, yang paling penting adalah kita sadar bahwa jalan itu bukan punya kita. Itu yang harus kita pahami tentang pentingnya rasa saling menghormati antarpengendara," kata Rifat, Senin (3/3).

Rifat mengatakan, hal pertama yang perlu dipahami oleh pengendara adalah bahwa jalan raya bukanlah milik pribadi.

Menurut dia, perilaku serta gaya berkendara agresif di jalan sering kali dipicu oleh tekanan waktu sehingga menyebabkan insiden maupun kecelakaan lalu lintas yang merugikan pengguna jalan.

"Misalnya saya tahu perjalanan dari sini ke rumah saya butuh waktu sejam. Kalau buru-buru dan memaksakan diri, saya bisa terpengaruh oleh emosi. Tapi kalau saya tidak tergesa-gesa, waktu yang saya habiskan tidak akan mempengaruhi karena saya lebih tenang," ujar Rifat.

Sebagai seorang pembalap, Rifat menegaskan jalan raya bukan tempat untuk balapan atau berkompetisi.

Menurutnya, apabila menemui pengendara lain melakukan manuver agresif, diimbau untuk tidak terprovokasi.

Dia juga menekankan pentingnya tatanan jalan raya yang harus diikuti, dimulai dari prioritas pejalan kaki, sepeda, motor, dan hingga mobil.

"Indonesia kadang menganggap siapa yang lebih kuat akan menang. Tapi seharusnya, kita harus menciptakan suasana yang baik dan aman untuk semua orang di jalan," ungkap RIfat.

Untuk mengurangi angka kecelakaan, Rifat menyoroti peran kendaraan yang
tidak sesuai standar seperti truk yang Over Dimension Over Loading (ODOL).

Ia menyebut, truk ODOL sangat berisiko karena membawa barang sebanyak-banyaknya dalam sekali perjalanan, tetapi justru menambah bahaya di jalan.

Selain itu, ia juga menyarankan agar pengendara memiliki jenjang pengambilan SIM yang lebih ketat.

Rifat menegaskan bahwa hal ini bukan hanya demi keselamatan diri sendiri, tetapi juga demi keselamatan orang lain.

Dengan pendekatan yang lebih bijaksana, diharapkan setiap pengendara bisa lebih aman dan tertib di jalan raya.

"Di Indonesia, mengurus SIM terlalu mudah. Seharusnya ada jenjang untuk setiap tipe SIM. Seperti dulu, seseorang harus menunggu beberapa
tahun untuk naik kelas SIM. Dengan begitu, pengalaman dan keterampilan pengemudi bisa lebih terasah," pungkas Rifat. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya