Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
NEGOSIASI perundingan I-EU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) yang belum selesai antara Indonesia dan Uni Eropa turut mewarnai pertemuan antara ASEAN dan Uni Eropa yang sedang berlangsung di Brussel. Enam belas putaran perundingan I-EU CEPA telah berlangsung, tetapi negosiasi masih cukup dinamis dan kesepakatan masih belum memenuhi kepentingan Indonesia dan Uni Eropa. Setelah menjalani proses negosiasi selama hampir delapan tahun, kedua belah pihak harus dapat mengesampingkan perbedaan dan fokus pada kepentingan bersama untuk membawa I-EU CEPA mencapai kesepakatan akhir.
Memprioritaskan kepentingan bersama
Baca juga : Konflik Timur Tengah Hambat Pemulihan Ekonomi Dunia
Bagi Indonesia, perjanjian itu sejalan dengan inisiatif reformasi struktural yang diharapkan dapat mendorong Indonesia mencapai status negara berpendapatan tinggi pada 2045 dan menghindari jebakan negara berpendapatan menengah.
Menurut Bank Dunia, perjanjian perdagangan yang mendalam atau deep trade agreements, seperti I-EU CEPA, dapat meningkatkan perdagangan yang terkait dengan rantai nilai global. Karena itu, memfasilitasi integrasi negara-negara tersebut ke dalam industri bernilai tambah tinggi.
Potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari implementasi I-EU CEPA diperkirakan akan lebih tinggi juka dibandingkan dengan perjanjian regional comprehensive economic partnership (RCEP) yang berasal dari peningkatan kualitas dan tata kelola di Indonesia melalui proses yang bertahap dan periode transisi yang memadai.
Baca juga : Data Ekonomi 2023 Solid, Laporan Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Indonesia 2024 Tumbuh 4,9%
Dalam acara Indonesia Europe Investment Summit 2023 (IEIS) pada 30 November 2023 lalu, perusahaan-perusahaan Eropa sepenuhnya mendukung ambisi transformasi ekonomi Indonesia dan berkomitmen untuk membina hubungan kemitraan perdagangan dan investasi yang telah dibangun selama puluhan tahun.
Upaya bersama itu bertujuan menggali potensi yang masih belum maksimal dimanfaatkan, terutama di sektor manufaktur bernilai tambah tinggi, industri hijau, dan produk konsumen. Tidak hanya mendorong investasi yang lebih ramah lingkungan, investasi dari Uni Eropa juga diharapkan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan berkualitas tinggi serta mendukung praktik bisnis yang berkelanjutan. I-EU CEPA diharapkan dapat memperluas peluang-peluang tersebut.
Baca juga : Perekonomian Global Bersiap untuk Rekor Terburuk di Akhir 2024
Dinamika dan tantangan
Perundingan I-EU CEPA memberikan tantangan tersendiri bagi Indonesia karena cakupan isu yang luas serta lebih mendalam jika dibandingkan dengan perjanjian perdagangan konvensional yang menimbulkan tantangan unik bagi tim negosiasi dan kementerian/lembaga teknis.
Tantangan tersebut mencakup, antara lain akses pasar untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah, badan usaha milik negara, dan bab tentang perdagangan dan pembangunan berkelanjutan (trade and sustainable development/TSD). Lebih lanjut hal itu mungkin memerlukan penyesuaian regulasi, termasuk implementasi teknis pelaksanaannya.
Baca juga : Rapor Merah Pengelolaan Utang Beban Berat bagi Pemerintahan Baru
Meskipun terdapat keuntungan ekonomi yang potensial, proses negosiasi perjanjian itu diselimuti oleh pembahasan dinamis mengenai hal-hal yang menghambat kemampuan kedua pihak untuk mencapai kesepakatan bersama. Hal itu terutama disebabkan oleh kompleksitas kebijakan domestik dan perbedaan kepentingan antarnegara seiring dengan situasi geopolitik yang tengah berkembang.
Larangan ekspor Indonesia, dan yang terkini, The EU Deforestation-Free Regulation (EU DR), ialah contoh kebijakan dalam negeri yang memiliki dampak terhadap dimensi perdagangan eksternal. Salah satu progres positif, yaitu Indonesia dan Malaysia yang tergabung dalam EU DR Joint Task Force sebagai upaya untuk memiliki platform komunikasi dan kerja sama yang lebih kuat antara Uni Eropa dan negara mitra.
Baca juga : World Bank Puji Stabilitas Perekonomian Indonesia dan Pertumbuhan Ekonomi Digital
Prospek finalisasi perundingan ke depan
Dari sisi Uni Eropa, I-EU CEPA dapat menjadi platform kerja sama ekonomi strategis yang bermanfaat, khususnya di kawasan Indo-Pasifik. Uni Eropa bukan merupakan anggota perjanjian perdagangan kawasan seperti RCEP yang mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut melalui perdagangan, investasi, dan rantai nilai global. Melalui I-EU CEPA, Indonesia merupakan mitra strategis dengan pasar domestik yang cukup besar dan memiliki basis produksi potensial di kawasan bagi perusahaan-perusahaan Eropa.
Agar dunia usaha di Indonesia dapat sepenuhnya memanfaatkan keuntungan dari I-EU CEPA, perjanjian itu juga sebaiknya mencakup program-program pembangunan kapasitas khusus. Misalnya, Uni Eropa dapat memberikan bantuan dan program pendampingan untuk memfasilitasi penghapusan hambatan nontarif di kedua belah pihak dan meningkatkan implementasi I-EU CEPA pada masa depan.
Baca juga : Menko Airlangga Beberkan Strategi Transisi Energi di Indonesia
Putaran negosiasi I-EU CEPA berikutnya pada Februari ini diharapkan dapat menghasilkan konsensus dan hasil nyata bagi kemajuan I-EU CEPA.
Indonesia dan Uni Eropa harus bersedia berkompromi untuk menyelesaikan perundingan itu dan bersama-sama mengeksplorasi target realistis yang dapat dicapai dan memahami bahwa negosiasi tersebut bukanlah zero-sum game. Potensi kerja sama ekonomi strategis antara Indonesia dan Uni Eropa melalui I-EU CEPA tidak boleh terhambat karena ketidakmampuan untuk mengesampingkan perbedaan. Sebaliknya, kedua belah pihak harus fokus pada manfaat dan potensi lebih besar yang bisa diperoleh dari hubungan tersebut.
Baca juga : Harga Komoditas Melemah, Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Turun 4,9 Persen
AWAL April 2025, Bank Dunia melalui Macro Poverty Outlook menyebutkan pada tahun 2024 lebih dari 60,3% penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan.
Di balik status Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah ke atas, Bank Dunia mengungkapkan fakta mencengangkan: 60,3% dari total populasi Indonesia hidup dalam garis kemiskinan
Indonesia diproyeksikan hanya memiliki pertumbuan ekonomi rata-rata 4,8% hingga 2027. Adapun, rinciannya adalah 4,7% pada 2025, 4,8% pada 2026, dan 5% pada 2027.
Reformasi struktural untuk mempercepat pertumbuhan produktivitas, di samping kehati-hatian fiskal dan moneter, merupakan kunci untuk memajukan agenda pertumbuhan pemerintah.
Pengurusan izin usaha di Tanah Air masih membutuhkan waktu hingga 65 hari. Berbeda jauh dengan negara-negara maju dalam memproses izin bisnis.
Bank Dunia (World Bank) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat sebesar 5,03% pada 2024 mencerminkan pertumbuhan yang stabil.
Pertemuan bisnis Indonesia-Australia, IndOz Conference, digelar di Brisbane City Hall, pada 24 Agustus 2023. Salah satu topik yang dibahas adalah terkait kelanjutan implementasi IA-CEPA
Jerry Sambuaga menekankan pada koleganya tersebut mengenai pentingnya utilisasi CEPA yang dipercepat dan diperluas agar masing-masing negara bisa mengambil manfaat optimal.
PRESIDEN Joko Widodo mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, di Hotel Grand Prince, Hiroshima, Jepang, pada Minggu, (21/5).
Mendag Muhammad Lutfi mengatakan saat ini adalah saat yang tepat bagi negara untuk pulih bersama-sama dari pandemi Covid-19.
Kementerian Perdagangan mencatat transaksi jual beli antara Indonesia dan UEA baru sebesar US$2,9 miliar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved