Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
PENDIDIKAN merupakan cara terbaik memperbaiki status manusia (Saiful Mahdi, 2022). Status sosial seseorang di lingkungan masyarakat mampu diaktualisasi melalui pendidikan yang ditempuh. Pendidikan memberikan kemajuan bagi manusia dalam berpikir sehingga mampu meningkatkan taraf hidup. Saat ini pendidikan terus berkembang seiring perkembangan zaman. Hal itu juga berdampak pada perubahan berbagai aspek, salah satunya ialah aspek sosial.
Menurut Shella (2022), status sosial dapat diartikan sebagai kedudukan seseorang di masyarakat atau kelompok tertentu. Tidak dapat dimungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki seseorang, orang tersebut akan semakin mudah memperolah pekerjaan. Seseorang yang memiliki pekerjaan yang memadai dianggap memiliki status sosial yang tinggi sehingga tujuan hidup yang ingin dicapai pada masa mendatang akan semakin mudah.
Tantangan pendidikan
Tantangan terbesar dunia pendidikan Indonesia saat ini ialah masalah kualitas yang tidak merata dan masalah integritas. Hal itu memberikan pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan di era global. Perkembangan ilmu pengetahuan semakin meningkat sehingga upaya yang harus kita lakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan juga semakin besar.
Upaya yang kita lakukan harus mampu menyejajarkan pendidikan kita saat ini dengan perkembangan pendidikan di luar. Pada pelaksanaannya tidaklah mudah karena meningkatkan kualitas pendidikan bukan hanya tanggung jawab dinas pendidikan, manajemen, dan guru di sekolah, melainkan juga melibatkan berbagai pihak, termasuk siswa, orangtua siswa, dan masyarakat sekitar. Hanya, belum semua orang memahami itu karena paradigma yang berkembang saat ini ialah keberhasilan belajar siswa di sekolah menjadi tanggung jawab sekolah.
Kurang terlibatnya seluruh pihak dalam meningkatkan kualitas pendidikan menyebabkan terjadinya berbagai tindak kecurangan. Tindakan seperti itu perlahan akan memudarkan integritas dan secara perlahan kualitas pendidikan yang baik akan semakin menurun.
Kurangnya pemahaman terhadap tolok ukur suksesnya pendidikan juga menjadi salah satu tantangan tersendiri saat ini. Sering kali hasil akhir yang dicapai dalam pendidikan menjadi tolok ukur berhasil tidaknya pendidikan tanpa menelaah setiap proses yang telah dijalani. Sebenarnya, poin penting dari keberhasilan yang dicapai dalam sebuah pendidikan ialah seberapa baik proses yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan dari pendidikan tersebut, bukan pada seberapa baik hasil akhir yang diperoleh.
Bakunya standar capaian yang ditetapkan dalam pendidikan menjadi salah satu alasan munculnya berbagai macam kecurangan. Kecurangan yang dilakukan ialah sebagai upaya untuk mencapai standar yang sama tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki siswa. Selain itu, tekanan akademis menjadi salah satu penyebab bagi siswa melakukan kecurangan dalam pendidikan. Kondisi seperti itu juga mulai memengaruhi kondisi seseorang di lingkungan masyarakat yang mana kemampuan akademis tidak sebanding dengan gelar akademis yang dicapai.
Meningkatkan kualitas pendidikan
Kecurangan akademis dipengaruhi faktor-faktor nilai personal, kepercayaan diri, dan penguasaan keilmuan (Davis & Pesch, 2013). Faktor nilai personal bisa terdiri atas tekanan yang dialami sehingga ada kebutuhan untuk melakukan kecurangan dan adanya kesempatan untuk berbuat curang. Kurangnya rasa percaya diri juga membawa pengaruh yang besar terhadap terjadinya kecurangan.
Hal itu dapat terjadi karena penguatan karakter siswa masih belum terbentuk secara maksimal. Kurangnya penguasaan terhadap ilmu yang dipelajari juga menjadi penyebab yang dapat mendorong terjadinya kecurangan.
Integritas merupakan salah satu kualitas pribadi yang amat penting yang dapat dikembangkan dalam penguatan pendidikan karakter di sekolah. Integritas dapat dilatih sejak dini melalui pendidikan di rumah, lingkungan, dan sekolah. Menurut Chatarina (2021), integritas pada karakter seorang siswa sangatlah penting karena integritas merupakan modal dasar yang mampu membawa kemajuan pada suatu negara.
Bagaimana cara menumbuhkan dan menubuhkan integritas pada siswa? Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sekolah dalam menumbuhkembangkan dan menubuhkan karakter siswa di sekolah seperti yang dilakukan di Sekolah Sukma (SSB) Bireuen. Pertama, memahami dan melaksanakan visi SSB, yaitu 'menciptakan lingkungan pendidikan yang positif' dalam berbagai bentuk aktivitas keseharian di sekolah.
Semua warga sekolah harus aktif menciptakan lingkungan pendidikan yang positif tersebut dengan, misalnya, memberikan contoh berkata jujur dengan kondisi sebenarnya dan mempraktikkan sesuai dengan ucapannya. Selain itu, kedua, SSB juga mengembangkan budaya jujur (no cheating), nirkekerasan (no bullying), tanpa rokok (no smoking), serta tanpa sampah (no littering). Semua budaya itu harus menjadi landasan sikap semua warga sekolah.
Ketiga, level manajemen sekolah beserta guru harus memiliki komitmen yang baik dalam mempraktikkan visi dan budaya sekolah sebagai landasan mereka bekerja. Misalnya saat pelaksanaan proses penilaian di sekolah, guru harus memberikan kepercayaan kepada siswa untuk mengerjakan sesuai dengan kemampuannya tanpa memberikan bantuan yang mengarah kepada kecurangan.
Pada 2009, SSB pernah punya cerita tentang siswa yang menolak menerima bantuan jawaban saat UN berlangsung dari guru pengawas dan siwa tersebut tidak lulus UN. Yang menarik ialah siswa tersebut tidak menyesal, malah bangga dengan keyakinannya tidak menerima bantuan jawaban. Dia hanya menyesal kenapa sebelum UN dia tidak belajar lebih giat. Itulah integritas, meyakini nilai baik dan melaksanakannya dengan kesadaran penuh.
Integritas dalam pendidikan seharusnya cukup untuk memastikan kondisi pendidikan di lingkungan kita menjadi lebih berkualitas. Pendidikan yang berkualitas baik akan memudahkan seseorang meraih kesuksesan. Pendidikan bermutu dapat meningkatkan kemampuan siswa lebih terampil dan cakap. Dunia industri dan tenaga kerja saat ini membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang tinggi sesuai dengan bidang pekerjaan.
Cara tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui tiga cara. Pertama, memperbaiki proses pembelajaran dan merancang bangun kegiatan di kelas yang berfokus pada keterlibatan siswa agar kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan berintegritas.
Kedua, sekolah harus memperkuat kegiatan literasi dengan memperbanyak buku bacaan agar minat baca siswa meningkat. Minat membaca yang baik dapat berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.
Ketiga, lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, orangtua dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan pendidikan etika, moral, dan agama. Sementara itu, masyarakat dapat menciptakan kondisi lingkungan yang baik sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat serta sekolah.
Maka dibutuhkan ‘revolusi budaya integritas’. Sejatinya, integritas pendidikan kita lahir dari sebuah kesadaran dan kebijaksanaan kritis dalam mendidik, membangun, dan mengorganisasi.
Temuan sejumlah lembaga pendidikan berbuat curang untuk mendongkrak akreditasi sekolah harus segera ditindaklanjuti dengan langkah nyata demi perbaikan kualitas.
AHLI hukum pidana Usakti Azmi Syahputra, menerangkan bahwa jurnalis perlu menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Direktur Pemberitaan JAK TV, Tian Bahtiar (TB).
Integrasi: Satukan perbedaan, raih manfaat! Proses kolaborasi cerdas untuk hasil optimal dan pertumbuhan berkelanjutan.
Menurut Sunarto, aspek integritas merupakan kunci utama dalam membangun lembaga peradilan yang berkualitas.
LAN merilis Indonesia Leadership Outlook 2025 yang mengulas tantangan para pemimpin tahun ini. 3 tantangan utama adalah integritas dan korupsi, teknologi dan transformasi digital
Kenduri Buku yang digelar pada bulan Mei memiliki makna penting bagi dunia pendidikan dan literasi di Indonesia.
Menurut Syamsir, tanpa kerja keras dan kerja sama, semua kegiatan yang terlaksana itu tidak akan memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
IMAJINASI merupakan cermin pikiran anak-anak yang muncul secara spontan dan penuh rasa ingin tahu.
PEMERINTAH kembali mengubah haluan kebijakan pendidikan.
DALAM buku Tractatus Logico Philosophicus, Ludwig Wittgenstein menulis, “Tentang apa yang tidak dapat kita bicarakan, kita harus berdiam diri.”
Kesetaraan gender dalam pendidikan bukan hanya soal keadilan, tetapi juga tentang kualitas pembelajaran itu sendiri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved